Akan Gabung ISIS, 6 Warga Ditangkap
A
A
A
JAKARTA - Polda Metro Jaya mengamankan enam orang asal Sulawesi di Bandara Soekarno-Hatta dini hari kemarin. Mereka ditangkap karena diduga akan berangkat ke Suriah untuk bergabung menjadi militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Pada hari yang sama, polisi juga mengamankan satu orang lain di kawasan Cibubur yang diduga sebagai promotor ISIS. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto mengungkapkan, saat ditangkap di bandara, keenamnya menggunakan paspor beridentitas palsu dan akan terbang menggunakan Qatar Airlines 959.
Masing- masing atas nama Muhammad Imran alias Abdul Jabbar Rauf Sutarman, Nurlaeli alias Ratna Pratiwi Sulaiman, Ainun Mardiyah alias Nabil Ayip Jabbar, Ashar alias Ashar Jamil Lahae, Muhammad Ashar Bahtiar, dan Ahmad Abdullah Halido Bunaha. “Namun mereka sudah check indan lolos dari imigrasi, tinggal naik pesawat,” ujar Rikwanto kepada wartawan di Jakarta kemarin.
Selain mengamankan 6 paspor, polisi juga mengamankan 1 laptop Acer, 5 ponsel, 3 buku tabungan, dan beberapa buku yang berkaitan dengan jihad dan daulah khilafah. Polisi juga menemukan sebuah korek api berbentuk pistol. Berdasar keterangan, keenam orang tersebut berasal dari Bulukumba, Makassar dan Palu. Mereka sudah berniat bulat bergabung dengan ISIS dan tidak akan kembali lagi ke Tanah Air.
Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan menuturkan, demi mewujudkan tekadnya tersebut, mereka bahkan menjual rumahnya di kampung. ”Mereka tidak membawa koper besar layaknya orang mau pergi jauh, tetapi hanya tas ransel kecil. Mereka bawa uang 9.000 dolar AS lebih untuk berangkat, menurut pengakuan mereka itu hasil jual rumah,” paparnya.
Dari penangkapandibandara, polisi kemudian melakukan pengembangan dan kemudian menangkap seorang bernama Muhamad Amin alias Amin Mude, 40, di Perumahan LegendaWisata Cibubur, Jawa Barat. Dalam kesehariannya, Amin bekerja di double tapedi kawasan Cibubur.
”Untuk sementara mereka belum ditetapkan sebagai tersangka, kita masih periksa mereka 1x24 jam. Namun kemungkinan mereka akan dijerat dengan Pasal 266 KUHP tentang Pemalsuan Dokumen dengan ancaman hukuman tujuh tahun penjara,” urai Rikwanto.
Saat diperiksa, Amin juga mengaku sebelumnya sudah memberangkatkan 10 orang untuk berjihad di Suriah. Bahkan pengikut ISIS tersebut mengaku salah seorang yang dikirimnya pada 9 September lalu sudah tewas karena berjihad di Suriah. Amin menyebut orang yang dikatakan bernama Fikrul Azril Salim.
Dari Makassar dilaporkan, keenam orang yang diduga akan bergabung dengan ISIS itu diperkirakan pernah belajar di Pondok Pesantren (Ponpes) Madrasah Tahfizul Quran (MTQ) yang berada di Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar. Ustaz Muhammad Basri, pimpinan ponpes, mengaku mereka pernah memberi tahu akan pergi mencari ilmu.
Menurut Ustaz Basri, sebelum berangkat mereka juga mengatakan tidak ada lagi ulama di Indonesia yang mengajarkan ilmu dengan benar dan agamanyatidakbenar. Merekajugaberalasan pergi untuk menenangkan jiwa karena di Indonesia tidak tenang, Polisi dan TNI kerap baku tembak. “Saya sampaikan negeri ini bebas, komunis saja hidup, kafir bebas di manamana sehingga jika dia ke luar negeri, itu urusan dia,” ujarnya.
