Ratusan Sopir Damri Mogok
A
A
A
SURABAYA - Ratusan sopir bus Damri Surabaya menggelar aksi mogok kerja, kemarin. Mereka memarkirkan bus yang dioperasikan perusahaan milik pemerintah itu di dalam garasi di Jalan Jagir, Wonokromo.
Aksi pemogokan dipicu pemotongan fee konsensus untuk sopir20% danpara sopirmenolak kebijakan itu. Penghapusan yang dimaksud adalah fee 20% atau biasa disebut sebagai konsensus 10:2 atau 10 penumpang dua di antaranya jatah untuk sopir. Para sopir menolak aturan baru yang diberlakukan pihak manajemen.
”Perusahaan mengaku rugi. Karena itu jatah dua penumpang untuk sopir setiap 10 penumpang yang naik, dihapus,” ujar perwakilan sopir Bus Damri Jurusan Bungurasih–- Osowilangun (P8), Abdul Khonis. Dia menjelaskan, penghapusan fee ini awalnya akan diberlakukan khusus untuk Damri Jurusan Terminal Bungurasih– Osowilangon (P8). “Sabtu (31/2) lalu kami diajak rapat untuk bahas ini, tapi tidak ada titik temu,” katanya.
Khonis mengungkapkan, karena tidak adanya persetujuan pada rapat Sabtu, pihak manajemen malah menyita seluruh kunci serta STNK bus Damri jurusan P8. “Sehingga pada Minggu (1/2) kami para sopir (jurusan P8) tidak narik karena kunci dan STNK tak juga diberikan,” urainya.
Padahal bus Damri jurusan P8, termasuk jurusan yang menghasilkan penumpang dengan jumlah besar. Saat ini total armada khusus jurusan P8 sebanyak 17 bus. Selain itu, pihak manajemen juga berdalih menghapuskan fee karena merugi. “Masa alasan merugi. Mereka bus saja dibelikan oleh pemerintah, setoran kami juga selalu baik, ini merugi dari mana?” ucapnya dengan nada bertanya.
Khonis mencontohkan, setiap hari rata-rata menghasilkan setoran bersih Rp700.000–1,3 juta. Setoran itu merupakan setoran bersih di luar biaya solar dan honor kernet. K oordinator sekaligus sopir Damri jurusan Tanjung Perak– Bungurasih, Supari, mengaku juga ikut mogok bekerja. “Seluruh armada bus mogok kecuali untuk jurusan Bungurasih– Juanda dan Juanda–Bunder (Gresik),” kata Supari.
Menurut dia, aksi sepihak inilah yang lantas memicu seluruh sopir di jurusan lain akhirnya menggelar aksi keprihatinan dengan ikut mogok tidak bekerja. Para sopir khawatir apa yang akan dilakukan di jurusan P8 juga akan berimbas di jurusan lainnya. “Kami sepakat ikut mogok sekaligus menuntut kenaikan gaji minimal harus sama dengan UMK Surabaya,” katanya.
Selain menuntut agar fee sopir tak dihapus, para sopir juga mengeluh upah yang mereka terima selama ini rata-rata di bawah Rp2 juta per bulan. Padahal usia kerja mereka rata-rata telah lebih dari 15 tahun. Karyawan golongan IIB misalnya, sudah 18 tahun bekerja hanya mendapatkan gaji Rp1,8 juta per bulan. “Kami menuntut upah layak yang sesuai dengan UMK. Ini upah yang sudah di bawah UMK, ditambah komisi dihapus,” katanya.
Dalam aksinya, para sopir menempel kertas karton di kaca depan bus. Kertas ini berisi tuntutan agar perusahaan peninggalan Jepang itu memberikan gaji layak dan mengembalikan komisi 20%. Oleh pengunjuk rasa, bus juga diparkir begitu saja di dalam garasi. Dari sejumlah trayek bus kota di Terminal Purabaya, Sidoarjo, hanya dua trayek saja yang masih beroperasi.
