Densus Tembak Mati Terduga Teroris di Kediri
A
A
A
KEDIRI - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror terlibat baku tembak yang berakibat terduga teroris jaringan Santoso tewas di Kediri, kemarin pagi.
Terduga teroris itu Rony alias Joko alias Muas alias Mas Tato/Totok berasal dari Dukuh Nglarangan, RT 12/RW 04 Desa Krenceng, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri. Kepala Bidang Penindakan Densus 88 Antiteror Polri Kombes Pol Ibnu Suhendra menuturkan, penyergapan Rony dilakukan saat suasana sepi. Saat itu mayoritas warga tengah beraktivitas di ladang yang berjarak jauh dari permukiman. “Sebelumnya, kami terus memantau aktivitas bersangkutan,” ujar Ibnu kepada wartawan.
Rony diketahui baru dua setengah bulan pulang ke kampung halaman. Sebelumnya, dia bersembunyi di Bima karena istrinya orang Bima. Dua hari sebelum beraksi, Densus 88 lebih dulu berkoordinasi dengan petugas Polres Kediri. Sekitar pukul 08.30 WIB, setengah jam sebelum insiden terjadi, petugas Densus mengepungnya diam-diam.
Sadar hendak diringkus, Rony bergerak masuk ke rumah Suyadi dan Darmi, orang tuanya. Keluar ruangan dengan menggenggam sepucuk pistol FN di tangan, Rony langsung menyerang. Tiga tembakan langsung diarahkan ke petugas Densus 88. ‘Yang bersangkutan mencoba melawan,” kata Ibnu.
Serangan itu dibalas petugas. Baku tembak pun tak terelakkan. Sebutir timah panas mengenai dada membuat Rony ambruk. Terduga teroris itu tergeletak di teras rumah Ahmad (tetangga) yang biasa digunakan untuk menjemur padi.
Kepala Desa Krenceng Suparno mengaku mendengar tiga kali suara letusan. Namun, salah seorang perangkat yang bertempat tinggal lebih dekat dari lokasi mengatakan mendengar lima kali letusan. “Begitu mendengar letusan seperti suara tembakan, saya langsung mendatangi lokasi,” ujar Suparno.
Kecuali genangan darah di teras rumah Ahmad yang berjarak sekitar dua meter dari rumah orang tua Rony, Suparno tidak melihat apa pun di lokasi. Petugas Densus 88 langsung bergerak cepat melarikan tubuh Rony yang bersimbah darah ke RS Bhayangkara Kota Kediri. “Kami tahunya ada penyergapan teroris setelah diberi tahu anggota Polres Kediri,” katanya.
Kapolda Jatim Irjen Pol Anas Yusuf menjelaskan, dari penangkapan ini, petugas berhasil mengamankan barang bukti berupa senpi jenis pistol Browning kaliber 9 mm, peluru enam butir kaliber 9 mm, dan selongsong 3 butir kaliber 9 mm milik Rony.
Dalam catatan kepolisian, terduga teroris ini dikenal sadis. Rony dilaporkan terlibat pembunuhan dua anggota Polres Poso atas nama Brigadir Andi Sapa dan Aiptu Sudirman di Tamanjeka. Dia juga eksekutor penembakan Brigadir M Yamin. Sepak terjang Rony juga sampai ke Bima, Nusa Tenggara Barat. Dia mengetahui rencana penembakan Kapolsek Ambalwi, Polres Bima.
Polisi meyakini Rony yang meminjamkan senpi untuk penembakan itu. Terakhir, dia juga terlibat pelatihan militer di Poso bersama Santoso. “Dia sempat lama dicari karena melakukan tindakan kepada dua anggota kepolisian di Poso. Dia ini terkenal sadis, anggota polisi juga dibunuh dan ada kejadian lain yang banyak di Poso,” kata Irjen Pol Anas Yusuf di Surabaya, kemarin.
Rony Dikenal Nomaden
Terduga teroris Rony adalah warga asli Desa Krenceng, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri. Hanya yang bersangkutan memilih melakoni hidup nomaden. Rony dan keluarganya kerap berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Gaya hidup yang tidak menetap itu ditengarai bertujuan memenuhi kebutuhan hidup. “Akibatnya, meski asli warga Krenceng, kabarnya, ia tidak memiliki KTP,” ujar Camat Kepung Hariono.