Ponpes MTQ berada sekitar 300 meter dari poros Jalan Perintis Kemerdekaan, belakang Kantor Polda Sulselbar. Lokasi jalan menuju ponpes berlikuliku dan terpencil. Bangunan pesantren tersebut masih tradisional menggunakan papan terbuat dari kayu. Sementara itu Kabid Humas Polda Sulselbar, Kombes Pol Endi Sutendi, saat dimintai konfirmasi mengaku hanya menerima informasi penangkapan anggota ISIS oleh Polda Metro Jaya.
Mengenai nama dan asalnya, dia belum mendapatkan laporan tersebut kendati beredar kabar bahwa keenam orang yang ditangkap di Bandara Soekarno-Hatta adalah warga Makassar. ”Di Sulsel yang berada di tataran lokal tidak ada sama sekali anggota ISIS, kalaupun ada itu hanya simpatisan,” ujar Endi Sutendi.
Sebelumnya, 12 warga negara Indonesia juga diamankan saat akan bergabung dengan ISIS. Mereka ditangkap di Malaysia saat akan berangkat ke Suriah. Dari 12 orang tersebut, terdapat pasangan suami istri asal Blitar, yakni Harfan Ansharu- Lina Maratul Fitria.
Harus Diwaspadai
Penangkapan enam orang yang diduga akan bergabung dengan ISIS itu harus diwaspadai. Pengamat terorisme Nasir Abbas mengatakan, paham ISIS memang belum populer di Indonesia dan kemungkinan hanya diminati kalangan terbatas. Namun ISIS menanamkan pengaruh lewat berbagai sumber informasi atau bacaan, baik buku maupun media internet.
Laju informasi yang tak terbendung itulah yang menyebabkan paham ISIS berkembang. “Peredaran sumber informasi itu perlu diawasi. Peran Komisi Penyiaran dan Kemenkominfo sangat penting untuk memblokir situs yang menayangkan kekerasan dan menanamkan paham radikalisme,” kata mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) itu.
Senada, Wakil ketua Komisi I Tantowi Yahya mengatakan, meski Indonesia bukan negara yang menjadi sasaran utama ISIS, kehadiran kelompok garis keras tersebut patut diwaspadai. “Terutama menjelang momentum perayaan besar seperti tahun baru, pengamanan harus ditingkatkan. Mereka suka menebar teror dan melaksanakan aksi pada momentum tersebut,” ujar Tantowi.
Dia kemudian menuturkan, sebanyak 3.000 orang Eropa dilaporkan bergabung dengan kelompok ISIS. Jika melihat besarnya angka orang Eropa yang bergabung itu, tidak menutup kemungkinan ada orang Indonesia yang juga turut bergabung dalam kelompok radikal tersebut. “Dari 3.000 orang Eropa yang bergabung dengan ISIS, 1.000 dilaporkan telah tewas. Nah, masalahnya, 2.000 orang yang masih hidup itu sekarang di mana, kita tak tahu. Kemungkinan menyusup ke negara-negara lain bisa saja terjadi. Maka penjagaan di bandara perlu ditingkatkan,” kata Tantowi.
Tantowi pun mengingatkan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman ISIS. Peran BIN penting untuk melakukan deteksi dini terhadap gerakan mencurigakan yang mengarah pada gerakan radikal. “Di samping BIN dan lembaga pertahanan lain, ulama juga berperan untuk aktif memberikan penyadaran kepada masyarakat bahwa ISIS tidak sesuai dengan perjuangan umat Islam di Indonesia,” ujar Tantowi.
Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hamidan menjelaskan, ISIS berangkat dari pemahaman tentang negara Islam (Islamic state) atau darul Islam yang salah. Menurut dia, istilah darul Islam dalam Alquran sebenarnya bermakna “rumah damai” atau “negara damai”, bukan negara Islam seperti dimaksudkan kelompok ISIS.
“Indonesia itu sudah darul Islam (Islamic state) secara maknawi karena Indonesia negara damai. Islam itu artinya damai. Pembahasan negara Islam di Indonesia sudah final, kita negara Pancasila. Jika ada pemahaman seperti itu harus diluruskan,” urai Hamidan.
