Seni Instalasi Panji -Dewi Sekartaji

Rabu, 26 November 2014 - 13:47 WIB
Seni Instalasi Panji...
Seni Instalasi Panji -Dewi Sekartaji
A A A
MALANG - Kisah asmara Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji menginspirasi seniman terakota asal Malang, Ponimin, untuk berkreasi. Dia membuat karya terakota dengan mengangkat dua tokoh utama dalam cerita Panji tersebut.

Keelokan tarian penuh keanggunan cerita asmara antara Panji Asmarabangun dan Dewi Sekartaji direkonstruksi ulang oleh Ponimin dalam karya instalasi menggunakan teknik untaian manik-manik terakota berjudul Kekokohan Panji Sekartaji . Karya seni instalasi karya Ponimin ini menjadi salah satu karya yang tampil di ajang Pameran Seni Rupa Art East Ism. Pameran digelar Jurusan Seni dan Desain, Universitas Negeri Malang (UM), yang bekerja sama dengan Galeri Nasional Indonesia.

Menurut Ponimin, dia sengaja menghadirkan cerita Panji karena cerita asmara kedua tokoh utamanya sangat menginspirasi. “Bukan hanya soal asmaranya, cerita Panji mengajak kita semua belajar tentang ketulusan, keikhlasan, dan menjaga komitmen,” tuturnya. Dia mengaku sangat serius menghadirkan karya instalasi terakota ini. Tanah liat yang digunakan didatangkannya langsung dari wilayah Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, yang memiliki kualitas sangat bagus.

Sementara, teknik merangkai instalasinya menggunakan teknik yang sangat rumit, yakni teknik untaian manik-manik terakota. Teknik ini diawali mengolah tanah liat menjadi potongan-potongan gerabah kecil-kecil. “Setelah dilakukan pembakaran terhadap potongan tanah liat tersebut, lalu dilakukan perangkaian manik-maniknya hingga menjadi instalasi. Ada lebih dari 2.000 potongan gerabah atau terakota yang digunakan dalam rangkaian manikmanik ini,” bebernya.

Selain seni instalasi karya Ponimin dalam pameran ini menurut ketua panitia pameran, Lilik Indrawati, ada sebanyak 46 karya seni rupa dan instalasi yang dipamerkan. Karya seni tersebut merupakan hasil karya dari 35 seniman. “Para seniman yang memamerkan karyanya, ada yang dari Galeri Nasional Indonesia Yogyakarta, Batu, Malang, dan Pasuruan,” tuturnya.

Pameran bersama ini, menurutnya, diharapkan menjadi ruang apresiasi bagi para seniman dan masyarakat. Selama ini di Kota Malang masih belum memiliki ruang apresiasi seni. Padahal, ruang apresiasi seni ini sangat penting untuk mengembangkan kecerdasan emosi dan mengolah rasa bagi masyarakat. Selama ini yang berjalan di sekolah-sekolah hanyalah keterampilan seni. Sementara, apresiasi seni belum bisa berjalan dengan baik.

“Kurangnya ruang apresiasi seni ini membuat kita tidak memiliki kecerdasan emosi. Cenderung berperilaku sadis. Ruang apresiasi seni mendesak untuk dibangun di Kota Malang, sebagai kota pendidikan. Ruang apresiasi seni ini, akan menjadi tempat untuk membangun nilai-nilai dengan bahasa spiritual,” tutur dosen Jurusan Seni dan Desain UM tersebut.

Yuswantoro
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3115 seconds (0.1#10.140)