Wujud Penolakan Proyek Betonisasi Gunung Penanggungan
A
A
A
MOJOKERTO - Penolakan atas rencana betonisasi di atas Gunung Penanggungan oleh para pecinta alam (PA) terus menguat. Mereka bahkan sudah menggelar tanda tangan penolakan.
Mereka meminta Pemkab Mojokerto mengurungkan niat pembangunan jalan setapak menuju puncak bayangan gunung yang berada di Kecamatan Trawas itu. Sejak seminggu lalu, para pendaki gunung mulai mengumpulkan tanda tangan penolakan. Mereka yang hendak mendaki gunung melalui jalur Desa Tamiajeng, Kecamatan Trawas, membubuhkan tanda tangan penolakan.
Hingga saat ini jumlah tanda tangan sudah mencapai ribuan berasal dari semua pendaki gunung yang tersebar di seluruh wilayah Jawa Timur. Koordinator Save Pawitra, Yahya Setianto mengatakan, saat ini ada sekitar 2.000 tanda tangan penolakan yang terkumpul dari pendaki gunung. Rencananya bukti tanda tangan itu akan diserahkan ke Pemkab Mojokerto. “Nanti akan kami serahkan ke bupati. Ini sebagai bentuk penolakan kami atas rencana pembangunan jalan setapak di Gunung Penanggungan,” kata Yahya Setianto.
Save Pawitra merupakan gerakan penolakan betonisasi Gunung Penanggungan dari pecinta alam se-Jatim. Dia menyebutkan ada banyak alasan penolakan itu. Salah satunya pecinta alam khawatir jika rencana pembangunan jalan setapak dengan konstruksi beton nanti bakal merusak ekosistem hutan. Terlebih, Gunung Penanggungan kaya akan situs peninggalan Kerajaan Majapahit.
“Pecinta alam sendiri hati-hati saat membuat jalur pendakian. Jalan yang kami pakai maksimal 1,5 meter. Itu karena kami menjaga ekosistem dan situs yang tersebar di atas gunung,” katanya. Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Timur Aris Soviani mengaku, Pemkab Mojokerto tak pernah membicarakan rencana ini dengan pihaknya.
Padahal, kata dia, Gunung Penanggungan merupakan kawasan cagar budaya milik Pemprov Jatim. “Seharusnya pemkab harus izin gubernur untuk rencana itu. Saya belum pernah diajak ngomong ,” kata Aris Soviani, kemarin. Dia juga menyesalkan rencana pemkab yang dinilai gegabah itu.
Di atas Gunung Penanggungan banyak tercecer situs kuno peninggalan Kerajaan Majapahit. Ia khawatir jika pembangunan jalan setapak di atas gunung itu bakal mengancam kelestarian situs. “Ada 48 situs yang sudah ditemukan di Gunung Penanggungan. Masih ada ratusan. Kami khawatir nanti situs-situs itu terancam,” katanya.
Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa membantah jika proyek pembangunan jalan beton sepanjang jalur menuju Gunung Penanggungan dan jalan setapak di atas gunung bakal mengancam ekosistem dan merusak situs peninggalan Majapahit. “Tidak akan merusak situs. Kami akan memilih lokasi yang tidak ada situsnya,” kata Mustofa.
Dikatakannya, pembangunan jalan beton menuju lokasi pendakian dan jalan setapak di atas gunung itu semata-mata memudahkan masyarakat menikmati Gunung Penanggungan. Menurutnya, Gunung Penanggungan memiliki potensi wisata cukup menarik. “Untuk naik gunung akan lebih mudah, tidak menggunakan jalan air sebagai jalur menuju puncak,” ujarnya membela.
Diketahui, tahun ini Pemkab Mojokerto berencana membangun jalan beton di Desa Tamiajeng, Kecamatan Trawas, hingga menuju ke lokasi pendakian. Dana yang disediakan sekitar Rp7 miliar itu juga untuk membuat tangga beton hingga ketinggian sekitar 1.400 mdpl tepatnya di Puncak Bayangan.