Dia menuturkan, ISIS sesungguhnya berasal dari negara Irak dan Suriah yang lahir dari semangat perang karena kedua negara itu berada dalam kondisi peperangan. Karena itu, paham ISIS tak layak jika dibawa dan dikembangkan di negara damai seperti Indonesia. “Jangan sampai ada celah ISIS masuk ke Indonesia atau orang Indonesia yang akan keluar untuk bergabung dengan ISIS,” katanya.
Ia menyerukan kepada ulama dengan organisasi keagamaannya, pemerintah dengan aparatnya, dan masyarakat pada umumnya untuk bersatu dan bersinergi melawan ISIS. “Terlepas dari polemik ISIS sengaja didesain untuk menghancurkan Islam, yang jelas keberadaan ISIS memang nyata, kita harus lawan,” tegas Hamidan.
Banser Minta Tak Terpancing
Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur (Jatim) meminta anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) NU tidak mudah terpancing atas tantangan kelompok radikal ISIS lewat Youtube.
”Jangan terpancing dengan tantangan ISIS karena kami sudah lama melakukan deteksi terhadap jejaring kelompok garis keras itu. Gaya mereka suka menantang- nantang begitu,” kata Ketua PW GP Ansor Jatim H Rudi Triwachid di Surabaya kemarin. Sebelumnya, jagat maya dihebohkan dengan tayangan video berdurasi 4 menit 1 detik yang diunggah ke situs Youtube pada 24 Desember 2014 oleh akun bernama Al-Faqir Ibnu Faqir. Dengan video berjudul ”Ancaman Wahabi terhadap Polisi, TNI dan Densus 88, Banser” itu, seorang pria berjanggut dan mengenakan pakaian serbahitam yang diduga bernama Abu Jandal itu menantang Panglima TNI, Polri, termasuk Densus 88 dan Banser NU, untuk turun ke medan perang.
Menurut Rudi Triwachid, keluarga besar Gerakan Pemuda Ansor, TNI, Polri, dan masyarakat Indonesia tidak perlu marah, tetapi justru segera melakukan koordinasi untuk bersama- sama mendeteksi gerakan ISIS. ”Yang jelas, model ISIS itu bukan cermin dakwah Islam karena dakwah Islam dalam Alquran dan hadis justru tidak menganjurkan cara-cara kekerasan, melainkan cara bijaksana dan dengan ajakan yang santun (ahsan),” katanya.
Bahkan, Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa kafir zimmi pun wajib dilindungi. ”Nabi juga menyatakan perang dalam Islam itu hanya bersifat pertahanan diri. Jadi, Islam itu tidak suka dengan cara-cara kekerasan, makacara ISIS itubukan cara Islam, ISIS hanyamainklaim dengan Islam, padahal ISIS tidak Islami sama sekali,” katanya.
Respons atas video itu, ratusan anggota Banser Kabupaten Gresik menggelar aksi konvoi keliling kota. Massa Ansor dan Banser berangkat dari Bumi Perkemahan Semen Gresik dengan mengendarai sepeda motor. Sambil mengibarkan atribut, massa menyusuri Jalan Veteran ke Jalan RA Kartini kemudian ke Makam Sunan Giri.
Setelah mengirimkan doa, massa melanjutkan aksi menyusuri Jalan dr Soetomo, Jalan Usman Sadar, Jalan Sindujoyo, Jalan KH Kholil, dan Jalan Basuki Rahmat. Sesampainya di depan Mapolres Gresik, massa berhenti dan melakukan orasi dukungan terhadap polisi serta TNI memberantas radikalisme atas nama Islam.
“Ansor dan Banser akan menjadi benteng dan berada di garda depan untuk perongrong NKRI. Karena itu, Ansor dan Banser mendukung TNI dan Polri memerangi radikalisme Islam,” teriak Musyafak dalam orasinya. Kabag Ops Polres Gresik Kompol Makung Ismoyo memberikan dukungan aksi itu.
“Kami minta warga waspada terhadap gerakan yang mencurigakan kalau perlu segera melaporkan,” katanya. Sekretaris PC GP Ansor Gresik Agus Junaidi mengatakan, aksi yang dilakukan ini sebagai bentuk loyalitas kepada negara dan Islam. “Kami siap menjadi benteng ulama dan tetap berkomitmen NKRI adalah harga mati,” katanya.
