95% Warga Setuju Pembangunan Bandara
A
A
A
YOGYAKARTA - Mayoritas warga terdampak setuju terhadap rencana pembangunan ban dara baru di Kulonprogo.
Dalam tahap konsultasi publik yang sud ah dilakukan di tiga desa, 95% menyatakan mendukung pembangunan bandara ko mersial skala internasional tersebut. Bupati Kulonprogo Hasto War doyo mengatakan, sejauh ini sudah melakukan konsultasi publik di tiga desa yakni Jang karan, Sidutan, Kebonrejo. "Dari undangan yang disebar, tingkat kehadiran 99%. Rata-rata yang setu ju 95%," katanya saat diskusi dengan wartawan Unit DPRD DIY di Pemkab Kulonprogo, kemarin.
Dalam waktu dekat, konsultasi publik akan dilakukan di dua desa yang terdampak lainnya, yakni Palihan dan Glagah. "Targetnya 30 Desember tahap konsultasi publik selesai. Malam Tahun Baru kita umumkan berapa (warga) yang setuju dan tidak. Itu akan menjadi kado Tahun Baru yang spesial," ungkapnya.
Menurut Hasto, dalam tahap konsultasi publik ini membagikan dua blangko kepada warga. Blangko pertama berisi surat persetujuan atas pembangunan bandara di tempat tinggal mereka. Blangko kedua, berisi penolakan dengan rencana tersebut. Untuk itu, Hasto meminta kepada warga yang tidak setuju dengan pembangunan bandara tidak perlu melakukan perbuatan anarkis. "Yang tidak setuju, tetap betul-betul kami berikan haknya,” katanya.
Asisten Sekretaris Daerah II Setda Kulonprogo Triyono menambahkan, konsultasi publik di Desa Palihan rencananya digelar hari ini, sedangkan di Desa Glagah mulai Kamis (18/12). "To tal warga di Jangkaran 900- an orang dan Desa Palihan sekitar warga 800-an warga ," katanya. Dia mengaku optimitis, mayoritas warga di desa tersebut akan menyetujui pembangunan bandara . "Tahap konsultasi yang sudah kami lakukan, 95% mendukung pembangunan bandara, 5% tidak setuju. Yang tidak setuju itu kira-kira 40 orang," katanya.
Pada kesempatan itu, Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishub kominfo) DIY Budi Antono mengatakan, Pemda DIY bersama PT Angkasa Pura sudah membentuk tim Percepatan Pembangunan Bandara Baru (P2B2). Tim ini bertugas tidak hanya re lokasi warga terdampak secara fisik.
Menurut dia, P2B2 juga melakukan pelatihan-pelatihan ba gi warga untuk kesiapan warga saat prakonstruksi maupun konstruksi. Pelatihan prakonstruksi misalnya operator alat berat. "Saat bandara belum beroperasi, ada kesempatan bekerja sebagai tenaga operasi, sekuriti, cleaning service, juru parkir, tukang taman, karyawan yang bermitra dengan bandara, bengkel, dan lainnya," katanya.
Menurut Anton, sapaan Budi Antono, bandara di Kulonprogo di-setting untuk menggantikan bandara Adisutjipto yang hanya berkapasitas 1,2 juta per tahun. "Padahal, saat ini kapasitas sudah 5,8 juta orang per tahun," katanya. Bandara di Kulonprogo nanti memiliki panjang runaway 3.600 meter. "Itu merupakan runaway terpanjang kedua di Indonesia setelah Papua. Di Bali saja panjangnya 3.200 meter," ujarnya.
Anton menambahkan, total kebutuhan lahan untuk bandara di Kulonprogo seluas 6.270.268 meter persegi (m2) yang tersebar di lima desa. Rinciannya, Desa Jangkara 453.093 m2, Sindutan 551.219 m2, Palihan 2.104.962 m2, Kebonrejo 323.705 m2, dan Glagah 2.936.389 m2. Dia mengungkapkan, bandara di Kulonprogo berkonsep Airport City.
Tidak hanya menjadi tempat naik dan turun penumpang, namun juga aktivitas penunjang bandara lain. "Akan ada hotel, restoran, dan bangunan lain yang akan membuka lahan pekerjaan baru bagi warga sekitar," tandasnya.
