Kondisi Ini Bisa Terjadi Kapan Saja
A
A
A
Insidenyang melibatkan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI kembali terjadi. Sebuah Pesawat Udara (Pesud) Casa Patroli Maritim (Patmar) NC-212 bernomor lambung P-8XY tenggelam di perairan Gresik, Jatim, kemarin.
Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Meski demikian, kru dituntut bertahan hidup di laut dalam waktu cukup lama dan hanya berbekal alat keselamatan penerbangan (AKP). Kejadian berawal saat Pesud Casa Patmar melakukan latihan kerja sama taktis dengan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) jenis Multi Role Light Frigate (MRLF).
Berdasar koordinasi, pesud lantas patrol penerbangan pada posisi 65 Nm dari daratan. Tanpa diduga, tiba-tiba engine kanan mati. Mengetahui hal ini, pilot berikut kru melaksanakan single engine procedure. Beberapa saat kemudian, enginekiri pesud juga mengalami trouble sehingga pesud tidak bisa lagi mempertahankan ketinggian dan pilot memutuskan menuju pantai terdekat. Pendaratan darurat atau ditchingdi laut pun dilakukan.
Pilot sempat melaporkan posisi terakhir pesud kepada kapal markas KRI jenis MRLF sebelum ditching. Seluruh kru crewkeluar kabinuntuk menyelamatkan diri sebelum akhirnya pesawat tenggelam. Dengan cekatan, mereka mengeluarkan peralatan yang ada untuk bertahan hidup di laut. Krumengapung menggunakan maewestdan berkumpul membuat lingkaran agar mudah terlihat dari udara.
Upaya ini juga untuk mempercepat pencarian. Kru memanfaatkan peralatan sea survival,seperti shark rappelentuntuk bertahan hidup selama di laut. Berbekal informasi yang diterima dari KRI jenis MRLF, Pesud Patmar terbang ke lokasi terakhir yang dilaporkan P- 8XY. Para survivordengan flash lightmemberi tanda kepada kru Pesud Patmar.
Kru Pesud Patmar berhasil menemukan posisi korban yang telah bergeser 30 Nm daridatumke arah daratan terdekat. Selanjutnya, dikirimkan Pesud Casa Basic untuk melaksanakan dropingliferaft, makanan, serta radio komunikasi untuk bekal bertahan di laut bagi survivor. Karena liferaftmendarat dengan posisi terbalik, para survivor melaksanakan teknik membalik liferaft.
Selanjutnya, dengan peralatan seadanya, para survivormengubah air laut menjadi air tawar dan memanfaatkan alat pancing untuk mencari makanan. Kemarin pagi, para survivor masih terapung di laut. Mereka terbawa arus laut hingga mendekati daratan. Dengan peralatan navigasi, mereka melaksanakan reseksi atau interseksi untuk menentukan posisi survivor dan posisi lokasi air supplydi peta.
Jalan kompas mereka lakukan untuk menuju titik yang diperkirakan aman guna pelaksanaan air supply.Pada saat perjalanan menuju titik air supply, satu personel survivor terjatuh dan patah tulang tangan kanan. Kondisi ini menuntut mereka mendapat penangan medis. Berbekal teknik medical first responder(MFR) untuk pertolongan pertama, survivor lain menolong.
Perjalanan menuju lokasi air supply dilanjutkan kembali. Dengan peralatan radio komunikasi yang ada, kru menyampaikan posisi yang telah ditentukan untuk pelaksanaan air supply. Kemarin sore, sebuah helikopter TNI AL Bolcow-105 yang on boarddi KRI jenis Sigma diterbangkan.
Heli itu melaksanakan air supplypada koordinat yang ditentukan survivor. Tadi malam, kru menyiapkan diri untuk mendirikan bivak, para-para, dan membuat jebakan hewan. Selama istirahat, survivor tetap melaksanakan koordinasi tentang lokasi penjemputan esok harinya. Setelah lokasi ditentukan, pagi hari survivor melaksanakan persiapan berkemas untuk melanjutkan jalan peta menuju lokasi yang telah ditentukan sebagai titik evakuasi atau landing zone.