Khoirul muzaki/Helmi syarief/Andi ilham/Amien fauzi/Ashadi ikhsan/Ant
Pada hari yang sama, polisi juga mengamankan satu orang lain di kawasan Cibubur yang diduga sebagai promotor ISIS. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto mengungkapkan, saat ditangkap di bandara, keenamnya menggunakan paspor beridentitas palsu dan akan terbang menggunakan Qatar Airlines 959.
Masing- masing atas nama Muhammad Imran alias Abdul Jabbar Rauf Sutarman, Nurlaeli alias Ratna Pratiwi Sulaiman, Ainun Mardiyah alias Nabil Ayip Jabbar, Ashar alias Ashar Jamil Lahae, Muhammad Ashar Bahtiar, dan Ahmad Abdullah Halido Bunaha. “Namun mereka sudah check indan lolos dari imigrasi, tinggal naik pesawat,” ujar Rikwanto kepada wartawan di Jakarta kemarin.
Selain mengamankan 6 paspor, polisi juga mengamankan 1 laptop Acer, 5 ponsel, 3 buku tabungan, dan beberapa buku yang berkaitan dengan jihad dan daulah khilafah. Polisi juga menemukan sebuah korek api berbentuk pistol. Berdasar keterangan, keenam orang tersebut berasal dari Bulukumba, Makassar dan Palu. Mereka sudah berniat bulat bergabung dengan ISIS dan tidak akan kembali lagi ke Tanah Air.
Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Herry Heryawan menuturkan, demi mewujudkan tekadnya tersebut, mereka bahkan menjual rumahnya di kampung. ”Mereka tidak membawa koper besar layaknya orang mau pergi jauh, tetapi hanya tas ransel kecil. Mereka bawa uang 9.000 dolar AS lebih untuk berangkat, menurut pengakuan mereka itu hasil jual rumah,” paparnya.
Dari penangkapandibandara, polisi kemudian melakukan pengembangan dan kemudian menangkap seorang bernama Muhamad Amin alias Amin Mude, 40, di Perumahan LegendaWisata Cibubur, Jawa Barat. Dalam kesehariannya, Amin bekerja di double tapedi kawasan Cibubur.
”Untuk sementara mereka belum ditetapkan sebagai tersangka, kita masih periksa mereka 1x24 jam. Namun kemungkinan mereka akan dijerat dengan Pasal 266 KUHP tentang Pemalsuan Dokumen dengan ancaman hukuman tujuh tahun penjara,” urai Rikwanto.
Saat diperiksa, Amin juga mengaku sebelumnya sudah memberangkatkan 10 orang untuk berjihad di Suriah. Bahkan pengikut ISIS tersebut mengaku salah seorang yang dikirimnya pada 9 September lalu sudah tewas karena berjihad di Suriah. Amin menyebut orang yang dikatakan bernama Fikrul Azril Salim.
Dari Makassar dilaporkan, keenam orang yang diduga akan bergabung dengan ISIS itu diperkirakan pernah belajar di Pondok Pesantren (Ponpes) Madrasah Tahfizul Quran (MTQ) yang berada di Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar. Ustaz Muhammad Basri, pimpinan ponpes, mengaku mereka pernah memberi tahu akan pergi mencari ilmu.
Menurut Ustaz Basri, sebelum berangkat mereka juga mengatakan tidak ada lagi ulama di Indonesia yang mengajarkan ilmu dengan benar dan agamanyatidakbenar. Merekajugaberalasan pergi untuk menenangkan jiwa karena di Indonesia tidak tenang, Polisi dan TNI kerap baku tembak. “Saya sampaikan negeri ini bebas, komunis saja hidup, kafir bebas di manamana sehingga jika dia ke luar negeri, itu urusan dia,” ujarnya.
Ponpes MTQ berada sekitar 300 meter dari poros Jalan Perintis Kemerdekaan, belakang Kantor Polda Sulselbar. Lokasi jalan menuju ponpes berlikuliku dan terpencil. Bangunan pesantren tersebut masih tradisional menggunakan papan terbuat dari kayu. Sementara itu Kabid Humas Polda Sulselbar, Kombes Pol Endi Sutendi, saat dimintai konfirmasi mengaku hanya menerima informasi penangkapan anggota ISIS oleh Polda Metro Jaya.
