Tangga Beton Hilangkan Sensasi Mendaki
A
A
A
MOJOKERTO - Rencana Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa membangun tangga beton di Gunung Penanggungan, Trawas mendapat penolakan dari kalangan pencinta alam. Rencana itu dianggap merusak keaslian gunung.
Tahun ini Pemkab Mojokerto memplot anggaran Rp7 miliar untuk membangun akses jalan menuju Gunung Penanggungan di Desa Tamiajeng, Trawas. Anggaran itu juga digunakan untuk membangun anak tangga mulai dari titik awal pendakian hingga ke puncak bayangan dengan ketinggian sekitar 1.400 di atas permukaan laut (dpl).
Ide itu muncul dari Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa yang telah melakukan pengecekan lokasi hingga ke puncak bayangan beberapa waktu lalu. Fatikhul Ikhsan, salah satu pencinta alam mengungkapkan, rencana betonisasi di Gunung Penanggungan itu sudah banyak didengar kalangan pendaki gunung. Itu diketahui dari petugas pos jaga Gunung Penanggungan di Desa Tamiajeng.
”Kami sudah mendengar. Dan rata-rata pendaki keberatan dengan rencana itu. Ada banyak alasan kenapa kami menolak,” kata dia kemarin. Dengan membuat tangga beton hingga puncak bayangan, pendaki tak akan bisa merasakan sensasi mencapai puncak gunung dengan beragam rintangan. Dengan tangga saja mereka bisa mencapai puncak Penanggungan tanpa “berkeringat”.
Gunung Penanggungan saat ini telah banyak diminati para pendaki dari berbagai kota, bahkan mancanegara. Jika ada tangga beton, pelan-pelan gunung dengan ketinggian 1.653 dpl itu akan ditinggalkan pendaki. ”Nikmatnya pendaki itu saat mereka melintasi rute asli, bukan buatan. Apalagi tangga beton,” ucapnya.
Akhir-akhir ini jumlah pendaki di Gunung Penanggungan memang terus mengalami tren kenaikan. Di hari Jumat dan Sabtu, rata-rata pendaki gunung mencapai 300 orang. Karenanya, sejak tahun ini Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Desa Tamiajeng memberlakukan tarif untuk mendaki gunung Rp8.000 per orang dengan jaminan asuransi. ”Dengan yang sekarang saja sudah cukup menarik. Tapi kalau dibangun tangga beton, justru pendaki akan malas melakukan pendakian,” tandas pendaki asal Kecamatan Mojosari ini.
Penolakan yang sama juga dilontarkan petugas pos jaga Gunung Penanggungan di Desa Tamiajeng. Menurut petugas yang meminta namanya disembunyikan ini, rata-rata pendaki gunung keberatan dengan rencana pemkab itu. ”Kami sudah sampaikan kepada pendaki yang rutin melakukan pendakian. Rata-rata mereka menolak. Alasannya pendakian menjadi tidak alami,” ujar sumber ini.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Mojokerto Zaenal Abidin menerangkan, tahun ini pembangunan jalan dan tangga menuju puncak bayangan Gunung Penanggungan ditargetkan akan selesai. Rencana itu telah matang dibuat. ”Anggaran dan perencanaannya sudah selesai. Ini kita sedang melakukan sosialisasi,” ucapnya kemarin.
Dia tak menampik jika rencana ini menuai protes dari pencinta alam, termasuk warga Desa Tamiajeng. Pihaknya sebenarnya telah melakukan pertemuan dengan sekitar 100 perwakilan warga dan pencinta alam. ”Sudah ada solusinya. Tangga tetap dibuat, tapi jalur pendakian tetap ada,” ujar Zaenal.
Dia menyebut sekitar April nanti pembangunan bisa dimulai. Dalam perencanaan, tangga itu nantinya dibuat dengan menggunakan fondasi beton. Untuk bagian atas menggunakan paving stone. Dengan metode ini akan mempermudah pekerjaan konstruksi. ”Saya kira bisa nutut sampai akhir tahun. Setelah ini kita akan membuka lelang untuk pengerjaannya. Baik untuk jalan raya maupun tangga betonnya,” ucapnya.
Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa menegaskan ide membuat tanggamenuju puncak bayangan Gunung Penanggungan itu lantaran ia menilai jika gunung tersebut memiliki potensi wisata yang besar.
Karenanya, dia tak ingin wisata pegunungan ini hanya bisa dinikmati pada pendaki gunung. ”Ini (tangga beton) mempermudah masyarakat biasa agar bisa sampai ke puncak bayangan,” kata Mustofa.