Akhirnya parasurvivor sampai di titik penjemputan yang telah ditentukan, dievakuasi ke pangkalan TNI AL terdekat. Sementara personel yang mengalami patah tulang tangan kanan dirujuk ke rumah sakit (RS). Skenario survivorbukanlah kejadian sebenarnya, tetapi skenario Sea and Jungle Survival Exercise Indonesia Naval Aviation.
Latihan bertahan di laut ini berlangsung selama enam hari dan kemarin merupakan hari terakhir. Latihan menekankan para aircrewpesawat udara TNI Angkatan Laut (AL) menempa diri dengan berlatih dalam kondisi darurat. Latihan tersebut dibuka Asop Kasal Laksda TNI Arief Rudianto.
Saat membuka latihan di Apron Base Ops Lanudal Juanda, Arief Rudianto memberikan penekanan bahwa latihan ini merupakan kewajiban bagi aircrewdalam menghadapi keadaan darurat dalam suatu operasi. “Kondisi darurat tersebut dapat terjadi di laut dan di darat atau hutan. Karena itu, penting bagi aircrew untuk berlatih diri dari sisi mental dan fisik secara profesional,” tandas Arief.
Hadir dalam upacara pembukaan tersebut, Panglima Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Arie Henrycus Sembiring Meliala, Komandan Kobangdikal Laksamana Muda TNI Ari Atmaja, Gubernur AAL Mayjend TNI (Mar) Guntur Irianto Cipto Lelono, Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) Kasirun Situmorang dan lainnya.
Pada latihan tersebut, Komandan Pusat Penerbangan TNI AL Laksma TNI Sigit Setianta mengerahkan unsur udara, yaitu Pesud Casa NC- 212 untuk droping lifecraft, Nomad N-24 untuk melaksanakan searching, Helikopter EC- 120 Colibri untuk pemantauan latihan, dan BO-105 Bolkow untuk air suplay.
“Latihan Sea and Jungle Survivalini dilaksanakan menggunakan daerah latihan di perairan Gresik, Pantai Elegan, dan Gunung Penceng. Peserta latihan ada 56 orang. Ada pilot, flight engineer,dan mekanik. Sedangkan, instruktur yang terlibat dalam latihan ini meliputi Yon Taifib 1 Pasmar 1, Kopaska, Tim SAR Lanudal Juanda, dan Wing Udara selaku pelaksana latihan,” kata Sigit.
Soeprayitno
Surabaya
Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Meski demikian, kru dituntut bertahan hidup di laut dalam waktu cukup lama dan hanya berbekal alat keselamatan penerbangan (AKP). Kejadian berawal saat Pesud Casa Patmar melakukan latihan kerja sama taktis dengan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) jenis Multi Role Light Frigate (MRLF).
Berdasar koordinasi, pesud lantas patrol penerbangan pada posisi 65 Nm dari daratan. Tanpa diduga, tiba-tiba engine kanan mati. Mengetahui hal ini, pilot berikut kru melaksanakan single engine procedure. Beberapa saat kemudian, enginekiri pesud juga mengalami trouble sehingga pesud tidak bisa lagi mempertahankan ketinggian dan pilot memutuskan menuju pantai terdekat. Pendaratan darurat atau ditchingdi laut pun dilakukan.
Pilot sempat melaporkan posisi terakhir pesud kepada kapal markas KRI jenis MRLF sebelum ditching. Seluruh kru crewkeluar kabinuntuk menyelamatkan diri sebelum akhirnya pesawat tenggelam. Dengan cekatan, mereka mengeluarkan peralatan yang ada untuk bertahan hidup di laut. Krumengapung menggunakan maewestdan berkumpul membuat lingkaran agar mudah terlihat dari udara.
Upaya ini juga untuk mempercepat pencarian. Kru memanfaatkan peralatan sea survival,seperti shark rappelentuntuk bertahan hidup selama di laut. Berbekal informasi yang diterima dari KRI jenis MRLF, Pesud Patmar terbang ke lokasi terakhir yang dilaporkan P- 8XY. Para survivordengan flash lightmemberi tanda kepada kru Pesud Patmar.
Kru Pesud Patmar berhasil menemukan posisi korban yang telah bergeser 30 Nm daridatumke arah daratan terdekat. Selanjutnya, dikirimkan Pesud Casa Basic untuk melaksanakan dropingliferaft, makanan, serta radio komunikasi untuk bekal bertahan di laut bagi survivor. Karena liferaftmendarat dengan posisi terbalik, para survivor melaksanakan teknik membalik liferaft.
