Aktivis Antikorupsi Diteror
A
A
A
PROBOLINGGO - Teror terhadap penggiat antikorupsi kembali terjadi di Kota Probolinggo. Seperti dialami Bukhori Muslim, warga Jalan Ikan Paus, Kecamatan Mayangan, Rabu dini hari.
Rumah tinggalnya dilempar bondet (bom ikan rakitan) oleh orang tidak dikenal. Akibatnya, bagian depan rumah Ketua Lembaga Pemantau Penyelenggara Negara Republik Indonesia (LPPNRI) itu berantakan. Kaca jendela, kursi teras rumah, dan sebagian plafon rumah hancur. Ledakan juga merusak kaca jendela sebuah warung di depan rumah korban.
Aksi teror ini disinyalir sebagai buntut sepak terjangnya dalam mengungkap dugaan tindak pidana korupsi yang terjadi di lingkungan Pemkot Probolinggo. Namun, sampai sejauh ini polisi belum bisa memastikan keterkaitan teror tersebut dengan aktivitas korban memerangi korupsi.
“Saya kaget saat tidur mendengar suara ledakan keras di depan rumah. Saat saya cek, teras rumah sudah dalam kondisi berantakan. Tidak ada orang yang tahu siapa yang melakukannya,” kata Bukhori.
Menurutnya, aksi teror ini terkait aktivitasnya memerangi dugaan praktik korupsi di Pemkot Probolinggo. Beberapa waktu lalu dia melaporkan sejumlah tindak pidana korupsi ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Probolinggo. Tiga kasus di antaranya telah memasuki tahap penyidikan.
“Tiga kasus dugaan korupsi sudah memasuki tahap penyidikan dan sudah ada calon tersangkanya. Biarkan masyarakat yang menilai apakah perusakan rumah ini ada hubungannya dengan penanganan kasus korupsi,” tandas Bukhori.
Petugas kepolisian dan tim Labfor Polri cabang Surabaya yang tiba di lokasi melakukan penyelidikan dan olah tempat kejadian perkara (TKP). Petugas melakukan penyisiran di sejumlah titik dan mengumpulkan material yang berasal dari serpihan bahan peledak.
Kasat Reskrim Polres Probolinggo Kota AKP Damar Bastiar mengungkapkan, pihaknya belum bisa menyimpulkan modus dan bahan peledak yang dipergunakan pelaku teror. Untuk kepentingan penyelidikan, petugas mengamankan sejumlah barang bukti untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
“Semua masih dalam penyelidikan, termasuk apakah ini ada kaitannya dengan aktivitas korban sebagai penggiat antikorupsi. Jadi, kami masih belum bisa menyimpulkan. Semua masih dugaan,” ujarnya.
Arie Yoenianto
Rumah tinggalnya dilempar bondet (bom ikan rakitan) oleh orang tidak dikenal. Akibatnya, bagian depan rumah Ketua Lembaga Pemantau Penyelenggara Negara Republik Indonesia (LPPNRI) itu berantakan. Kaca jendela, kursi teras rumah, dan sebagian plafon rumah hancur. Ledakan juga merusak kaca jendela sebuah warung di depan rumah korban.
Aksi teror ini disinyalir sebagai buntut sepak terjangnya dalam mengungkap dugaan tindak pidana korupsi yang terjadi di lingkungan Pemkot Probolinggo. Namun, sampai sejauh ini polisi belum bisa memastikan keterkaitan teror tersebut dengan aktivitas korban memerangi korupsi.
“Saya kaget saat tidur mendengar suara ledakan keras di depan rumah. Saat saya cek, teras rumah sudah dalam kondisi berantakan. Tidak ada orang yang tahu siapa yang melakukannya,” kata Bukhori.
Menurutnya, aksi teror ini terkait aktivitasnya memerangi dugaan praktik korupsi di Pemkot Probolinggo. Beberapa waktu lalu dia melaporkan sejumlah tindak pidana korupsi ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Probolinggo. Tiga kasus di antaranya telah memasuki tahap penyidikan.
“Tiga kasus dugaan korupsi sudah memasuki tahap penyidikan dan sudah ada calon tersangkanya. Biarkan masyarakat yang menilai apakah perusakan rumah ini ada hubungannya dengan penanganan kasus korupsi,” tandas Bukhori.
Petugas kepolisian dan tim Labfor Polri cabang Surabaya yang tiba di lokasi melakukan penyelidikan dan olah tempat kejadian perkara (TKP). Petugas melakukan penyisiran di sejumlah titik dan mengumpulkan material yang berasal dari serpihan bahan peledak.
Kasat Reskrim Polres Probolinggo Kota AKP Damar Bastiar mengungkapkan, pihaknya belum bisa menyimpulkan modus dan bahan peledak yang dipergunakan pelaku teror. Untuk kepentingan penyelidikan, petugas mengamankan sejumlah barang bukti untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
“Semua masih dalam penyelidikan, termasuk apakah ini ada kaitannya dengan aktivitas korban sebagai penggiat antikorupsi. Jadi, kami masih belum bisa menyimpulkan. Semua masih dugaan,” ujarnya.
Arie Yoenianto
(ftr)