Ridwan Anshori
Dalam tahap konsultasi publik yang sud ah dilakukan di tiga desa, 95% menyatakan mendukung pembangunan bandara ko mersial skala internasional tersebut. Bupati Kulonprogo Hasto War doyo mengatakan, sejauh ini sudah melakukan konsultasi publik di tiga desa yakni Jang karan, Sidutan, Kebonrejo. "Dari undangan yang disebar, tingkat kehadiran 99%. Rata-rata yang setu ju 95%," katanya saat diskusi dengan wartawan Unit DPRD DIY di Pemkab Kulonprogo, kemarin.
Dalam waktu dekat, konsultasi publik akan dilakukan di dua desa yang terdampak lainnya, yakni Palihan dan Glagah. "Targetnya 30 Desember tahap konsultasi publik selesai. Malam Tahun Baru kita umumkan berapa (warga) yang setuju dan tidak. Itu akan menjadi kado Tahun Baru yang spesial," ungkapnya.
Menurut Hasto, dalam tahap konsultasi publik ini membagikan dua blangko kepada warga. Blangko pertama berisi surat persetujuan atas pembangunan bandara di tempat tinggal mereka. Blangko kedua, berisi penolakan dengan rencana tersebut. Untuk itu, Hasto meminta kepada warga yang tidak setuju dengan pembangunan bandara tidak perlu melakukan perbuatan anarkis. "Yang tidak setuju, tetap betul-betul kami berikan haknya,” katanya.
Asisten Sekretaris Daerah II Setda Kulonprogo Triyono menambahkan, konsultasi publik di Desa Palihan rencananya digelar hari ini, sedangkan di Desa Glagah mulai Kamis (18/12). "To tal warga di Jangkaran 900- an orang dan Desa Palihan sekitar warga 800-an warga ," katanya. Dia mengaku optimitis, mayoritas warga di desa tersebut akan menyetujui pembangunan bandara . "Tahap konsultasi yang sudah kami lakukan, 95% mendukung pembangunan bandara, 5% tidak setuju. Yang tidak setuju itu kira-kira 40 orang," katanya.
Pada kesempatan itu, Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishub kominfo) DIY Budi Antono mengatakan, Pemda DIY bersama PT Angkasa Pura sudah membentuk tim Percepatan Pembangunan Bandara Baru (P2B2). Tim ini bertugas tidak hanya re lokasi warga terdampak secara fisik.
Menurut dia, P2B2 juga melakukan pelatihan-pelatihan ba gi warga untuk kesiapan warga saat prakonstruksi maupun konstruksi. Pelatihan prakonstruksi misalnya operator alat berat. "Saat bandara belum beroperasi, ada kesempatan bekerja sebagai tenaga operasi, sekuriti, cleaning service, juru parkir, tukang taman, karyawan yang bermitra dengan bandara, bengkel, dan lainnya," katanya.
Menurut Anton, sapaan Budi Antono, bandara di Kulonprogo di-setting untuk menggantikan bandara Adisutjipto yang hanya berkapasitas 1,2 juta per tahun. "Padahal, saat ini kapasitas sudah 5,8 juta orang per tahun," katanya. Bandara di Kulonprogo nanti memiliki panjang runaway 3.600 meter. "Itu merupakan runaway terpanjang kedua di Indonesia setelah Papua. Di Bali saja panjangnya 3.200 meter," ujarnya.
Anton menambahkan, total kebutuhan lahan untuk bandara di Kulonprogo seluas 6.270.268 meter persegi (m2) yang tersebar di lima desa. Rinciannya, Desa Jangkara 453.093 m2, Sindutan 551.219 m2, Palihan 2.104.962 m2, Kebonrejo 323.705 m2, dan Glagah 2.936.389 m2. Dia mengungkapkan, bandara di Kulonprogo berkonsep Airport City.
Tidak hanya menjadi tempat naik dan turun penumpang, namun juga aktivitas penunjang bandara lain. "Akan ada hotel, restoran, dan bangunan lain yang akan membuka lahan pekerjaan baru bagi warga sekitar," tandasnya.
Ridwan Anshori
(ftr)