Susi Janji Kembangkan Sekolah Kelautan
A
A
A
SIDOARJO - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pujiastuti meminta mahasiswa kelautan dan perikanan bisa menjadi tenaga handal dalam mengembangkan usaha maritim.
Hal ini diutarakan saat memberi kuliah umum kepada sekitar 400 mahasiswa Politeknik Kelautan dan Perikanan (PKP) Sidoarjo di Desa Buncitan, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, kemarin. Susi mengatakan, selama ini potensi kelautan dan perikanan banyak yang belum tergarap.
Karena itu, dengan ada lulusan siswa dan mahasiswa kelautan nanti bisa menjadi ujung tombak dalam memajemukkan usaha kemaritiman. ”Adik-adik ini masih muda dan harus punya semangat dalam memajukan bidang kelautan,” katanya.
Tidak hanya itu, Susi juga berharap agar nanti usaha perikanan Indonesia bisa bersaing dengan negara lain. Selama ini, meski 70 persen wilayah Indonesia adalah laut, namun masih kalah bersaing dengan negara lain, seperti Thailand dan Jepang. Ironisnya, negara seperti Thailand itu justru mencuri ikan di perairan Indonesia karena di perairannya populasi ikannya terbatas.
”Ilegal fishing ini yang menjadi salah satu prioritas kita agar bisa diberantas,” kata Susi yang juga mengaku akan memperhatikan pendidikan kemaritiman. Susi Pujiastutik tiba di Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo sekitar pukul 16.00 WIB, didampingi Kepala Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan (BPSDM) Suseno Sukoyono dan Direktur PKP Sidoarjo Endang Suhaedy.
Suseno Sukoyono mengatakan, untuk memperbanyak sumber daya manusia di bidang kelautan dan perikanan, seharusnya diperbanyak pendidikan vokasi kemaritiman. Karena itu, pihaknya mendorong di beberapa wilayah pesisir dibangun sekolah- sekolah vokasi kelautan.
Diakui Suseno, saat ini sekolah dan politeknik kelautan dan perikanan di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan jumlahnya hanya 19 sekolah. Hal ini tidak sebanding dengan luas wilayah laut Indonesia yang membutuhkan sumber daya manusia yang banyak.
Suseno mencontohkan, untuk PKP Sidoarjo, setiap tahun ada permintaan tenaga kerja sekitar 600 orang dari berbagai bidang kelautan dan perikanan. Namun yang saat ini baru bisa dipenuhi 121 orang sesuai dengan jumlah lulusan tiap tahunnya. ”Seperti PKP Sidoarjo ini sudah ada kerja sama dengan perusahaan-perusahaan kelautan perikanan dan bidang usaha lainnya, tapi kami belum bisa memenuhi kebutuhan SDM yang diinginkan,” ujarnya.
Ditanya terkait berada tenaga kerja yang dibutuhkan untuk bidang kelautan dan perikanan saat ini? Suseno mengaku sekitar 20 juta tenaga kerja. Sayangnya, untuk sumber daya manusia kelautan dan perikanan baru bisa dipenuhi sekitar 3 juta tenaga kerja.
Direktur PKP Sidoarjo Endang Suhaedy mengatakan, awalnya PKP Sidoarjo merupakan Akademi Perikanan Sidoarjo kemudian ditingkatkan menjadi politeknik awal tahun ini. Meski demikian, bukan hanya bidang pendidikan yang menjadi fokus, melainkan ada beberapa praktik wirausaha mulai dirintis.
Endang mencontohkan, baru-baru ini PKP meluncurkan rintisan kawasan Eduminawisata. Rintisan kawasan ini mengintegrasikan intensitas kegiatan pendidikan, produksi, pemasaran (minafood), dan kegiatan wisata perikanan air tawar berbasis blue economy .
Abdul Rouf
Hal ini diutarakan saat memberi kuliah umum kepada sekitar 400 mahasiswa Politeknik Kelautan dan Perikanan (PKP) Sidoarjo di Desa Buncitan, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, kemarin. Susi mengatakan, selama ini potensi kelautan dan perikanan banyak yang belum tergarap.
Karena itu, dengan ada lulusan siswa dan mahasiswa kelautan nanti bisa menjadi ujung tombak dalam memajemukkan usaha kemaritiman. ”Adik-adik ini masih muda dan harus punya semangat dalam memajukan bidang kelautan,” katanya.
Tidak hanya itu, Susi juga berharap agar nanti usaha perikanan Indonesia bisa bersaing dengan negara lain. Selama ini, meski 70 persen wilayah Indonesia adalah laut, namun masih kalah bersaing dengan negara lain, seperti Thailand dan Jepang. Ironisnya, negara seperti Thailand itu justru mencuri ikan di perairan Indonesia karena di perairannya populasi ikannya terbatas.
”Ilegal fishing ini yang menjadi salah satu prioritas kita agar bisa diberantas,” kata Susi yang juga mengaku akan memperhatikan pendidikan kemaritiman. Susi Pujiastutik tiba di Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo sekitar pukul 16.00 WIB, didampingi Kepala Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan (BPSDM) Suseno Sukoyono dan Direktur PKP Sidoarjo Endang Suhaedy.
Suseno Sukoyono mengatakan, untuk memperbanyak sumber daya manusia di bidang kelautan dan perikanan, seharusnya diperbanyak pendidikan vokasi kemaritiman. Karena itu, pihaknya mendorong di beberapa wilayah pesisir dibangun sekolah- sekolah vokasi kelautan.
Diakui Suseno, saat ini sekolah dan politeknik kelautan dan perikanan di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan jumlahnya hanya 19 sekolah. Hal ini tidak sebanding dengan luas wilayah laut Indonesia yang membutuhkan sumber daya manusia yang banyak.
Suseno mencontohkan, untuk PKP Sidoarjo, setiap tahun ada permintaan tenaga kerja sekitar 600 orang dari berbagai bidang kelautan dan perikanan. Namun yang saat ini baru bisa dipenuhi 121 orang sesuai dengan jumlah lulusan tiap tahunnya. ”Seperti PKP Sidoarjo ini sudah ada kerja sama dengan perusahaan-perusahaan kelautan perikanan dan bidang usaha lainnya, tapi kami belum bisa memenuhi kebutuhan SDM yang diinginkan,” ujarnya.
Ditanya terkait berada tenaga kerja yang dibutuhkan untuk bidang kelautan dan perikanan saat ini? Suseno mengaku sekitar 20 juta tenaga kerja. Sayangnya, untuk sumber daya manusia kelautan dan perikanan baru bisa dipenuhi sekitar 3 juta tenaga kerja.
Direktur PKP Sidoarjo Endang Suhaedy mengatakan, awalnya PKP Sidoarjo merupakan Akademi Perikanan Sidoarjo kemudian ditingkatkan menjadi politeknik awal tahun ini. Meski demikian, bukan hanya bidang pendidikan yang menjadi fokus, melainkan ada beberapa praktik wirausaha mulai dirintis.
Endang mencontohkan, baru-baru ini PKP meluncurkan rintisan kawasan Eduminawisata. Rintisan kawasan ini mengintegrasikan intensitas kegiatan pendidikan, produksi, pemasaran (minafood), dan kegiatan wisata perikanan air tawar berbasis blue economy .
Abdul Rouf
(ftr)