Unpad Imbau Waspadai Modus Penipuan Penerimaan Mahasiswa Baru
A
A
A
BANDUNG - Universitas Padjajaran (Unpad) mengimbau kepada masyarakat agar mewaspadai segala bentuk tawaran dari siapapun yang menjanjikan, agar calon mahasiswa bisa diterima masuk di Unpad.
Hal ini terkait banyaknya laporan penipuan yang dilakukan sekelompok orang tidak bertanggung jawab dengan syarat memberikan sejumlah uang sebagai jaminan bisa diterima di Unpad.
Wakil Rektor Bidang Pembelajaran dan Kemahasiswaan Unpad, Engkus Kuswarno mengemukakan untuk seleksi jalur Sarjana (S-1) Unpad hanya mengacu pada hasil seleksi yang ditetapkan nasional, yaitu Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Jadi, tidak ada seorang pun, baik dari dalam maupun luar Unpad, yang memiliki wewenang untuk memasukkan calon mahasiswa ke Unpad di luar jalur tersebut.
Menurutnya, dalam penerimaan mahasiswa baru, Unpad murni hanya melihat prestasi siswa. Tidak ada kemampuan dari dosen atau orang kepercayaan yang bisa meloloskan siswa masuk Unpad. Bahkan pimpinan universitas maupun fakultas pun tidak bisa.
Dia mengatakan, setidaknya ada 3 modus operandi penipuan. Pertama, oknum meyakinkan (orang tua) calon mahasiswa secara lisan bahwa dapat menjamin meloloskan siswa masuk Unpad. Oknum meminta korban mentransfer sejumlah uang sebagai jaminan.
“Tidak tanggung-tanggung, oknum tersebut meminta uang jaminan kepada korban sebesar ratusan juta hingga total miliaran rupiah,” ungkapnya saat ditemui di ruang kerjanya di Kampus Unpad, Sabtu, (29/11/2014).
Menurutnya, korban penipuan yang telah terungkap melalui laporan kepolisian di antaranya petani, pengacara, tentara, pengusaha, dan pejabat tinggi negara.
Modus kedua adalah pelaku menjanjikan bahwa Unpad akan menggelar seleksi tambahan bagi calon mahasiswa yang tidak diterima melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN, dan oknum tersebut membantu meloloskan seleksi tambahan tersebut, dengan tanda kelulusan tersendiri.
Padahal Unpad tidak menyelenggarakan seleksi seperti itu. Untuk meyakinkan korban, oknum berani memalsukan tangan Rektor Unpad sebagai surat pengesahan penerimaan mahasiswa baru.
“Korban ada pula yang sudah diberi kelengkapan perkuliahan, seperti KTM palsu, almamater, dan jas lab untuk yang memilih fakultas kedokteran. Padahal ketika dicek di data kemahasiswaan, nama mereka tidak terdaftar,” paparnya.
Sementara modus yang ketiga berupa pelaku menjanjikan bisa memasukkan ke Unpad melalui program khusus, yaitu Program Bina Lingkungan.
Melalui program itu oknum meminta sejumlah uang sebagai tanda keikutsertaannya. Kembali Prof Engkus menolaknya dengan tegas.
Menurutnya, Program Bina Lingkungan ditujukan bagi mahasiswa Unpad, bukan calon mahasiswa yang belum secara resmi diterima di Unpad.
“Program Bina Lingkungan itu diantaranya adalah program beasiswa bagi mahasiswa Unpad. Jika orang tua mahasiswa tersebut adalah keluarga Unpad, prioritas sumber beasiswanya dari Unpad dan mitra kerja Unpad, sedangkan bagi orang tua mahasiswa bukan keluarga Unpad, akan diajukan beasiswa dari mitra kerja Unpad. Bina Lingkungan diprioritaskan bagi mahasiswa yang berprestasi tinggi dan atau keterbatasan kondisi ekonomi orang tua,” paparnya.
Oleh karena itu, banyaknya terungkap kasus penipuan tersebut diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat umum, agar tidak berulang lagi.
