Khusus Perdesaan, Bisa Jualan, Angkut Orang dan Barang
A
A
A
SURABAYA - Mobil karya anak bangsa terus bertambah jumlah dan variannya. Ada yang bertenaga listrik, bahan bakar biofuel, hingga tenaga surya.
Mobil Progea, misalnya. Mobil yang mayoritas bahan dan perakitannya dilakukan di dalam negeri ini menambah panjang daftar cikal bakal mobil nasional (mobnas). Progea merupakan kendaraan multiguna untuk wilayah perdesaan. Mobil multifungsi ini lahir dari proyek penelitian konsorsium yang melibatkan banyak pihak. Di antaranya, akademisi, bisnis, dan government (ABG).
Progea ada tidak luput dari pendanaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Mobil yang bisa dimanfaatkan berjualan, mengangkut barang, mengangkut penumpang ini diluncurkan di depan Gedung Rektorat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kemarin.
Mobil ini adalah kerja sama ITS, PT INKA (Persero), PT Railindo Global Karya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, serta Industri Kecil Menengah (IKM) Jawa Timur. “Kelebihan mobil Progea ini memiliki empat fungsi,” ungkap ketua peneliti mobil multiguna Progea, Agus Sigit Pramono, saat peluncuran .
Fungsi yang ada, menjadi toko berjalan, sebagai mobil penumpang, pengangkut barang dan mobil produksi. “Itulah mengapa mobil tersebut dinamakan mobil multiguna Progea. Progea singkatan dari Produktif Gulirkan Energi Alternatif,” kata dosen Jurusan Teknik Mesin ITS ini.
Dari sisi pemakaiannya, mobil Progea memiliki empat boks yang dapat diganti-ganti sesuai kebutuhan. Untuk pemasangan dan pelepasan boks, ada pengait yang menjamin keamanan, yaitu boks tidak bergeser, apalagi lepas. Mobil Progea dibuat untuk membantu industri kecil menengah (IKM) di pedesaan supaya meningkat produktivitasnya.
“Dengan adanya mobil ini, IKM mampu melakukan empat fungsi sekaligus hanya dengan satu mobil,” ujarnya. Koordinator tim peneliti ITS I Nyoman Sutantra merinci asal kandungan mobil Progea. Menurutnya, secara keseluruhan, 75% bagian mobil tersebut adalah buatan ITS, sedangkan 25% sisanya masih menggunakan mesin dari Tiongkok.
Namun yang membanggakan, tim saat ini sudah mampu mengembangkan mesin yang mereka sebut mesin Jawa Timur Indonesia (Sinjai) yang bakal dipasangkan ke mobil Progea. “Harapannya dengan adanya mesin Sinjai ini, kita mampu menghasilkan mobil yang 100% dibuat di Indonesia,” katanya.
Mesin Sinjai dibuat sendiri oleh ITS. Khusus injektor serta pompa bahan bakar masih harus menggunakan produk impor. “Dalam penggunaannya, mesin Sinjai akan disempurnakan lagi supaya menggunakan bahan bakar alternatif agar lebih ramah lingkungan,” ucap Bambang Sudarmanta, ketua peneliti mesin Sinjai. Hingga kini mobil Progea baru diproduksi dua unit. Produksi massal akan dilakukan seiring banyaknya kepala daerah di kabupaten/kota di Jawa Timur yang pesan.
“Untuk memproduksi massal selanjutnya akan diserahkan ke PT INKA yang merupakan salah satu partner dalam membuat mobil multiguna ini,” ungkap Nyoman Sutantra.
Soeprayitno
Mobil Progea, misalnya. Mobil yang mayoritas bahan dan perakitannya dilakukan di dalam negeri ini menambah panjang daftar cikal bakal mobil nasional (mobnas). Progea merupakan kendaraan multiguna untuk wilayah perdesaan. Mobil multifungsi ini lahir dari proyek penelitian konsorsium yang melibatkan banyak pihak. Di antaranya, akademisi, bisnis, dan government (ABG).
Progea ada tidak luput dari pendanaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Mobil yang bisa dimanfaatkan berjualan, mengangkut barang, mengangkut penumpang ini diluncurkan di depan Gedung Rektorat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kemarin.
Mobil ini adalah kerja sama ITS, PT INKA (Persero), PT Railindo Global Karya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, serta Industri Kecil Menengah (IKM) Jawa Timur. “Kelebihan mobil Progea ini memiliki empat fungsi,” ungkap ketua peneliti mobil multiguna Progea, Agus Sigit Pramono, saat peluncuran .
Fungsi yang ada, menjadi toko berjalan, sebagai mobil penumpang, pengangkut barang dan mobil produksi. “Itulah mengapa mobil tersebut dinamakan mobil multiguna Progea. Progea singkatan dari Produktif Gulirkan Energi Alternatif,” kata dosen Jurusan Teknik Mesin ITS ini.
Dari sisi pemakaiannya, mobil Progea memiliki empat boks yang dapat diganti-ganti sesuai kebutuhan. Untuk pemasangan dan pelepasan boks, ada pengait yang menjamin keamanan, yaitu boks tidak bergeser, apalagi lepas. Mobil Progea dibuat untuk membantu industri kecil menengah (IKM) di pedesaan supaya meningkat produktivitasnya.
“Dengan adanya mobil ini, IKM mampu melakukan empat fungsi sekaligus hanya dengan satu mobil,” ujarnya. Koordinator tim peneliti ITS I Nyoman Sutantra merinci asal kandungan mobil Progea. Menurutnya, secara keseluruhan, 75% bagian mobil tersebut adalah buatan ITS, sedangkan 25% sisanya masih menggunakan mesin dari Tiongkok.
Namun yang membanggakan, tim saat ini sudah mampu mengembangkan mesin yang mereka sebut mesin Jawa Timur Indonesia (Sinjai) yang bakal dipasangkan ke mobil Progea. “Harapannya dengan adanya mesin Sinjai ini, kita mampu menghasilkan mobil yang 100% dibuat di Indonesia,” katanya.
Mesin Sinjai dibuat sendiri oleh ITS. Khusus injektor serta pompa bahan bakar masih harus menggunakan produk impor. “Dalam penggunaannya, mesin Sinjai akan disempurnakan lagi supaya menggunakan bahan bakar alternatif agar lebih ramah lingkungan,” ucap Bambang Sudarmanta, ketua peneliti mesin Sinjai. Hingga kini mobil Progea baru diproduksi dua unit. Produksi massal akan dilakukan seiring banyaknya kepala daerah di kabupaten/kota di Jawa Timur yang pesan.
“Untuk memproduksi massal selanjutnya akan diserahkan ke PT INKA yang merupakan salah satu partner dalam membuat mobil multiguna ini,” ungkap Nyoman Sutantra.
Soeprayitno
(ftr)