Tidak diketahui pasti sejak yang bersangkutan kembali ke Kediri. Setahu dia, Rony lebih banyak bertempat tinggal di Bima, Nusa Tenggara Barat. Hal itu mengingat wanita yang dinikahi Rony merupakan penduduk Bima. Kendati nomaden, tempat tinggal di Desa Krenceng merupakan rumah Rony sendiri. Rumah yang tidak jauh dari keluarganya. “Mungkin saja sudah lama kembali ke Kediri. Saya kurang tahu pasti soal itu,” ucapnya.
Informasi diterima Hariono, yang bersangkutan mencoba melawan saat hendak ditangkap. Ia mengaku tidak melihat langsung peristiwa itu. “Katanya ditembak karena melawan saat hendak ditangkap. Saya sendiri tidak melihat. Semuanya berlangsung rahasia dan mendadak,” ujarnya.
Hingga saat ini belum diketahui pasti berapa orang warga Krenceng yang diperiksa terkait penyergapan terduga teroris itu. Sejumlah tetangga menilai Rony sebagai sosok tertutup.
Sri Ayem, 50, tetangga Rony mengatakan, jarang bertemu dengan Rony, bahkan mengobrol dengannya. Ia sosok pendiam dan tertutup. “Saya jarang berbicara dengannya, ia pendiam. Biasanya, hanya tahu saat akan pergi ke sawah dan setelah itu pulang, ia terus di rumah,” katanya ditemui di rumahnya.
Ia mengatakan, Rony juga baru pulang ke rumah di Desa Krenceng, Kabupaten Kediri, yang merupakan rumah orang tuanya. Ia sebelumnya tinggal di Bali dan baru pulang sekitar 2,5 bulan lalu bersama istrinya. Di rumah pun, istrinya tidak terlalu akrab dengan tetangga. “Saya jarang bertemu dengan istrinya. Bahkan, wajahnya seperti apa tidak tahu, soalnya pakai cadar terus,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan Sunarti, tetangga lainnya. Ia juga tidak mengetahui persis bagaimana kejadian penangkapan Rony.“Kalaupagi, hampirsemua warga ke sawah, baru pulang ke rumah sore,” tuturnya.
Solichan Arif/ Lutfi Yuhandi/ant
Terduga teroris itu Rony alias Joko alias Muas alias Mas Tato/Totok berasal dari Dukuh Nglarangan, RT 12/RW 04 Desa Krenceng, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri. Kepala Bidang Penindakan Densus 88 Antiteror Polri Kombes Pol Ibnu Suhendra menuturkan, penyergapan Rony dilakukan saat suasana sepi. Saat itu mayoritas warga tengah beraktivitas di ladang yang berjarak jauh dari permukiman. “Sebelumnya, kami terus memantau aktivitas bersangkutan,” ujar Ibnu kepada wartawan.
Rony diketahui baru dua setengah bulan pulang ke kampung halaman. Sebelumnya, dia bersembunyi di Bima karena istrinya orang Bima. Dua hari sebelum beraksi, Densus 88 lebih dulu berkoordinasi dengan petugas Polres Kediri. Sekitar pukul 08.30 WIB, setengah jam sebelum insiden terjadi, petugas Densus mengepungnya diam-diam.
Sadar hendak diringkus, Rony bergerak masuk ke rumah Suyadi dan Darmi, orang tuanya. Keluar ruangan dengan menggenggam sepucuk pistol FN di tangan, Rony langsung menyerang. Tiga tembakan langsung diarahkan ke petugas Densus 88. ‘Yang bersangkutan mencoba melawan,” kata Ibnu.
Serangan itu dibalas petugas. Baku tembak pun tak terelakkan. Sebutir timah panas mengenai dada membuat Rony ambruk. Terduga teroris itu tergeletak di teras rumah Ahmad (tetangga) yang biasa digunakan untuk menjemur padi.
Kepala Desa Krenceng Suparno mengaku mendengar tiga kali suara letusan. Namun, salah seorang perangkat yang bertempat tinggal lebih dekat dari lokasi mengatakan mendengar lima kali letusan. “Begitu mendengar letusan seperti suara tembakan, saya langsung mendatangi lokasi,” ujar Suparno.