Tritus Julan
Tahun ini Pemkab Mojokerto memplot anggaran Rp7 miliar untuk membangun akses jalan menuju Gunung Penanggungan di Desa Tamiajeng, Trawas. Anggaran itu juga digunakan untuk membangun anak tangga mulai dari titik awal pendakian hingga ke puncak bayangan dengan ketinggian sekitar 1.400 di atas permukaan laut (dpl).
Ide itu muncul dari Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa yang telah melakukan pengecekan lokasi hingga ke puncak bayangan beberapa waktu lalu. Fatikhul Ikhsan, salah satu pencinta alam mengungkapkan, rencana betonisasi di Gunung Penanggungan itu sudah banyak didengar kalangan pendaki gunung. Itu diketahui dari petugas pos jaga Gunung Penanggungan di Desa Tamiajeng.
”Kami sudah mendengar. Dan rata-rata pendaki keberatan dengan rencana itu. Ada banyak alasan kenapa kami menolak,” kata dia kemarin. Dengan membuat tangga beton hingga puncak bayangan, pendaki tak akan bisa merasakan sensasi mencapai puncak gunung dengan beragam rintangan. Dengan tangga saja mereka bisa mencapai puncak Penanggungan tanpa “berkeringat”.
Gunung Penanggungan saat ini telah banyak diminati para pendaki dari berbagai kota, bahkan mancanegara. Jika ada tangga beton, pelan-pelan gunung dengan ketinggian 1.653 dpl itu akan ditinggalkan pendaki. ”Nikmatnya pendaki itu saat mereka melintasi rute asli, bukan buatan. Apalagi tangga beton,” ucapnya.
Akhir-akhir ini jumlah pendaki di Gunung Penanggungan memang terus mengalami tren kenaikan. Di hari Jumat dan Sabtu, rata-rata pendaki gunung mencapai 300 orang. Karenanya, sejak tahun ini Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Desa Tamiajeng memberlakukan tarif untuk mendaki gunung Rp8.000 per orang dengan jaminan asuransi. ”Dengan yang sekarang saja sudah cukup menarik. Tapi kalau dibangun tangga beton, justru pendaki akan malas melakukan pendakian,” tandas pendaki asal Kecamatan Mojosari ini.
Penolakan yang sama juga dilontarkan petugas pos jaga Gunung Penanggungan di Desa Tamiajeng. Menurut petugas yang meminta namanya disembunyikan ini, rata-rata pendaki gunung keberatan dengan rencana pemkab itu. ”Kami sudah sampaikan kepada pendaki yang rutin melakukan pendakian. Rata-rata mereka menolak. Alasannya pendakian menjadi tidak alami,” ujar sumber ini.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Mojokerto Zaenal Abidin menerangkan, tahun ini pembangunan jalan dan tangga menuju puncak bayangan Gunung Penanggungan ditargetkan akan selesai. Rencana itu telah matang dibuat. ”Anggaran dan perencanaannya sudah selesai. Ini kita sedang melakukan sosialisasi,” ucapnya kemarin.
Dia tak menampik jika rencana ini menuai protes dari pencinta alam, termasuk warga Desa Tamiajeng. Pihaknya sebenarnya telah melakukan pertemuan dengan sekitar 100 perwakilan warga dan pencinta alam. ”Sudah ada solusinya. Tangga tetap dibuat, tapi jalur pendakian tetap ada,” ujar Zaenal.
Dia menyebut sekitar April nanti pembangunan bisa dimulai. Dalam perencanaan, tangga itu nantinya dibuat dengan menggunakan fondasi beton. Untuk bagian atas menggunakan paving stone. Dengan metode ini akan mempermudah pekerjaan konstruksi. ”Saya kira bisa nutut sampai akhir tahun. Setelah ini kita akan membuka lelang untuk pengerjaannya. Baik untuk jalan raya maupun tangga betonnya,” ucapnya.
Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa menegaskan ide membuat tanggamenuju puncak bayangan Gunung Penanggungan itu lantaran ia menilai jika gunung tersebut memiliki potensi wisata yang besar.
Karenanya, dia tak ingin wisata pegunungan ini hanya bisa dinikmati pada pendaki gunung. ”Ini (tangga beton) mempermudah masyarakat biasa agar bisa sampai ke puncak bayangan,” kata Mustofa.
Tritus Julan
(ftr)