Diduga Jatuh di Laut

Senin, 29 Desember 2014 - 12:51 WIB
Diduga Jatuh di Laut
Diduga Jatuh di Laut
A A A
JAKARTA - Dunia penerbangan kembali berduka. Pesawat AirAsia dengan rute Surabaya–Singapura hilang kontak setelah sekitar 1,5 jam lepas landas. Hingga tadi malam, pesawat yang mengangkut 155 penumpang dan 7 kru tersebut belum diketahui keberadaannya.

Pesawat bernomor penerbangan QZ 8501 itu berangkat dari Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, pukul 05.36 WIB menuju Singapura. Pesawat jenis Airbus A320-200 itu sempat melaporkan kepada petugas air traffic control (ATC) untuk menyimpang dari rute penerbangan pada pukul 06.12 WIB guna menghindari awan pada ketinggian 32.000 kaki.

Setelah diizinkan, pesawat meminta untuk menambah ketinggian 6.000 kaki menjadi 38.000 kaki. ”Namun belum sempat diizinkan karena harus melihat kondisipesawatyangada di atasnya sesuai traffic. Pada saat itu pesawat sudah kehilangan kontak. Yang jelas kondisi awan memang cukup bertebaran, terutama awan culumonimbus,” kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan Djoko Murjatmodjo di Kantor Otoritas Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, kemarin.

pukul 06.18 WIB pesawat hilang dari pantauan radar petugas ATC. Pihak ATC Jakarta langsung berkoordinasi dengan ATC Ujungpandang dan ATC Singapura. Selanjutnya, sekitar pukul 07.08 WIB, ATC Jakarta menyatakan kondisi INCERFA (tahap awal pesawat hilang kontak). Kemudian pukul 07.28 WIB dalam kondisi ALERFA (tahap lanjut pesawat) serta terakhir dinyatakan dalam kondisi DETRESFA (pernyataan pesawat hilang) pada pukul 07.55 WIB.

”Pesawat dinyatakan hilang pada pukul 07.55 WIB ketika pesawat dinyatakan dalam kondisi INCERFA di mana Basarnas (Badan SAR Nasional) juga sudah terinformasi,” ucap dia. Penumpang dalam pesawat tersebut sebanyak 155 penumpang dan 7 orang air crew sehingga total sebanyak 162 orang.

Mereka antara lain terdiri atas 155 WNI, 3 warga Korea Selatan, serta 1 orang masingmasing warga negara Singapura, Inggris, Malaysia, dan Prancis. Pencarian dilakukan melalui SAR terpadu melibatkan pesawat TNI AU, pesawat CN235 callsign P860, pesawat Patmar CN235 callsign P861, heli Dauphin SAR HOUR 3601, pesawat A 1323, pesawat kalibrasi King Air, serta heli HT 3310.

Pesawat maupun heli yang dikerahkan tersebut menuju Pontianak, Pangkal Pinang, serta Tanjung Pandan. Djoko menjelaskan saat ini tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan tim Airnav melakukan plotingdan analisis perkiraan posisi terakhir pesawat kehilangan kontak, yakni pada koordinat 03.36.31 selatan, 109.41.46 east.

”Kami akan melakukan pencarian pada titik lokasi di mana pesawat kehilangan kontak terakhir dengan petugas ATC dan berkoordinasi dengan pihak-pihak tim Basarnas maupun KNKT,” ujar dia. Selain itu, dalam rangka pencarian di laut, pemerintah melalui koordinasi bersama TNI Angkatan Laut juga mengerahkan empat kapal, yaitu KRI Sutedi Senaputra, KRI Todak, KRI Pattimura, serta KRI Sultan Hasanuddin.

Kementerian Perhubungan juga mengerahkan dua kapalnya, Kapal KPLP dan Kapal Navigasi. Pemerintah, menurut Djoko, juga menyatakan telah menerima tawaran dari sejumlah negara, yakni Singapura, Australia, Inggris, Korea Selatan, serta Malaysia. ”Tapi kami tegaskan akan memanfaatkan kapasitas yang ada dulu,” ujar dia.

Di tempat yang sama, Ketua KNKT Tatang Kurniadi mengatakan, proses investigasi akan dilakukan berdasarkan standar yang ada. Yang jelas, proses investigasi belum bisa dilakukan hingga pesawat ditemukan. ”Jadi kalau ada rumor pesawat ditemukan, mohon dikonfirmasi melalui posko-posko informasi. KNKT masih terus melakukan analisis, terutama fokus untuk menemukan lokasi keberadaan pesawat,” ucapnya.

Posko penanganan terpadu telah dibentuk sejumlah instansi terkait. Di antaranya posko pusat yang menjadi sentra terpadu segala informasi dan berlokasi di Kantor Otoritas Bandara Wilayah I Soekarno- Hatta dengan call center (021) 55912648. Sementara posko subordinat ada di Surabaya yang berlokasi di Kantor Cabang (Persero) Angkasa Pura I Juanda, Surabaya.

Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla (Wapres JK) meminta semua pihak terkait untuk mencari keberadaan pesawat AirAsia tersebut. “Pemerintah memerintahkan ke Basarnas, TNI, dan kepolisian dengan menggerakkan semua kemampuan dan peralatan untuk mencari dan menemukan pesawat ini,” ujarnya di Kantor Basarnas, Jakarta, kemarin.

JK melanjutkan, Indonesia mendapatkan bantuan untuk mencari AirAsia yang hilang dari beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Australia. “Presiden (Joko Widodo) memerintahkan untuk melaksanakan secepat-cepatnya,” lanjut dia.

Menurutnya, komando utama pencarian pesawat tetap ada pada Basarnas. “Ini pesawat kita. AirAsia memang memiliki hubungan dengan Malaysia, tetapi ini pesawat yang register di Indonesia milik perusahaan Indonesia, bukan milik Malaysia,” tegasnya.

Kepala Basarnas Marsekal Madya FHB Soelistyo mengatakan, tahap pertama pencarian AirAsia QZ 8501 akan dilakukan selama tujuh hari. “Ketika ada info hilang kontak, kita menggerakkan unsur-unsur yang ada di wilayah perkiraan kejadian dengan koordinat yang ditentukan untuk melakukan pencarian,” ujarnya.

Setelah itu nanti hasilnya akan dievaluasi sesuai dengan perkembangan situasi di lapangan. “Saya tidak akan lelah untuk bisa mencari pesawat kita. Mudahmudahan bisa kita temukan,” sebutnya. Lokasi pencarian dilakukan sekitar 270 nautical miledari Pulau Bangka Belitung. Dari titik itu AirAsia QZ 8501 tertangkap radar ATC pertama kali.

“Besok (hari ini) kita mengatur struktur komando kendali pencarian dan pertolongan. Posko utamanya ada di Basarnas dan posko taktisnya ada di Pangkal Pinang supaya lebih dekat dengan sasaran dan mengendalikan langsung teknik unsur udara maupun laut,” jelasnya.

Dia melanjutkan, pencarian yang dilakukan hari ini akan dibantu Malaysia, Singapura, dan Australia. “Besok (Senin) kita akan menerima bantuan dari Malaysia, kurang lebih ada tiga kapal dan tiga pesawat, Singapura menawarkan satu pesawat C130, Australia juga menawarkan. Semua kita tampung dan akan kita gunakan dari posko taktis yang ada di Pangkal Pinang,” lanjutnya.

Menurut Soelistyo, beberapa pihak sudah terlibat dalam pencarian pesawat AirAsia. “Yang sudah terlibat adalah unsur kantor SAR di Tanjung Pinang, unsur kantor SAR di Pangkal Pinang, unsur kantor SAR di Palembang, dan unsur kantor SAR di Jakarta,” katanya.

Dia menambahkan, tantangan yang dihadapi adalah cuaca dan keterbatasan alat. Selain itu ketidakpastian dari lokasi jatuhnya pesawat. “Cuaca kalau kurang mendukung sulit untuk mencari unsur-unsur udara. Kalau misalkan jatuhnya ada di bawah permukaan air laut, alat kita yang sekarang kita punya di Basarnas belum bisa, apalagi jika kedalamannya lebih dari 200 meter. Namun itu bisa kita perhitungkan dengan berbagai evaluasi sehingga perkiraan area pencarian bisa kita prediksikan,” jelasnya.

Deputi Operasional Basarnas Mayor Jenderal TNI Tatang Zaenuddin mengatakan, pencarian yang dilakukan pada hari ini akan dibagi beberapa sektor. “Kita kendalikan dari sini (Kantor Basarnas), kita bagi mana sektor Malaysia, sektor Singapura, dan Australia,” ujarnya. Kepala Basarnas Jakarta Sutrisno menduga AirAia jatuh di perairan. ”Dicurigai hilang di laut, maka kita ke sana,” jelasnya.

Saat ini, kata Sutrisno, pihaknya masih melakukan pemantauan udara, belum melakukan pencarian. Menurut dia, pihaknya belum memastikan penyebab hilangnya kontak Air Asia. Jika jatuh, emergency locator transmitter( ELT) pesawat tersebut seharusnya berbunyi. Kalaupun tidak, pihaknya akan mencari tempat terdekat yang bisa dijadikan tempat pesawat tersebut mendarat. “Tapi (ELT) sampai sekarang tidak terdeteksi. Kalau pesawat itu tidak landing di Singapura, kita cari ke mana? Jadi kita belum berasumsi apaapa,” ujar Surtisno.

