Bangunan Hemat Energi Akan Jadi Tren di Medan
A
A
A
MEDAN - Meskipun belum terlalu banyak berdiri di Kota Medan, bangunan dengan konsep ramah lingkungan atau green building dan hemat energi diyakini akan menjadi tren di kota ini.
“Ke depannya, gedung kantor memang harus diarahkan ke konsep green building. Sebab, konsep ini memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya,” kata Dosen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU), Taufik Mustafa, di selasela diskusi gelar karya arsitektur Boy Brahmawanta di Jalan Paduan Tenaga, Medan, Sabtu (17/1).
Menurut dia, Kantor PT Pasai Jaya yang menjadi karya Boy Brahmawanta menjadi salah satu bangunan yang menerapkan konsep green building. Di Kota Medan, bangunan dengan konsep itu belum banyak ditemukan. “Boleh dilihat, tidak ada satu pun ruangan di kantor ini yang gelap meskipun tanpa sinar lampu. Begitu juga dengan sirkulasi udaranya tanpa AC (air conditioner), otomatis penghuninya jadi lebih sehat,” ujarnya.
Secara konsep, green building diartikan sebagai bangunan yang sejak perencanaan, pembangunan, pengoperasian, hingga dalam operasional pemeliharaannya memperhatikan aspekaspekdalam melindungi, menghemat, mengurangi penggunaan sumber daya alam, dan menjaga mutu dari kualitas udara di dalam ruangan. Bangunan juga berpegang kepada kaidah bersinambungan.
Green building didesain untuk mereduksi dampak lingkungan pada kesehatan manusia dan alam melalui efisiensi dalam penggunaan energi, air, dan sumber daya lain. Selain itu, memberikan perlindungan kesehatan pada penghuni dan meningkatkan produktivitas pekerja, mereduksi limbah, mengurangi polusi, serta mereduksi kerusakan lingkungan.
“Sedikitnya, manfaat konsep ini operasional kantor pasti jadi lebih murah karena tak pakai lampu di siang hari, tidak perlu AC, jadi hemat energi,” ungkapnya. Sementara dalam diskusi yang diikuti puluhan mahasiswa arsitektur tersebut, Boy Brahmawanta menegaskan, gedung PT Pasai Jaya yang dia desain memanfaatkan pemberian alam untuk pencahayaan dan sirkulasi udara di dalam gedung.
“Gedung ini tidak menempel dengan gedung di sebelahnya. Tapak bangunan juga tidak bersatu dengan gedung lain. Dengan begitu, sirkulasi udara di luar gedung lebih baik,” ujarnya.
Fakhrur rozi
“Ke depannya, gedung kantor memang harus diarahkan ke konsep green building. Sebab, konsep ini memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya,” kata Dosen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU), Taufik Mustafa, di selasela diskusi gelar karya arsitektur Boy Brahmawanta di Jalan Paduan Tenaga, Medan, Sabtu (17/1).
Menurut dia, Kantor PT Pasai Jaya yang menjadi karya Boy Brahmawanta menjadi salah satu bangunan yang menerapkan konsep green building. Di Kota Medan, bangunan dengan konsep itu belum banyak ditemukan. “Boleh dilihat, tidak ada satu pun ruangan di kantor ini yang gelap meskipun tanpa sinar lampu. Begitu juga dengan sirkulasi udaranya tanpa AC (air conditioner), otomatis penghuninya jadi lebih sehat,” ujarnya.
Secara konsep, green building diartikan sebagai bangunan yang sejak perencanaan, pembangunan, pengoperasian, hingga dalam operasional pemeliharaannya memperhatikan aspekaspekdalam melindungi, menghemat, mengurangi penggunaan sumber daya alam, dan menjaga mutu dari kualitas udara di dalam ruangan. Bangunan juga berpegang kepada kaidah bersinambungan.
Green building didesain untuk mereduksi dampak lingkungan pada kesehatan manusia dan alam melalui efisiensi dalam penggunaan energi, air, dan sumber daya lain. Selain itu, memberikan perlindungan kesehatan pada penghuni dan meningkatkan produktivitas pekerja, mereduksi limbah, mengurangi polusi, serta mereduksi kerusakan lingkungan.
“Sedikitnya, manfaat konsep ini operasional kantor pasti jadi lebih murah karena tak pakai lampu di siang hari, tidak perlu AC, jadi hemat energi,” ungkapnya. Sementara dalam diskusi yang diikuti puluhan mahasiswa arsitektur tersebut, Boy Brahmawanta menegaskan, gedung PT Pasai Jaya yang dia desain memanfaatkan pemberian alam untuk pencahayaan dan sirkulasi udara di dalam gedung.
“Gedung ini tidak menempel dengan gedung di sebelahnya. Tapak bangunan juga tidak bersatu dengan gedung lain. Dengan begitu, sirkulasi udara di luar gedung lebih baik,” ujarnya.
Fakhrur rozi
(ars)