Satu Mahasiswa, Satu Produk Usaha

Senin, 26 Januari 2015 - 11:17 WIB
Satu Mahasiswa, Satu...
Satu Mahasiswa, Satu Produk Usaha
A A A
GRESIK - Dahulu, lulus kuliah terus menjadi pegawai adalah impian. Namun, paradigma itu berubah seiring masuknya Indonesia dalam perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Paradigmanya lulus kuliah harus mampu menciptakan lapangan kerja. Pandangan tersebut disosialisasikan Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG). Targetnya, satu mahasiswa harus mampu menciptakan produk baru. Produk yang bakal mampu menjadi inspirasi ekonomi kreatif dalah menciptakan lapangan kerja.

“Sudah tidak zamannya lulus kuliah harus mencari kerja. Sekarang saatnya lulus kuliah menciptakan lapangan usaha, maka sejak dini harus dikenalkan satu mahasiswa satu produk usaha,” ujar M Agung Suryanto, Kepala Prodi Manajemen UMG, kemarin.

Melalui kegiatan Indie Creative Management 2015, mahasiswa dituntut menciptakan produk yang layak dijadikan produk unggulan. Mampu bersaing, layak jual, dan diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja. Produk tersebut juga termasuk produk baru atau aplikasi yang layak secara bisnis.

Kegiatan Indie Creative Management kali ini yang kedua kalinya. Untuk 2015 digelar di Wahana Ekpresi Pusponegoro (WEP), Jalan Jaksa Agung Suprapto, Gresik. Kegiatan dikemas dalam pameran produk dan kuliah ahli membahas tantangan MEA 2015. Pada tahun kedua Indie Creative Management, ada paparan 15 produk baru dari mahasiswa, mulai dari produk makanan, minuman, hingga kaos.

Bahkan, ada mahasiswa menawarkan produk ekspor ikan sidat, meski usaha itu meneruskan usaha orang tua, namun layak diapresiasi. “Setiap mahasiswa memaparkan produk bar, mulai dari pembuatan, pemasaran hingga memanajeri usaha atas produk baru tersebut. Kami bertugas memberikan masukan dan arahan atau semisal konsultan usaha atas produk tersebut, kata Agung.

Selain itu, pihak prodi juga menyiapkan pendampingan secara kontinu kepada mahasiswa yang benar-benar ingin melanjutkan usulan produk batunya menjadi usaha home industry . Termasuk di antaranya dengan membantu menguruskan izin PIRT (produk pangan industri rumah tangga) dari Dinas Kesehatan.

Ke-15 mahasiswa yang ratarata semester satu itu memaparkan usulan produknya. Satu per satu mereka mempresentasikan desain rencana usaha atas produk baru yang digagasnya. Termasuk di antaranya memberikan laporan atas kegiatan penjualan produk baru yang dilakukan selama sepekan kepada pembeli.

Seperti ada dua produk cukup menjanjikan, yakni produk budi daya ikan sidat dan pembuatan makanan khas Jepang bernama Sushi. Budi daya ikat sidat diusulkan Feri Adi Permana dan pengembangan makanan duplikasi Sushi menjadi andalan Novita Kartiningrum.

Novita menduplikasi makanan khas Jepang dengan varian baru diberi nama Toyanolin. Mulai dari bahan pembuatan hingga kemasan memang tidak beda jauh dengan aslinya. Novita hanya memberikan tambahan varian bentuk dan rasa yang lebih bervariasi.

“Awalnya, saya memang suka. Dari situ kemudian timbul keinginan membuat dengan tambahantambahan rasa baru. Saya sudah memasarkan dan sambutan pembeli cukup memuaskan,” ujar mahasiswa yang tinggal Jalan Marabahan Perum GKB itu.

Lain halnya dengan Feri Adi Permana. Mahasiswa asal Sugiyo, Lamongan itu lebih mengenalkan usaha yang dirintis orang tuanya yaitu budidaya ikan sidat. Hanya dia akan lebih fokus ke pemasaran di lokal Jawa Timur dan Indonesia umumnya. Sebab, dia mengaku untuk ekspor sudah ditangani orang tuanya.

”Saya mulai merintis menyuplai kebutuhan ikan sidat ke restoran-restoran lokal dan nasional. Hasilnya cukup menjanjikan,” katanya di akhir pemaparan.

Ashadi Ikhsan
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7700 seconds (0.1#10.140)