Sementara itu, CEO AirAsia Tony Fernandes langsung datang ke Bandara Juanda dan tiba pukul 19.15 WIB. Dia pun langsung menemui keluarga penumpang di dalam posko informasi. Yang turut mendampinginya adalah Presiden Direktur Air- Asia Indonesia Sunu Widiatmoko, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Kepala Kantor SAR di Surabaya Hernanto, dan GM Angkasa Pura I Trikora Harjo.

Di dalam posko, mereka berdialog dengan keluarga penumpang yang masih menantikan informasi terkini dan tertutup bagi wartawan. Tony memberikan informasi bahwa pesawat buatan 2008 tersebut layak terbang dan tidak mengalami kendala apa pun sebelum lepas landas.

”Pesawat dalam kondisi baik dan selalu dilakukan pengecekan berkala. Kami sangat prihatin atas kejadian ini,” katanya saat konferensi pers di Crisis Centre AirAsia di Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo.

Ia mengatakan insiden ini merupakan kali pertama terjadi di maskapainya. Sementara itu, Presiden Direktur AirAsia Indonesia Sunu Widiatmoko mengatakan pihaknya saat ini membuka dua posko untuk informasi keluarga penumpang, yakni di Surabaya (Bandara Juanda) dan Jakarta (Bandara Soekarno-Hatta). ”Nanti kalau diperlukan tambahan, baru dibuka lagi di lokasi lain,” katanya.

Terhadap keluarga korban, lanjut dia, pihaknya memberikan akomodasi berupa penginapan dan transportasi, khususnya bagi keluarga asal luar Surabaya. Dia mengungkapkan selain buatan tahun 2008 dan laik terbang, pesawat juga dikemudikan pilot senior yang sudah mempunyai pengalaman 20.500 jam terbang.

Isak Tangis Keluarga

Keluarga penumpang Air- Asia QZ 8501 sudah memenuhi Bandara Juanda sejak pagi kemarin. Isak tangis keluarga hingga pukul 22.00 WIB tadi malam belum berhenti. Suaranya seolah menusuk hati siapa pun yang mendengarnya. Mereka bertahan di Posko Crisis Centre Terminal-2 Bandara Internasional Juanda demi sekeping kabar penenang jiwa.

Mereka berharap cepat mendapatkan kabar keluarga mereka. Pihak bandara bekerja sama dengan Air Asia sebenarnya sudah menyiapkan hotel untuk tempat beristirahat sambil menunggu kabar terbaru pesawat.

Namun mereka lebih memilih bertahan di posko. Bahkan, saking banyaknya keluarga yang datang, pihak bandara terpaksa menyiapkan dua tenda darurat di depan posko. “Bagaimana kami bisa beristirahat Mas, bila kabar dari pesawat belum jelas. Lebih baik kami menunggu di sini,”ujar Gunawan ditemani istri dan tiga anaknya.

Ya, empat anggota keluarga Gunawan ikut dalam pesawat itu. Mereka terdiri atas anak, menantu, serta dua cucu. Pagi kemarin, mereka terbang bersama AirAsia QZ 8501 untuk bertemu dengan ibu mertua di Singapura. “Sudah lima tahun mereka tidak bertemu. Libur Natal ini mereka baru sempat. Tapi yang ada malah kabar duka ini,” tutur Gunawan sambil menitikkan air mata.

Dia mengaku tidak ada firasat apa pun atas kejadian ini. Dini hari itu, dia hanya membantu menyiapkan bekal untuk anak dan cucunya sebelum berangkat. “Karena berangkat pagi, saya menawarkan diri untuk mengantar. Tapi anak saya tidak mau dan memilih naik taksi,” katanya.

Itulah yang mengundang kekecewaan para keluarga korban. Sebab selain tidak ada perkembangan informasi, kabar simpang- siur justru muncul mengenai pesawat nahas tersebut. Sebagian menyebut bahwa pesawat mendarat darurat di Batam.

Sebagian lagi ada yang menyebut pesawat terlihat mengapung di perairan Belitung Timur. Situasi ini pula yang membuat para keluarga panik. Mereka yang percaya lantas mendesak petugas bertindak cepat dan menyelamatkan para penumpang. Namun tak sedikit pula yang pesimistis dan tetap tertunduk lesu menunggu kabar terbaru.

Adityas misalnya. Perempuan paruh baya ini hanya mampu menyeka air mata yang terus mengalir. Tak ada ucapan atau kalimat apa pun yang keluar dari bibirnya. Bahkan dia tidak menghiraukan kabar apa pun yang disampaikan petugas. Begitu juga pertanyaan wartawan.

“Kakak saya masih shock Mas, mohon jangan diganggu dulu. Suaminya ada dalam pesawat itu,” tutur seorang ibu yang sedari pagi mendekapnya.

Ichsan Amin/Oktiani Endarwati/Ihya’ Ulumuddin/Abdul Rouf/ Denny Irawan/okezone
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5470 seconds (0.1#10.140)