Kecuali genangan darah di teras rumah Ahmad yang berjarak sekitar dua meter dari rumah orang tua Rony, Suparno tidak melihat apa pun di lokasi. Petugas Densus 88 langsung bergerak cepat melarikan tubuh Rony yang bersimbah darah ke RS Bhayangkara Kota Kediri. “Kami tahunya ada penyergapan teroris setelah diberi tahu anggota Polres Kediri,” katanya.
Kapolda Jatim Irjen Pol Anas Yusuf menjelaskan, dari penangkapan ini, petugas berhasil mengamankan barang bukti berupa senpi jenis pistol Browning kaliber 9 mm, peluru enam butir kaliber 9 mm, dan selongsong 3 butir kaliber 9 mm milik Rony.
Dalam catatan kepolisian, terduga teroris ini dikenal sadis. Rony dilaporkan terlibat pembunuhan dua anggota Polres Poso atas nama Brigadir Andi Sapa dan Aiptu Sudirman di Tamanjeka. Dia juga eksekutor penembakan Brigadir M Yamin. Sepak terjang Rony juga sampai ke Bima, Nusa Tenggara Barat. Dia mengetahui rencana penembakan Kapolsek Ambalwi, Polres Bima.
Polisi meyakini Rony yang meminjamkan senpi untuk penembakan itu. Terakhir, dia juga terlibat pelatihan militer di Poso bersama Santoso. “Dia sempat lama dicari karena melakukan tindakan kepada dua anggota kepolisian di Poso. Dia ini terkenal sadis, anggota polisi juga dibunuh dan ada kejadian lain yang banyak di Poso,” kata Irjen Pol Anas Yusuf di Surabaya, kemarin.
Rony Dikenal Nomaden
Terduga teroris Rony adalah warga asli Desa Krenceng, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri. Hanya yang bersangkutan memilih melakoni hidup nomaden. Rony dan keluarganya kerap berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Gaya hidup yang tidak menetap itu ditengarai bertujuan memenuhi kebutuhan hidup. “Akibatnya, meski asli warga Krenceng, kabarnya, ia tidak memiliki KTP,” ujar Camat Kepung Hariono.
Tidak diketahui pasti sejak yang bersangkutan kembali ke Kediri. Setahu dia, Rony lebih banyak bertempat tinggal di Bima, Nusa Tenggara Barat. Hal itu mengingat wanita yang dinikahi Rony merupakan penduduk Bima. Kendati nomaden, tempat tinggal di Desa Krenceng merupakan rumah Rony sendiri. Rumah yang tidak jauh dari keluarganya. “Mungkin saja sudah lama kembali ke Kediri. Saya kurang tahu pasti soal itu,” ucapnya.
Informasi diterima Hariono, yang bersangkutan mencoba melawan saat hendak ditangkap. Ia mengaku tidak melihat langsung peristiwa itu. “Katanya ditembak karena melawan saat hendak ditangkap. Saya sendiri tidak melihat. Semuanya berlangsung rahasia dan mendadak,” ujarnya.
Hingga saat ini belum diketahui pasti berapa orang warga Krenceng yang diperiksa terkait penyergapan terduga teroris itu. Sejumlah tetangga menilai Rony sebagai sosok tertutup.
Sri Ayem, 50, tetangga Rony mengatakan, jarang bertemu dengan Rony, bahkan mengobrol dengannya. Ia sosok pendiam dan tertutup. “Saya jarang berbicara dengannya, ia pendiam. Biasanya, hanya tahu saat akan pergi ke sawah dan setelah itu pulang, ia terus di rumah,” katanya ditemui di rumahnya.
Ia mengatakan, Rony juga baru pulang ke rumah di Desa Krenceng, Kabupaten Kediri, yang merupakan rumah orang tuanya. Ia sebelumnya tinggal di Bali dan baru pulang sekitar 2,5 bulan lalu bersama istrinya. Di rumah pun, istrinya tidak terlalu akrab dengan tetangga. “Saya jarang bertemu dengan istrinya. Bahkan, wajahnya seperti apa tidak tahu, soalnya pakai cadar terus,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan Sunarti, tetangga lainnya. Ia juga tidak mengetahui persis bagaimana kejadian penangkapan Rony.“Kalaupagi, hampirsemua warga ke sawah, baru pulang ke rumah sore,” tuturnya.
Solichan Arif/ Lutfi Yuhandi/ant
(ftr)