PHBD STMIK Akakom Sukses Kembangkan Desa Jamur
A
A
A
YOGYAKARTA - Untuk pertama STMIK Akakom Yogyakarta mendapatkan Program Hibah Bina Desa (PHBD) di 2014 ini.
Bermodalkan dana Rp40 juta dari Dikti Kemenristekdikti, para mahasiswa STMIK Akakom Yogyakarta berhasil membina masyarakat Dusun Demen, Kecamatan Pakem, Sleman menjadi desa jamur.
“Melalui PHBD ini, delapan mahasiswa kami membina masyarakat Dusun Demen melalui kegiatan pengembangan budi daya jamur tiram yang melibatkan seluruh komponen masyarakat. Tujuan utamanya memang untuk menghidupkan dan meningkatkan perekonomian masyarakat di sana,” ujar Pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan STMIK Akakom Yogyakarta Sri Redjeki SI MKom kemarin.
Menurut Kiki, sapaan akrab Sri Redjeki, menuturkan tujuan akhir dari pelaksanaan PHBD tersebut ialah dijadikannya Dusun Demen sebagai desa jamur. Karenanya, tak hanya sekedar membudidayakan jamur tiram, para warga juga dibina untuk mampu memproduksi produk olahan jamur hasil budi daya. Salah satu yang menjadi produk andalan warga ialah keripik jamur timur yang pemasarannya sudah mencakup seluruh wilayah DIY.
“Yang kami senangnya, warga sangat menyambut bahkan mau bergotong royong mempersiapkan segala kebutuhan. Lokasi budidaya sendiri merupakan tanah pinjamandari wargasetempat yangselama ini memang tidak dipergunakan. Dan pada 13 November 2014 lalu, kami telah menyerahkan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan PHBD ke Dikti,” paparnya.
Menurut Kiki, budi daya jamur yang dilakukan warga Demen tidak hanya membuka kesempatan kerja, tapi juga menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit. Rencananya, pendampingan dari Akakom akan dilakukan hingga pertengahan 2015 agar wirausaha warga Demen tersebut benar- benar bisa berkelanjutan.
“Jamur sendiri dipilih sebagai produk karena makin pedulinya masyarakat kita akan kesehatan. Dan jamur bisa menjadi alternatif asupan gizi masyarakat yang tidak hanya lengkap dan sehat, tapi harganya pun masih terjangkau,” katanya.
Pembinaanbudidaya jamurtersebut tidak hanya bercocok tanam saja, mahasiswa juga melakukan pendampingan pada sisi pengorganisasian pengelola, pemasaran, pengelolaan keuangan, hingga pemanfaatan teknologi informasi. Dengan begitu, proses upaya pengabdian masyarakat dari para mahasiswa juga sekaligus terlaksana.
Ketua Tim Mahasiswa Pelaksana PHBD STMIK Akakom Yogyakarta Bobi Feriyana mengatakan, sejak awal Dusun Demen telah memiliki potensi alam dan sumber daya manusia yang baik untuk melakukan budi daya jamur. Sayangnya, potensi yang ada kurang dimanfaatkan sehingga daerah tersebut masuk dalam zona merah garis kemiskinan.
“Selama ini warga Demen hanya bermata pencaharian bertani ladang/sawah atau beternak dalam skala kecil. Sehingga dengan adanya upaya budi daya jamur ini diharapkan menjadi mata pencaharian baru yang lebih menjanjikan dari sisi ekonomi. Apalagi dengan proses budi daya yang tidak sulit dan pangsa pasar yang luas, kami berharap kesejahteraan mereka bisa lebih meningkat,” ujarnya.
Ratih keswara
Bermodalkan dana Rp40 juta dari Dikti Kemenristekdikti, para mahasiswa STMIK Akakom Yogyakarta berhasil membina masyarakat Dusun Demen, Kecamatan Pakem, Sleman menjadi desa jamur.
“Melalui PHBD ini, delapan mahasiswa kami membina masyarakat Dusun Demen melalui kegiatan pengembangan budi daya jamur tiram yang melibatkan seluruh komponen masyarakat. Tujuan utamanya memang untuk menghidupkan dan meningkatkan perekonomian masyarakat di sana,” ujar Pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan STMIK Akakom Yogyakarta Sri Redjeki SI MKom kemarin.
Menurut Kiki, sapaan akrab Sri Redjeki, menuturkan tujuan akhir dari pelaksanaan PHBD tersebut ialah dijadikannya Dusun Demen sebagai desa jamur. Karenanya, tak hanya sekedar membudidayakan jamur tiram, para warga juga dibina untuk mampu memproduksi produk olahan jamur hasil budi daya. Salah satu yang menjadi produk andalan warga ialah keripik jamur timur yang pemasarannya sudah mencakup seluruh wilayah DIY.
“Yang kami senangnya, warga sangat menyambut bahkan mau bergotong royong mempersiapkan segala kebutuhan. Lokasi budidaya sendiri merupakan tanah pinjamandari wargasetempat yangselama ini memang tidak dipergunakan. Dan pada 13 November 2014 lalu, kami telah menyerahkan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan PHBD ke Dikti,” paparnya.
Menurut Kiki, budi daya jamur yang dilakukan warga Demen tidak hanya membuka kesempatan kerja, tapi juga menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit. Rencananya, pendampingan dari Akakom akan dilakukan hingga pertengahan 2015 agar wirausaha warga Demen tersebut benar- benar bisa berkelanjutan.
“Jamur sendiri dipilih sebagai produk karena makin pedulinya masyarakat kita akan kesehatan. Dan jamur bisa menjadi alternatif asupan gizi masyarakat yang tidak hanya lengkap dan sehat, tapi harganya pun masih terjangkau,” katanya.
Pembinaanbudidaya jamurtersebut tidak hanya bercocok tanam saja, mahasiswa juga melakukan pendampingan pada sisi pengorganisasian pengelola, pemasaran, pengelolaan keuangan, hingga pemanfaatan teknologi informasi. Dengan begitu, proses upaya pengabdian masyarakat dari para mahasiswa juga sekaligus terlaksana.
Ketua Tim Mahasiswa Pelaksana PHBD STMIK Akakom Yogyakarta Bobi Feriyana mengatakan, sejak awal Dusun Demen telah memiliki potensi alam dan sumber daya manusia yang baik untuk melakukan budi daya jamur. Sayangnya, potensi yang ada kurang dimanfaatkan sehingga daerah tersebut masuk dalam zona merah garis kemiskinan.
“Selama ini warga Demen hanya bermata pencaharian bertani ladang/sawah atau beternak dalam skala kecil. Sehingga dengan adanya upaya budi daya jamur ini diharapkan menjadi mata pencaharian baru yang lebih menjanjikan dari sisi ekonomi. Apalagi dengan proses budi daya yang tidak sulit dan pangsa pasar yang luas, kami berharap kesejahteraan mereka bisa lebih meningkat,” ujarnya.
Ratih keswara
(ars)