Petugas Tak Ramah, Atap Bus pun Bocor

Senin, 09 Februari 2015 - 14:53 WIB
Petugas Tak Ramah, Atap Bus pun Bocor
Petugas Tak Ramah, Atap Bus pun Bocor
A A A
YOGYAKARTA - Armada Trans Jogja secara visual memang memikat mata. Tampil dengan kombinasi warna hijau dan kuning, moda transportasi kebanggaan warga Yogyakarta ini menarik untuk dinaiki.

Namun kondisi yang terlihat dari luar tersebut pada kenyataannya bertolak belakang saat kita benar-benar merasakan jasa layanan bus yang dioperasikan oleh PT Jogja Tugu Trans. Buruknya layanan bukan hanya dari sisi armadanya, tapi juga sumber daya manusianya (SDM). Seperti yang KORAN SINDO YOGYA rasakan saat menjajal bus Trans Jogja. Tepat pukul 16.55 WIB kemarin sore, halte Trans Jogja di Jalan Timoho Yogyakarta terlihat sepi.

Raut muka kecut diperlihatkan oleh petugas yang berjaga di halte ini. Tak ada sedikitpun sambutan senyum manis dari perempuan yang berusia sekitar 35- an itu. Setelah melakukan pembayaran Rp3.600, sejumlah calon penumpang menanti bus di dalam halte. Sekadar menghibur mereka dari sepi, petugas kemudian menyalakan musik mp3. Kebetulan, sore kemarin memang kota wisata ini sedang diguyur hujan. Membuat keramaian kota sedikit berkurang.

Tak sampai sepuluh menit, bus yang ditunggu datang. Petugas mengisyarakatkan kepada calon penumpang untuk segera masuk ke bus. Sam - butan dari kondektur sedikit berbeda dibandingkan perempuan yang berada di halte. Kondektur bus Jurusan 4B yang mengaku bernama Purnomo, 27, warga asal Condongcatur, Depok, Sleman ini langsung mengarahkan penumpang untuk menempati tempat duduk tertentu.

"Baru hujan mas, silakan duduk di belakang. Ini bocor atapnya. Jadi ada genangan air di dalam dan kursinya sedikit basah," sebut Purnomo. Kondisi bus tersebut memang kurang memberikan ke - nya manan. Bahkan menurut Purnomo, yang sudah bekerja di bus ini selama empat tahun, bus yang kondisinya bocor tak hanya satu. "Tapi memang ini yang paling parah bocornya," ungkapnya.

Selain lantainya tergenang air, suasana kurang nyaman juga terasa saat bus sedang berjalan. Lajunya tak terlalu mulus meski jalanan tak terlalu dipadati kendaraan. Sesekali gas di - bu at tinggi, kemudian rendah. Ketika melakukan pengereman, terdengar keras bunyi bising seperti tikus yang sedang menjerit akan dimangsa predatornya, citt..cittt...."Memang sudah waktunya untuk peremajaan, dengar kabar katanya Desember akhir tahun ini," lanjut Purnomo.

Meski kondisinya sudah parah, Purnomo sangat berharap agar keberlang - sungan bus Trans Jogja ini tetap terus ada. Sebab pekerjaan yang digelutinya ini merupakan sumber pemasukan utama guna menghidupi keluarga kecilnya. "Anak baru satu. Ya dari pekerjaan ini untuk menghidupinya, meski ada sambilan lain juga," kata mantan konduktur bus regular itu. Harapan ini juga seperti yang diungkapkan salah satu pengguna jasa Trans Jogja, Alex Halotur Motu, 25. Mahasiswa yang suka naik bus saat berpergian ini mengata kan jika ada perhatian lebih, bus ini bisa banyak bermanfaat.

"Paling tidak kanbisa mengurangi kepadatan kendaraan (di jalan). Tapi kondisinya, rasanya lebih nyaman saat awal- awal ada dulu. Tapi akhirakhir ini, petugas pun tak terlalu ramah. Selain itu, polusinya (bus) itu, sudah butuh peremajaan," ucapnya.

Belakangan ini, operasional Trans Jogja tengah menjadi pembicaraan. Sebab angkutan umum yang dioperasikan oleh Dinas Perhubungan DIY sejak 2008 lalu itu mendapat sorotan dari BPKP dan BPK perwakilan DIY. PT JTT pun berjanji akan meningkatkan layanan dari sisi bus dan SDM.

Ridho Hidayat
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4247 seconds (0.1#10.140)