Mengenai nama dan asalnya, dia belum mendapatkan laporan tersebut kendati beredar kabar bahwa keenam orang yang ditangkap di Bandara Soekarno-Hatta adalah warga Makassar. ”Di Sulsel yang berada di tataran lokal tidak ada sama sekali anggota ISIS, kalaupun ada itu hanya simpatisan,” ujar Endi Sutendi.
Sebelumnya, 12 warga negara Indonesia juga diamankan saat akan bergabung dengan ISIS. Mereka ditangkap di Malaysia saat akan berangkat ke Suriah. Dari 12 orang tersebut, terdapat pasangan suami istri asal Blitar, yakni Harfan Ansharu- Lina Maratul Fitria.
Harus Diwaspadai
Penangkapan enam orang yang diduga akan bergabung dengan ISIS itu harus diwaspadai. Pengamat terorisme Nasir Abbas mengatakan, paham ISIS memang belum populer di Indonesia dan kemungkinan hanya diminati kalangan terbatas. Namun ISIS menanamkan pengaruh lewat berbagai sumber informasi atau bacaan, baik buku maupun media internet.
Laju informasi yang tak terbendung itulah yang menyebabkan paham ISIS berkembang. “Peredaran sumber informasi itu perlu diawasi. Peran Komisi Penyiaran dan Kemenkominfo sangat penting untuk memblokir situs yang menayangkan kekerasan dan menanamkan paham radikalisme,” kata mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) itu.
Senada, Wakil ketua Komisi I Tantowi Yahya mengatakan, meski Indonesia bukan negara yang menjadi sasaran utama ISIS, kehadiran kelompok garis keras tersebut patut diwaspadai. “Terutama menjelang momentum perayaan besar seperti tahun baru, pengamanan harus ditingkatkan. Mereka suka menebar teror dan melaksanakan aksi pada momentum tersebut,” ujar Tantowi.
Dia kemudian menuturkan, sebanyak 3.000 orang Eropa dilaporkan bergabung dengan kelompok ISIS. Jika melihat besarnya angka orang Eropa yang bergabung itu, tidak menutup kemungkinan ada orang Indonesia yang juga turut bergabung dalam kelompok radikal tersebut. “Dari 3.000 orang Eropa yang bergabung dengan ISIS, 1.000 dilaporkan telah tewas. Nah, masalahnya, 2.000 orang yang masih hidup itu sekarang di mana, kita tak tahu. Kemungkinan menyusup ke negara-negara lain bisa saja terjadi. Maka penjagaan di bandara perlu ditingkatkan,” kata Tantowi.
Tantowi pun mengingatkan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman ISIS. Peran BIN penting untuk melakukan deteksi dini terhadap gerakan mencurigakan yang mengarah pada gerakan radikal. “Di samping BIN dan lembaga pertahanan lain, ulama juga berperan untuk aktif memberikan penyadaran kepada masyarakat bahwa ISIS tidak sesuai dengan perjuangan umat Islam di Indonesia,” ujar Tantowi.
Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Hamidan menjelaskan, ISIS berangkat dari pemahaman tentang negara Islam (Islamic state) atau darul Islam yang salah. Menurut dia, istilah darul Islam dalam Alquran sebenarnya bermakna “rumah damai” atau “negara damai”, bukan negara Islam seperti dimaksudkan kelompok ISIS.
“Indonesia itu sudah darul Islam (Islamic state) secara maknawi karena Indonesia negara damai. Islam itu artinya damai. Pembahasan negara Islam di Indonesia sudah final, kita negara Pancasila. Jika ada pemahaman seperti itu harus diluruskan,” urai Hamidan.
Dia menuturkan, ISIS sesungguhnya berasal dari negara Irak dan Suriah yang lahir dari semangat perang karena kedua negara itu berada dalam kondisi peperangan. Karena itu, paham ISIS tak layak jika dibawa dan dikembangkan di negara damai seperti Indonesia. “Jangan sampai ada celah ISIS masuk ke Indonesia atau orang Indonesia yang akan keluar untuk bergabung dengan ISIS,” katanya.