Selanjutnya, dengan peralatan seadanya, para survivormengubah air laut menjadi air tawar dan memanfaatkan alat pancing untuk mencari makanan. Kemarin pagi, para survivor masih terapung di laut. Mereka terbawa arus laut hingga mendekati daratan. Dengan peralatan navigasi, mereka melaksanakan reseksi atau interseksi untuk menentukan posisi survivor dan posisi lokasi air supplydi peta.
Jalan kompas mereka lakukan untuk menuju titik yang diperkirakan aman guna pelaksanaan air supply.Pada saat perjalanan menuju titik air supply, satu personel survivor terjatuh dan patah tulang tangan kanan. Kondisi ini menuntut mereka mendapat penangan medis. Berbekal teknik medical first responder(MFR) untuk pertolongan pertama, survivor lain menolong.
Perjalanan menuju lokasi air supply dilanjutkan kembali. Dengan peralatan radio komunikasi yang ada, kru menyampaikan posisi yang telah ditentukan untuk pelaksanaan air supply. Kemarin sore, sebuah helikopter TNI AL Bolcow-105 yang on boarddi KRI jenis Sigma diterbangkan.
Heli itu melaksanakan air supplypada koordinat yang ditentukan survivor. Tadi malam, kru menyiapkan diri untuk mendirikan bivak, para-para, dan membuat jebakan hewan. Selama istirahat, survivor tetap melaksanakan koordinasi tentang lokasi penjemputan esok harinya. Setelah lokasi ditentukan, pagi hari survivor melaksanakan persiapan berkemas untuk melanjutkan jalan peta menuju lokasi yang telah ditentukan sebagai titik evakuasi atau landing zone.
Akhirnya parasurvivor sampai di titik penjemputan yang telah ditentukan, dievakuasi ke pangkalan TNI AL terdekat. Sementara personel yang mengalami patah tulang tangan kanan dirujuk ke rumah sakit (RS). Skenario survivorbukanlah kejadian sebenarnya, tetapi skenario Sea and Jungle Survival Exercise Indonesia Naval Aviation.
Latihan bertahan di laut ini berlangsung selama enam hari dan kemarin merupakan hari terakhir. Latihan menekankan para aircrewpesawat udara TNI Angkatan Laut (AL) menempa diri dengan berlatih dalam kondisi darurat. Latihan tersebut dibuka Asop Kasal Laksda TNI Arief Rudianto.
Saat membuka latihan di Apron Base Ops Lanudal Juanda, Arief Rudianto memberikan penekanan bahwa latihan ini merupakan kewajiban bagi aircrewdalam menghadapi keadaan darurat dalam suatu operasi. “Kondisi darurat tersebut dapat terjadi di laut dan di darat atau hutan. Karena itu, penting bagi aircrew untuk berlatih diri dari sisi mental dan fisik secara profesional,” tandas Arief.
Hadir dalam upacara pembukaan tersebut, Panglima Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Arie Henrycus Sembiring Meliala, Komandan Kobangdikal Laksamana Muda TNI Ari Atmaja, Gubernur AAL Mayjend TNI (Mar) Guntur Irianto Cipto Lelono, Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) Kasirun Situmorang dan lainnya.
Pada latihan tersebut, Komandan Pusat Penerbangan TNI AL Laksma TNI Sigit Setianta mengerahkan unsur udara, yaitu Pesud Casa NC- 212 untuk droping lifecraft, Nomad N-24 untuk melaksanakan searching, Helikopter EC- 120 Colibri untuk pemantauan latihan, dan BO-105 Bolkow untuk air suplay.
“Latihan Sea and Jungle Survivalini dilaksanakan menggunakan daerah latihan di perairan Gresik, Pantai Elegan, dan Gunung Penceng. Peserta latihan ada 56 orang. Ada pilot, flight engineer,dan mekanik. Sedangkan, instruktur yang terlibat dalam latihan ini meliputi Yon Taifib 1 Pasmar 1, Kopaska, Tim SAR Lanudal Juanda, dan Wing Udara selaku pelaksana latihan,” kata Sigit.
Soeprayitno
Surabaya
(ars)