Darmo, Petugas Timer Pemberangkatan Bus Damri di Pos Terminal Purabaya mengatakan, dua trayek bus kota yang beroperasi melayani penumpang adalah trayek E1 jurusan Purabaya–Joyoboyo dan Purabaya–Bandara Juanda. “Kalau tiga trayek lainnya, yakni Patas AC jurusan Purabaya– Darmo–Indrapura–Perak, PAC8 jurusan Purabaya–Tol–- TOW, dan P4 jurusan Purabaya– Tol Waru–Perak, sejak tadi tidak beroperasi (mogok),” ujarnya.
Akibat mogok kerja tersebut, bus Damri jurusan Purabaya– Joyoboyo langsung diserbu penumpang. Tak sampai 10 menit, bus kota sudah penuh penumpang dan langsung diberangkatkan ke tujuan. “Penumpang lumayan ramai, Mas. Tidak seperti biasanya. Mungkin karena bus yang lainnya banyak yang mogok,” kata Sutomo, kru bus Damri jurusan Bungurasih–Joyoboyo.
Menurut Sutomo, selain busnya, terdapat empat bus kota Damri lainnya yang melayani E1 jurusan Purabaya–Joyoboyo. Ia mengaku tidak tahu jika hari ini akan ada mogok massal sopir bus kota Damri karena langsung ke terminal. Ahmad, salah seorang penumpang yang hendak menuju Polda Jatim di Jalan A Yani, Surabaya, mengaku biasanya naik bus Patas AC jurusan Purabaya– Polda–Darmo–Indrapura– Perak. ”Karena sopirnya mogok, saya naik bus seadanya,” ucapnya.
Terpisah, Kepala Bagian Operasi Damri Surabaya Purwanto membenarkan adanya rencana penghapusan komisi bagi sopir. Menurut dia, penghapusan ini karena perusahaan terus merugi setelah jumlah penumpang terus menurun. Setiap hari, jumlah penumpang Damri hanya 8.000 orang.
Ratarata setiap tahun jumlah penumpang turun sekitar 1.000 orang. “Dengan minimnya penumpang, kami berharap tidak perlu kernet. Sehingga komisi bagi sopir yang biasanya untuk menggaji kernet tidak perlu lagi diadakan,” katanya.
Lukman Hakim
Aksi pemogokan dipicu pemotongan fee konsensus untuk sopir20% danpara sopirmenolak kebijakan itu. Penghapusan yang dimaksud adalah fee 20% atau biasa disebut sebagai konsensus 10:2 atau 10 penumpang dua di antaranya jatah untuk sopir. Para sopir menolak aturan baru yang diberlakukan pihak manajemen.
”Perusahaan mengaku rugi. Karena itu jatah dua penumpang untuk sopir setiap 10 penumpang yang naik, dihapus,” ujar perwakilan sopir Bus Damri Jurusan Bungurasih–- Osowilangun (P8), Abdul Khonis. Dia menjelaskan, penghapusan fee ini awalnya akan diberlakukan khusus untuk Damri Jurusan Terminal Bungurasih– Osowilangon (P8). “Sabtu (31/2) lalu kami diajak rapat untuk bahas ini, tapi tidak ada titik temu,” katanya.
Khonis mengungkapkan, karena tidak adanya persetujuan pada rapat Sabtu, pihak manajemen malah menyita seluruh kunci serta STNK bus Damri jurusan P8. “Sehingga pada Minggu (1/2) kami para sopir (jurusan P8) tidak narik karena kunci dan STNK tak juga diberikan,” urainya.
Padahal bus Damri jurusan P8, termasuk jurusan yang menghasilkan penumpang dengan jumlah besar. Saat ini total armada khusus jurusan P8 sebanyak 17 bus. Selain itu, pihak manajemen juga berdalih menghapuskan fee karena merugi. “Masa alasan merugi. Mereka bus saja dibelikan oleh pemerintah, setoran kami juga selalu baik, ini merugi dari mana?” ucapnya dengan nada bertanya.