Ia menyerukan kepada ulama dengan organisasi keagamaannya, pemerintah dengan aparatnya, dan masyarakat pada umumnya untuk bersatu dan bersinergi melawan ISIS. “Terlepas dari polemik ISIS sengaja didesain untuk menghancurkan Islam, yang jelas keberadaan ISIS memang nyata, kita harus lawan,” tegas Hamidan.
Banser Minta Tak Terpancing
Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur (Jatim) meminta anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) NU tidak mudah terpancing atas tantangan kelompok radikal ISIS lewat Youtube.
”Jangan terpancing dengan tantangan ISIS karena kami sudah lama melakukan deteksi terhadap jejaring kelompok garis keras itu. Gaya mereka suka menantang- nantang begitu,” kata Ketua PW GP Ansor Jatim H Rudi Triwachid di Surabaya kemarin. Sebelumnya, jagat maya dihebohkan dengan tayangan video berdurasi 4 menit 1 detik yang diunggah ke situs Youtube pada 24 Desember 2014 oleh akun bernama Al-Faqir Ibnu Faqir. Dengan video berjudul ”Ancaman Wahabi terhadap Polisi, TNI dan Densus 88, Banser” itu, seorang pria berjanggut dan mengenakan pakaian serbahitam yang diduga bernama Abu Jandal itu menantang Panglima TNI, Polri, termasuk Densus 88 dan Banser NU, untuk turun ke medan perang.
Menurut Rudi Triwachid, keluarga besar Gerakan Pemuda Ansor, TNI, Polri, dan masyarakat Indonesia tidak perlu marah, tetapi justru segera melakukan koordinasi untuk bersama- sama mendeteksi gerakan ISIS. ”Yang jelas, model ISIS itu bukan cermin dakwah Islam karena dakwah Islam dalam Alquran dan hadis justru tidak menganjurkan cara-cara kekerasan, melainkan cara bijaksana dan dengan ajakan yang santun (ahsan),” katanya.
Bahkan, Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa kafir zimmi pun wajib dilindungi. ”Nabi juga menyatakan perang dalam Islam itu hanya bersifat pertahanan diri. Jadi, Islam itu tidak suka dengan cara-cara kekerasan, makacara ISIS itubukan cara Islam, ISIS hanyamainklaim dengan Islam, padahal ISIS tidak Islami sama sekali,” katanya.
Respons atas video itu, ratusan anggota Banser Kabupaten Gresik menggelar aksi konvoi keliling kota. Massa Ansor dan Banser berangkat dari Bumi Perkemahan Semen Gresik dengan mengendarai sepeda motor. Sambil mengibarkan atribut, massa menyusuri Jalan Veteran ke Jalan RA Kartini kemudian ke Makam Sunan Giri.
Setelah mengirimkan doa, massa melanjutkan aksi menyusuri Jalan dr Soetomo, Jalan Usman Sadar, Jalan Sindujoyo, Jalan KH Kholil, dan Jalan Basuki Rahmat. Sesampainya di depan Mapolres Gresik, massa berhenti dan melakukan orasi dukungan terhadap polisi serta TNI memberantas radikalisme atas nama Islam.
“Ansor dan Banser akan menjadi benteng dan berada di garda depan untuk perongrong NKRI. Karena itu, Ansor dan Banser mendukung TNI dan Polri memerangi radikalisme Islam,” teriak Musyafak dalam orasinya. Kabag Ops Polres Gresik Kompol Makung Ismoyo memberikan dukungan aksi itu.
“Kami minta warga waspada terhadap gerakan yang mencurigakan kalau perlu segera melaporkan,” katanya. Sekretaris PC GP Ansor Gresik Agus Junaidi mengatakan, aksi yang dilakukan ini sebagai bentuk loyalitas kepada negara dan Islam. “Kami siap menjadi benteng ulama dan tetap berkomitmen NKRI adalah harga mati,” katanya.
Khoirul muzaki/Helmi syarief/Andi ilham/Amien fauzi/Ashadi ikhsan/Ant
(ars)