Pameran Lukisan Sarat Pesan Moral
A
A
A
SURABAYA - Cinta memang memiliki daya tarik tersendiri sehingga ceritanya pun unik. Dalam legenda nusantara, berbagai kisah cinta dimunculkan pada rajutan cerita yang dramatis dan penuh pesan moral.
Tidak mengherankan, kisah cinta tersebut menjadi inspirasi perupa untuk mengaplikasikannya dalam kanvas. Seperti lukisan berjudul Enternal Love The Legend of Roro Mendut karya Syis Paindow yang dipamerkan di Galeri House of Sampoerna Surabaya ini. Lukisan ini menceritakan perjalanan cinta Roro Mendut yang dinilai romantis oleh Syis.
Menurut Syis, cinta Roro Mendut pada sang kekasih tidak hanya simbol kesetiaan, tetapi juga cinta sejati yang dibawa sampai mati. Keduanya juga mati karena membela perasaan cintanya. Syis menggambarkan kisah Roro Mendut tersebut dengan wajah seorang perempuan yang sedang menghisap batang bunga mawar.
“Mawar itu kan berduri tetapi sedang dihisap oleh Roro Mendut. Sebenarnya hal ini menyimbolkan cinta yang dijalani oleh Roro Mendut. Roro dicintai oleh tumenggung namun ia menolaknya hingga dengan berbagai cara tidak mendapatkan Roro. Akhirnya, jalan terakhir dengan membunuh pemuda yang dicintai oleh Roro Mendut.
Ternyata Roro justru memilih mati bersamanya sebagai wujud kesetiaan pada sang kekasih,” kata Syis sambil menunjukkan lukisannya berukuran 100x145 sentimeter tersebut. Lukisan Syis lain yang ditampilkan dalam pameran bertajuk Legenda Cinta Nusantara yakni berjudul Looking for Love (The Legend of Arjuna ). Lewat lukisannya, Syis menampilkan potret diri dan posisi membelakangi serta di kanan kiri terlihat lukisan berbentuk love sebanyak 15 gambar.
“Sebenarnya tidak sengaja saya melukis love atau gambar hati, semuanya mengalir begitu saja dan jumlah love ini sebanyak istri Arjuna yakni 15,” papar pria yang konsisten di dunia seni lukis sejak kuliah seni rupa di era 1990-an hingga sekarang. Total lukisan yang menceritakan kisah cinta nusantara dan dipamerkan digelari HOS yakni 25 lukisan dari delapan orang pelukis Bogor dan Jakarta yang tergabung dalam komunitas Brush7+ (baca brush seven plus ).
Selain Syis, pelukis yang turut memamerkan karyanya dalam pameran kali ini adalah Jono Sugiartono, Ponk Q Hary Purnomo, Tomy FaisalAlim, ArifinYasonas, Fitrajaya Nusantara, Hendriques David Arie, dan Gahnyleo. Mengingat tema yang diusung adalah kisah cinta nusantara maka 25 lukisan tersebut juga menceritakan berbagai kisah cinta klasik seperti Rama Shinta, Jaka Tarub, Sangkuriang, Roro Jonggrang, Arjuna, dan masih banyak lagi.
Bahkan kisah cinta Arjuna menjadi kisah cinta yang paling banyak diapresiasi oleh pelukis. Selain Syis yang melukisnya, ada Ghanyleo dan Hendriques yang juga melukis sosok Arjuna dengan tampilan yang berbeda serta sesuai ciri khas masingmasing pelukis. Syis kembali menjelaskan, dipilihnya tema kisah cinta nusantara untuk memopulerkan kembali cerita rakyat yang pernah melegenda.
Apalagi kisah cinta klasik tersebut juga banyak memiliki pesan moral. Seperti kesetiaan dan kejujuran yang utama. “Kisah cinta yang romantis kan tidak hanya Romeo dan Juliet, cerita cinta dari cerita rakyat kita juga jauh lebih menarik jika dilihat secara mendetail,” tutur Syis.
Mamik Wijayanti
Tidak mengherankan, kisah cinta tersebut menjadi inspirasi perupa untuk mengaplikasikannya dalam kanvas. Seperti lukisan berjudul Enternal Love The Legend of Roro Mendut karya Syis Paindow yang dipamerkan di Galeri House of Sampoerna Surabaya ini. Lukisan ini menceritakan perjalanan cinta Roro Mendut yang dinilai romantis oleh Syis.
Menurut Syis, cinta Roro Mendut pada sang kekasih tidak hanya simbol kesetiaan, tetapi juga cinta sejati yang dibawa sampai mati. Keduanya juga mati karena membela perasaan cintanya. Syis menggambarkan kisah Roro Mendut tersebut dengan wajah seorang perempuan yang sedang menghisap batang bunga mawar.
“Mawar itu kan berduri tetapi sedang dihisap oleh Roro Mendut. Sebenarnya hal ini menyimbolkan cinta yang dijalani oleh Roro Mendut. Roro dicintai oleh tumenggung namun ia menolaknya hingga dengan berbagai cara tidak mendapatkan Roro. Akhirnya, jalan terakhir dengan membunuh pemuda yang dicintai oleh Roro Mendut.
Ternyata Roro justru memilih mati bersamanya sebagai wujud kesetiaan pada sang kekasih,” kata Syis sambil menunjukkan lukisannya berukuran 100x145 sentimeter tersebut. Lukisan Syis lain yang ditampilkan dalam pameran bertajuk Legenda Cinta Nusantara yakni berjudul Looking for Love (The Legend of Arjuna ). Lewat lukisannya, Syis menampilkan potret diri dan posisi membelakangi serta di kanan kiri terlihat lukisan berbentuk love sebanyak 15 gambar.
“Sebenarnya tidak sengaja saya melukis love atau gambar hati, semuanya mengalir begitu saja dan jumlah love ini sebanyak istri Arjuna yakni 15,” papar pria yang konsisten di dunia seni lukis sejak kuliah seni rupa di era 1990-an hingga sekarang. Total lukisan yang menceritakan kisah cinta nusantara dan dipamerkan digelari HOS yakni 25 lukisan dari delapan orang pelukis Bogor dan Jakarta yang tergabung dalam komunitas Brush7+ (baca brush seven plus ).
Selain Syis, pelukis yang turut memamerkan karyanya dalam pameran kali ini adalah Jono Sugiartono, Ponk Q Hary Purnomo, Tomy FaisalAlim, ArifinYasonas, Fitrajaya Nusantara, Hendriques David Arie, dan Gahnyleo. Mengingat tema yang diusung adalah kisah cinta nusantara maka 25 lukisan tersebut juga menceritakan berbagai kisah cinta klasik seperti Rama Shinta, Jaka Tarub, Sangkuriang, Roro Jonggrang, Arjuna, dan masih banyak lagi.
Bahkan kisah cinta Arjuna menjadi kisah cinta yang paling banyak diapresiasi oleh pelukis. Selain Syis yang melukisnya, ada Ghanyleo dan Hendriques yang juga melukis sosok Arjuna dengan tampilan yang berbeda serta sesuai ciri khas masingmasing pelukis. Syis kembali menjelaskan, dipilihnya tema kisah cinta nusantara untuk memopulerkan kembali cerita rakyat yang pernah melegenda.
Apalagi kisah cinta klasik tersebut juga banyak memiliki pesan moral. Seperti kesetiaan dan kejujuran yang utama. “Kisah cinta yang romantis kan tidak hanya Romeo dan Juliet, cerita cinta dari cerita rakyat kita juga jauh lebih menarik jika dilihat secara mendetail,” tutur Syis.
Mamik Wijayanti
(ftr)