Embung Dibangun di Bukit Tertinggi Gunungkidul
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Sebuah embung buatan kembali dibangun Pemkab Gunungkidul bersama Pemda DIY.
Setelah embung buatan Nglangeran, kini sebuah embung buatan yang menawarkan pesona wisata pemandangan kembali dibangun di bukit tertinggi di Gunungkidul. Embung yang dibangun di DusunSriten, DesaPilangrejo, Nglipar ini merupakan embung yang menjadi bagian dari serangkaian rintisan embung buatan dengan menggunakan sistem geomembran yang telah dikembangkan di DesaNglanggeran.
Dengan menggunakan dana dari Pemda DIY senilai Rp2 miliar, tidak lama lagi embung yang berada di ketinggian 886 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini akan diresmikan. ”Ini sudah 85%, sebentar lagi program akan selesai,” kata Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Gunungkidul Supriyadi, kemarin.
Menurutnya, konsep pengembangan Sriten ini lebih tertata dibandingkan embung buatan di Nglanggeran. Semua perencanaan sudah mengedepankan konsep agrowisata. “Kalau di Nglanggeran, awalnya hanya untuk pengairan kebun buah, tapi kalau di sini lebih terkonsep,” ucapnya.
Menurutnya, di areal yang menjadi bukit tertinggi di Gunungkidul ini juga menyajikan pemandangan yang cukup indah. Wisatawan bisa melihat berbagai daerah lain seperti Wonosari, Klaten, hingga Rawa Jombor, serta Waduk Wonogiri. “Di sini kabut sering kali muncul dan kami seakan di atas awan. Mudah-mudahan Maret sudah bisa kami resmikan,” beber mantan Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura ini.
Dijelaskannya, sebagai penyangga utama, di sekitar embung juga ditanam aneka tanaman perkebunan seperti buah manggis dan kelengkeng. Pihaknya sengaja memilih manggis lantaran kondisi tanah sangat cocok juga untuk ikon andalan Sriten. “Kalau durian kan Patuk, nah, sekarang di Sriten manggis,” ucapnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Gunungkidul Budi Martono mengatakan, pembangunan embung Sriten ini dimulai pada 2014 lalu. Selain embung Sriten, satu lagi embung juga dibangun, yaitu di Gunungpanggung, Desa Tambakromo, Ponjong. “Tahun ini kami akan dapat lagi dua embung, namun kami masih survei untuk penentuan lokasinya,” ucapnya.
Suharjono
Setelah embung buatan Nglangeran, kini sebuah embung buatan yang menawarkan pesona wisata pemandangan kembali dibangun di bukit tertinggi di Gunungkidul. Embung yang dibangun di DusunSriten, DesaPilangrejo, Nglipar ini merupakan embung yang menjadi bagian dari serangkaian rintisan embung buatan dengan menggunakan sistem geomembran yang telah dikembangkan di DesaNglanggeran.
Dengan menggunakan dana dari Pemda DIY senilai Rp2 miliar, tidak lama lagi embung yang berada di ketinggian 886 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini akan diresmikan. ”Ini sudah 85%, sebentar lagi program akan selesai,” kata Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Gunungkidul Supriyadi, kemarin.
Menurutnya, konsep pengembangan Sriten ini lebih tertata dibandingkan embung buatan di Nglanggeran. Semua perencanaan sudah mengedepankan konsep agrowisata. “Kalau di Nglanggeran, awalnya hanya untuk pengairan kebun buah, tapi kalau di sini lebih terkonsep,” ucapnya.
Menurutnya, di areal yang menjadi bukit tertinggi di Gunungkidul ini juga menyajikan pemandangan yang cukup indah. Wisatawan bisa melihat berbagai daerah lain seperti Wonosari, Klaten, hingga Rawa Jombor, serta Waduk Wonogiri. “Di sini kabut sering kali muncul dan kami seakan di atas awan. Mudah-mudahan Maret sudah bisa kami resmikan,” beber mantan Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura ini.
Dijelaskannya, sebagai penyangga utama, di sekitar embung juga ditanam aneka tanaman perkebunan seperti buah manggis dan kelengkeng. Pihaknya sengaja memilih manggis lantaran kondisi tanah sangat cocok juga untuk ikon andalan Sriten. “Kalau durian kan Patuk, nah, sekarang di Sriten manggis,” ucapnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Gunungkidul Budi Martono mengatakan, pembangunan embung Sriten ini dimulai pada 2014 lalu. Selain embung Sriten, satu lagi embung juga dibangun, yaitu di Gunungpanggung, Desa Tambakromo, Ponjong. “Tahun ini kami akan dapat lagi dua embung, namun kami masih survei untuk penentuan lokasinya,” ucapnya.
Suharjono
(ftr)