Peternak Ayam Kian Tertekan

Jum'at, 28 November 2014 - 13:05 WIB
Peternak Ayam Kian Tertekan
Peternak Ayam Kian Tertekan
A A A
PALEMBANG - Asosiasi Masyarakat Perunggasan Sumsel (AMPS) mencatat pra dan pascakenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, setidaknya ada enam perusahaan skala besar gulung tikar.

“Saat ini total pengusaha yang tergabung dalam AMPS capai 16 anggota. Jika ada enam pengusaha yang gulung tikar, berarti tinggal 10 lagi pengusaha (kemitraan) yang masih melakoni bisnis ternak unggas yang tersebar di Palembang, Ogan Ilir, OKI, Banyuasin, Prabumulih, Muaraenim, Lubuklinggau, dan Lahat. Tutupnya usaha karena permintaan yang semakin turun,” kata Ketua AMPS Ismaidi Chaniago, kemarin.

Menurutnya, penurunan permintaan daging ayam mencapai lebih dari 30% mulai terjadi pasca-Lebaran akhir Agustus tahun ini. Di sisi lain, sebagian pengusaha gulung tikar lantaran tingginya biaya produksi. Akibat semakin terbebaninya pengusaha dengan biaya produksi yang meningkat, secara perlahan pengusaha memilih untuk mengurangi populasi ayam potong hingga menutup usaha ternaknya.

“Bayangkan saja, dampak dari kenaikan harga BBM, saat ini harga ayam potong (ka n dang) sebelumnya dijual Rp18.000 per ekor (utuh), kini turun signifikan menjadi Rp11.000 per ekor. Bagaimana pengusaha mau mendapatkan margin,” tegasnya.

Secara komprehensif, kata dia, total produksi ayam potong di Sumsel mencapai 5 juta ekor per bulan dengan asumsi produksi sekitar 160.000-180.000 ekor per hari dengan tingkat kebutuhan daging ayam di Sumsel mencapai 120.000 ekor per hari, sedangkan sisanya dikirim ke berbagai daerah di luar Sumsel. “Sekarang ini saja terjadi penurunan demand lebih dari 30% dari kebutuhan daging per hari. Kami tidak bisa memastikan kapan kondisi ini kembali normal.” “Semua tergantung dari permintaan pasar,” tuturnya.

“Kondisi saat ini kan ter jadinya penurunan demand masya rakat sebagai efek domino dari penaikan harga BBM. Walaupun persediaan di pasaran banyak, namun tidak diimbangi dengan demand yang membaik,” imbuh Ismaidi. Sementara itu, sejumlah pedagang di pasar tradisional Palembang mengaku, kalau untuk harga daging ayam potong cenderung mengalami kenaikan sebagai imbas kenaik an harga BBM mulai dari Rp30.000-32.000 per kilogram.

“Dua hari pascakenaikan harga BBM, semua kebutuhan pokok, termasuk daging ayam ikut naik. Tapi walaupun harga ayam naik, demand masyarakat membeli daging ayam sangat rendah. Biasanya dalam sehari mampu menjual hingga 30 kg daging ayam, kini untuk menjual 20 kg daging ayam pun sangat susah,” kata Tini, salah satu pedagang di Pasar Sekip Palembang.

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumsel H Permana mengatakan, kenai kan harga BBM bersubsidi sangat berdampak pada daya beli masyarakat yang cenderung turun. Bahkan, sebagian pedagang mengklaim mengurangi stok penjualan untuk menghindari kerugian.

”Pengaruh kenaikan harga BBM ini sangat besar sekali. Rata-rata semua harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan. Namun, kenaikan harga masih wajar di bawah 20%. Memang akibat naiknya harga BBM, daya beli masyarakat berkurang signifikan,” ujar Permana.

Darfian Jaya Suprana
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5217 seconds (0.1#10.140)