Namun belakangan ini, para pendaki gunung menolak rencana itu. Gunung Penanggungan memang menjadi tempat untuk pendakian, terutama saat akhir pekan.
Tritus Julan
Mereka meminta Pemkab Mojokerto mengurungkan niat pembangunan jalan setapak menuju puncak bayangan gunung yang berada di Kecamatan Trawas itu. Sejak seminggu lalu, para pendaki gunung mulai mengumpulkan tanda tangan penolakan. Mereka yang hendak mendaki gunung melalui jalur Desa Tamiajeng, Kecamatan Trawas, membubuhkan tanda tangan penolakan.
Hingga saat ini jumlah tanda tangan sudah mencapai ribuan berasal dari semua pendaki gunung yang tersebar di seluruh wilayah Jawa Timur. Koordinator Save Pawitra, Yahya Setianto mengatakan, saat ini ada sekitar 2.000 tanda tangan penolakan yang terkumpul dari pendaki gunung. Rencananya bukti tanda tangan itu akan diserahkan ke Pemkab Mojokerto. “Nanti akan kami serahkan ke bupati. Ini sebagai bentuk penolakan kami atas rencana pembangunan jalan setapak di Gunung Penanggungan,” kata Yahya Setianto.
Save Pawitra merupakan gerakan penolakan betonisasi Gunung Penanggungan dari pecinta alam se-Jatim. Dia menyebutkan ada banyak alasan penolakan itu. Salah satunya pecinta alam khawatir jika rencana pembangunan jalan setapak dengan konstruksi beton nanti bakal merusak ekosistem hutan. Terlebih, Gunung Penanggungan kaya akan situs peninggalan Kerajaan Majapahit.
“Pecinta alam sendiri hati-hati saat membuat jalur pendakian. Jalan yang kami pakai maksimal 1,5 meter. Itu karena kami menjaga ekosistem dan situs yang tersebar di atas gunung,” katanya. Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Timur Aris Soviani mengaku, Pemkab Mojokerto tak pernah membicarakan rencana ini dengan pihaknya.
Padahal, kata dia, Gunung Penanggungan merupakan kawasan cagar budaya milik Pemprov Jatim. “Seharusnya pemkab harus izin gubernur untuk rencana itu. Saya belum pernah diajak ngomong ,” kata Aris Soviani, kemarin. Dia juga menyesalkan rencana pemkab yang dinilai gegabah itu.
Di atas Gunung Penanggungan banyak tercecer situs kuno peninggalan Kerajaan Majapahit. Ia khawatir jika pembangunan jalan setapak di atas gunung itu bakal mengancam kelestarian situs. “Ada 48 situs yang sudah ditemukan di Gunung Penanggungan. Masih ada ratusan. Kami khawatir nanti situs-situs itu terancam,” katanya.
Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa membantah jika proyek pembangunan jalan beton sepanjang jalur menuju Gunung Penanggungan dan jalan setapak di atas gunung bakal mengancam ekosistem dan merusak situs peninggalan Majapahit. “Tidak akan merusak situs. Kami akan memilih lokasi yang tidak ada situsnya,” kata Mustofa.
Dikatakannya, pembangunan jalan beton menuju lokasi pendakian dan jalan setapak di atas gunung itu semata-mata memudahkan masyarakat menikmati Gunung Penanggungan. Menurutnya, Gunung Penanggungan memiliki potensi wisata cukup menarik. “Untuk naik gunung akan lebih mudah, tidak menggunakan jalan air sebagai jalur menuju puncak,” ujarnya membela.
Diketahui, tahun ini Pemkab Mojokerto berencana membangun jalan beton di Desa Tamiajeng, Kecamatan Trawas, hingga menuju ke lokasi pendakian. Dana yang disediakan sekitar Rp7 miliar itu juga untuk membuat tangga beton hingga ketinggian sekitar 1.400 mdpl tepatnya di Puncak Bayangan.
Namun belakangan ini, para pendaki gunung menolak rencana itu. Gunung Penanggungan memang menjadi tempat untuk pendakian, terutama saat akhir pekan.
Tritus Julan
(ftr)