Beda Pejabat Banten dengan Rakyat Biasa
A
A
A
SERANG - Fasilitas mewah yang didapatkan pejabat tinggi di Banten, berbanding terbalik dengan kondisi masyarakat Serang yang hidupnya sangat miskin. Provinsi Banten sejak zaman Multatuli hingga kini, nyaris tidak ada bedanya.
Bayangkan, seorang Sekertaris Daerah (Sekda) Banten Kurdi Martin tidur diatas kasur seharga Rp70 juta. Sedangkan seorang nenek bernama Rupiah (85), rakyat biasa di Kampung Kebon Sawo, hanya tidur beralaskan baliho bekas iklan rokok.
Tidak hanya itu, nenek yang tinggal sebatang kara ini mesti dirawat oleh tetangganya yang juga hidup dalam kemiskinan. Namun begitu, si miskin ini rela mengobarkan sepetak ruang kecil untuk ditinggali nenek Rupiah.
Saat wartawan mengunjungi Nenek Rupiah, betapa memprihatinkan kehidupannya. Dia makan, minum, buang kecil, dan air besar di ruangan tersebut. Namun begitu, kehidupan yang sangat nelangsa ini sudah dijalaninya sejak lama dengan sabar.
Moel, tetangga Nenek Rupiah mengatakan, sebenarnya dia tidak tega melihat nenek Rupiah tinggal di tempatnya itu. Namun, kuli serabutan ini mengaku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena hanya itu yang bisa dia lakukan.
"Kalau hujan ya bocor, mau bagaimana lagi? Saya saja masih kekurangan, mau berobat juga enggak ada biayanya. BPJS enggak punya, tapi saya kasihan sama Nenek Rup, karena ditinggal keluarganya," katanya, saat ditemui di rumahnya, Selasa (17/2/2015).
Lebih jauh, Moel mengatakan, belum ada petugas dari pemerintah daerah yang melihat kondisi Nenek Rupiah. Untuk itu, dia berharap, ada perhatian terhadap Nenek Rupiah, dan membawanya ke Panti Jompo, agar mendapatkan perawatan yang wajar.
"Kondisi ekonomi rumah tangga saya sendiri saja sudah kebingungan, ditambah lagi harus merawat nenek yang harus mengeluarkan biaya beli pempes dan obat, saya sangat kuwalahan," terangnya.
Ditengah kemiskinan yang melanda Nenek Rupiah, dan Moel, ditempat terpisah Sekda Banten Kurdi Martin diberikan fasilitas oleh negara rumah dinas yang dikontrak selama setahun Rp250 juta, di Jalan Yusuf Martidilaga Benggala, Kota Serang.
Dengan interior yang harganya fantastis, seperti sofa impor seharga Rp40 juta, pompa sumur Rp20 juta, meja kerja dan kursi satu set Rp35 juta, serta meja kerja dan kursi rapat satu set Rp80 juta.
Belum lagi permadani ukuran 200 X 290 cm sebanyak dua buah Rp18 juta, exhaust fan 15 buah senilai Rp12 juta, ranjang, kasur dan bantal satu set senilai Rp70 juta diimpor dari luar negeri, dan rak sepatu sebanyak empat buah Rp60 juta.
Serta, beberapa lemari pakaian sebanyak dua buah senilai Rp56,4 juta, kompor gas satu unit senilai Rp1 juta, tabung gas satu buah Rp600 ribu, rak piring satu paket senilai Rp3 juta, dan vacum cleaner Rp9 juta.
Bayangkan, seorang Sekertaris Daerah (Sekda) Banten Kurdi Martin tidur diatas kasur seharga Rp70 juta. Sedangkan seorang nenek bernama Rupiah (85), rakyat biasa di Kampung Kebon Sawo, hanya tidur beralaskan baliho bekas iklan rokok.
Tidak hanya itu, nenek yang tinggal sebatang kara ini mesti dirawat oleh tetangganya yang juga hidup dalam kemiskinan. Namun begitu, si miskin ini rela mengobarkan sepetak ruang kecil untuk ditinggali nenek Rupiah.
Saat wartawan mengunjungi Nenek Rupiah, betapa memprihatinkan kehidupannya. Dia makan, minum, buang kecil, dan air besar di ruangan tersebut. Namun begitu, kehidupan yang sangat nelangsa ini sudah dijalaninya sejak lama dengan sabar.
Moel, tetangga Nenek Rupiah mengatakan, sebenarnya dia tidak tega melihat nenek Rupiah tinggal di tempatnya itu. Namun, kuli serabutan ini mengaku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena hanya itu yang bisa dia lakukan.
"Kalau hujan ya bocor, mau bagaimana lagi? Saya saja masih kekurangan, mau berobat juga enggak ada biayanya. BPJS enggak punya, tapi saya kasihan sama Nenek Rup, karena ditinggal keluarganya," katanya, saat ditemui di rumahnya, Selasa (17/2/2015).
Lebih jauh, Moel mengatakan, belum ada petugas dari pemerintah daerah yang melihat kondisi Nenek Rupiah. Untuk itu, dia berharap, ada perhatian terhadap Nenek Rupiah, dan membawanya ke Panti Jompo, agar mendapatkan perawatan yang wajar.
"Kondisi ekonomi rumah tangga saya sendiri saja sudah kebingungan, ditambah lagi harus merawat nenek yang harus mengeluarkan biaya beli pempes dan obat, saya sangat kuwalahan," terangnya.
Ditengah kemiskinan yang melanda Nenek Rupiah, dan Moel, ditempat terpisah Sekda Banten Kurdi Martin diberikan fasilitas oleh negara rumah dinas yang dikontrak selama setahun Rp250 juta, di Jalan Yusuf Martidilaga Benggala, Kota Serang.
Dengan interior yang harganya fantastis, seperti sofa impor seharga Rp40 juta, pompa sumur Rp20 juta, meja kerja dan kursi satu set Rp35 juta, serta meja kerja dan kursi rapat satu set Rp80 juta.
Belum lagi permadani ukuran 200 X 290 cm sebanyak dua buah Rp18 juta, exhaust fan 15 buah senilai Rp12 juta, ranjang, kasur dan bantal satu set senilai Rp70 juta diimpor dari luar negeri, dan rak sepatu sebanyak empat buah Rp60 juta.
Serta, beberapa lemari pakaian sebanyak dua buah senilai Rp56,4 juta, kompor gas satu unit senilai Rp1 juta, tabung gas satu buah Rp600 ribu, rak piring satu paket senilai Rp3 juta, dan vacum cleaner Rp9 juta.
(san)