Namanya Diabadikan Jadi Rumah Sakit di Trenggalek

Senin, 02 Februari 2015 - 11:12 WIB
Namanya Diabadikan Jadi Rumah Sakit di Trenggalek
Namanya Diabadikan Jadi Rumah Sakit di Trenggalek
A A A
SURABAYA - Memiliki anak berpendidikan tinggi tentu hal membanggakan bagi setiap orang tua. Hal ini yang dilakukan almarhum dokter Soedomo ketika membesarkan anak-anaknya.

Semasa hidup dia selalu berpesan untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin guna bekal kehidupan. Dokter kelahiran tahun 1915 itu meninggal pada usia 62 tahun 1977 dan namanya diabadikan menjadi nama rumah sakit daerah di Trenggalek. Salah satu putranya, drh. Djoko Sakti Setyolaksono menjelaskan, kenangan dari beliau yang selalu kami ingat adalah harus lulus sekolah minimal sarjana dan terbukti kami dari 11 bersaudara semuanya sarjana, bahkan ada yang profesor.

Menurut dia, keunikan keluarga kami tidak hanya semua sarjana, tetapi juga rukun satu sama lain. Karena 11 bersaudara berasal dari dua ibu, istri pertama ada empat anak dan istri kedua tujuh anak. Mereka selalu kompak jika ada masalah keluarga saling dukung dan selalu terbuka.

”Semuanya itu ilmu dari bapak, sejak kecil kami selalu diajarkan untuk saling tolong menolong satu sama lain. Bapak itu kan dokter, tapi tidak pernah memasang tarif untuk mengobati orang lain karena waktu itu dia mengabdi di perdesaan,” kata Sakti.

Hebatnya, dari 11 saudara ini dua di antaranya menjadi dokter umum dan tiga lainnya menjadi dokter hewan. Sementara beberapa lainnya menjadi insinyur dan arsitek. ”Orang punya dua anak saja mungkin susah untuk membesarkan dan memberi pendidikan, tetapi bapak saya ini dengan gigih membesarkan kami agar bisa memiliki ilmu. Alhasil, kami semua berhasil menjadi sarjana, ada yang lulusan kedokteran Uniar, UGM, dan ITS,” kata Sakti anak ke-9 yang kini menjadi dokter hewan sekaligus pelukis. Sementara anak ke-3 Ir. Hj.

Retno Widjajaningsih menceritakan asal mula dokter Soedomo namanya diabadikan menjadi salah satu rumah sakit di Trenggalek karena pengabdiannya di kota itu. Waktu itu, sama sekali tidak ada dokter yang mau mengabdi di kota kecil seperti Trenggalek dan dokter Soedomo memilih bolak-balik Tulungagung- Trenggalek untuk mengabdikan diri. ”Bapak itu kalau kerja jadi dokter berangkat pagi pulang sore, pulang pergi,” katanya.

Bahkan, meski sudah 22 tahun ditinggal dokter Soedomo, masyarakat di sekitar wilayah itu selalu mengenang sosok dokter dari angkatan laut tersebut. Masyarakat mengenal sosok dokter Soedomo tidak hanya sebagai dokter yang bisa menolong orang sakit, tetapi perilaku dalam mendidik anak-anaknya juga menjadi contoh tersendiri. Wajar jika Presiden Soekarno juga pernah memberikan penghargaan atas jasanya membantu perjuangan gerilya.

Sebelum meninggal pada 1976, beliau juga mendapat penghargaan dari Menteri Kesehatan RI atas partisipasi dan prestasi dalam mengupayakan pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit. ”Bapak ini namanya tidak asing kalau di Trenggalek, maka saat beliau meninggal, pemerintah daerah memutuskan menjadikan nama rumah sakit,” katanya.

Mamik Wijayanti
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9495 seconds (0.1#10.140)