Dampak dari tindak penipuan ini tidak hanya terkait soal uang yang hilang, tapi juga dampak psikologi bagi para korban dan keluarganya. Beberapa korban terbukti mengalami depresi hingga mengganggu kehidupannya sehari-hari.
Hal ini terkait banyaknya laporan penipuan yang dilakukan sekelompok orang tidak bertanggung jawab dengan syarat memberikan sejumlah uang sebagai jaminan bisa diterima di Unpad.
Wakil Rektor Bidang Pembelajaran dan Kemahasiswaan Unpad, Engkus Kuswarno mengemukakan untuk seleksi jalur Sarjana (S-1) Unpad hanya mengacu pada hasil seleksi yang ditetapkan nasional, yaitu Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Jadi, tidak ada seorang pun, baik dari dalam maupun luar Unpad, yang memiliki wewenang untuk memasukkan calon mahasiswa ke Unpad di luar jalur tersebut.
Menurutnya, dalam penerimaan mahasiswa baru, Unpad murni hanya melihat prestasi siswa. Tidak ada kemampuan dari dosen atau orang kepercayaan yang bisa meloloskan siswa masuk Unpad. Bahkan pimpinan universitas maupun fakultas pun tidak bisa.
Dia mengatakan, setidaknya ada 3 modus operandi penipuan. Pertama, oknum meyakinkan (orang tua) calon mahasiswa secara lisan bahwa dapat menjamin meloloskan siswa masuk Unpad. Oknum meminta korban mentransfer sejumlah uang sebagai jaminan.
“Tidak tanggung-tanggung, oknum tersebut meminta uang jaminan kepada korban sebesar ratusan juta hingga total miliaran rupiah,” ungkapnya saat ditemui di ruang kerjanya di Kampus Unpad, Sabtu, (29/11/2014).
Menurutnya, korban penipuan yang telah terungkap melalui laporan kepolisian di antaranya petani, pengacara, tentara, pengusaha, dan pejabat tinggi negara.
Modus kedua adalah pelaku menjanjikan bahwa Unpad akan menggelar seleksi tambahan bagi calon mahasiswa yang tidak diterima melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN, dan oknum tersebut membantu meloloskan seleksi tambahan tersebut, dengan tanda kelulusan tersendiri.
Padahal Unpad tidak menyelenggarakan seleksi seperti itu. Untuk meyakinkan korban, oknum berani memalsukan tangan Rektor Unpad sebagai surat pengesahan penerimaan mahasiswa baru.
“Korban ada pula yang sudah diberi kelengkapan perkuliahan, seperti KTM palsu, almamater, dan jas lab untuk yang memilih fakultas kedokteran. Padahal ketika dicek di data kemahasiswaan, nama mereka tidak terdaftar,” paparnya.
Sementara modus yang ketiga berupa pelaku menjanjikan bisa memasukkan ke Unpad melalui program khusus, yaitu Program Bina Lingkungan.
Melalui program itu oknum meminta sejumlah uang sebagai tanda keikutsertaannya. Kembali Prof Engkus menolaknya dengan tegas.
Menurutnya, Program Bina Lingkungan ditujukan bagi mahasiswa Unpad, bukan calon mahasiswa yang belum secara resmi diterima di Unpad.
“Program Bina Lingkungan itu diantaranya adalah program beasiswa bagi mahasiswa Unpad. Jika orang tua mahasiswa tersebut adalah keluarga Unpad, prioritas sumber beasiswanya dari Unpad dan mitra kerja Unpad, sedangkan bagi orang tua mahasiswa bukan keluarga Unpad, akan diajukan beasiswa dari mitra kerja Unpad. Bina Lingkungan diprioritaskan bagi mahasiswa yang berprestasi tinggi dan atau keterbatasan kondisi ekonomi orang tua,” paparnya.
Oleh karena itu, banyaknya terungkap kasus penipuan tersebut diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat umum, agar tidak berulang lagi.
Dampak dari tindak penipuan ini tidak hanya terkait soal uang yang hilang, tapi juga dampak psikologi bagi para korban dan keluarganya. Beberapa korban terbukti mengalami depresi hingga mengganggu kehidupannya sehari-hari.
(sms)