Khonis mencontohkan, setiap hari rata-rata menghasilkan setoran bersih Rp700.000–1,3 juta. Setoran itu merupakan setoran bersih di luar biaya solar dan honor kernet. K oordinator sekaligus sopir Damri jurusan Tanjung Perak– Bungurasih, Supari, mengaku juga ikut mogok bekerja. “Seluruh armada bus mogok kecuali untuk jurusan Bungurasih– Juanda dan Juanda–Bunder (Gresik),” kata Supari.
Menurut dia, aksi sepihak inilah yang lantas memicu seluruh sopir di jurusan lain akhirnya menggelar aksi keprihatinan dengan ikut mogok tidak bekerja. Para sopir khawatir apa yang akan dilakukan di jurusan P8 juga akan berimbas di jurusan lainnya. “Kami sepakat ikut mogok sekaligus menuntut kenaikan gaji minimal harus sama dengan UMK Surabaya,” katanya.
Selain menuntut agar fee sopir tak dihapus, para sopir juga mengeluh upah yang mereka terima selama ini rata-rata di bawah Rp2 juta per bulan. Padahal usia kerja mereka rata-rata telah lebih dari 15 tahun. Karyawan golongan IIB misalnya, sudah 18 tahun bekerja hanya mendapatkan gaji Rp1,8 juta per bulan. “Kami menuntut upah layak yang sesuai dengan UMK. Ini upah yang sudah di bawah UMK, ditambah komisi dihapus,” katanya.
Dalam aksinya, para sopir menempel kertas karton di kaca depan bus. Kertas ini berisi tuntutan agar perusahaan peninggalan Jepang itu memberikan gaji layak dan mengembalikan komisi 20%. Oleh pengunjuk rasa, bus juga diparkir begitu saja di dalam garasi. Dari sejumlah trayek bus kota di Terminal Purabaya, Sidoarjo, hanya dua trayek saja yang masih beroperasi.
Darmo, Petugas Timer Pemberangkatan Bus Damri di Pos Terminal Purabaya mengatakan, dua trayek bus kota yang beroperasi melayani penumpang adalah trayek E1 jurusan Purabaya–Joyoboyo dan Purabaya–Bandara Juanda. “Kalau tiga trayek lainnya, yakni Patas AC jurusan Purabaya– Darmo–Indrapura–Perak, PAC8 jurusan Purabaya–Tol–- TOW, dan P4 jurusan Purabaya– Tol Waru–Perak, sejak tadi tidak beroperasi (mogok),” ujarnya.
Akibat mogok kerja tersebut, bus Damri jurusan Purabaya– Joyoboyo langsung diserbu penumpang. Tak sampai 10 menit, bus kota sudah penuh penumpang dan langsung diberangkatkan ke tujuan. “Penumpang lumayan ramai, Mas. Tidak seperti biasanya. Mungkin karena bus yang lainnya banyak yang mogok,” kata Sutomo, kru bus Damri jurusan Bungurasih–Joyoboyo.
Menurut Sutomo, selain busnya, terdapat empat bus kota Damri lainnya yang melayani E1 jurusan Purabaya–Joyoboyo. Ia mengaku tidak tahu jika hari ini akan ada mogok massal sopir bus kota Damri karena langsung ke terminal. Ahmad, salah seorang penumpang yang hendak menuju Polda Jatim di Jalan A Yani, Surabaya, mengaku biasanya naik bus Patas AC jurusan Purabaya– Polda–Darmo–Indrapura– Perak. ”Karena sopirnya mogok, saya naik bus seadanya,” ucapnya.
Terpisah, Kepala Bagian Operasi Damri Surabaya Purwanto membenarkan adanya rencana penghapusan komisi bagi sopir. Menurut dia, penghapusan ini karena perusahaan terus merugi setelah jumlah penumpang terus menurun. Setiap hari, jumlah penumpang Damri hanya 8.000 orang.
Ratarata setiap tahun jumlah penumpang turun sekitar 1.000 orang. “Dengan minimnya penumpang, kami berharap tidak perlu kernet. Sehingga komisi bagi sopir yang biasanya untuk menggaji kernet tidak perlu lagi diadakan,” katanya.
Lukman Hakim
(ftr)