Mengenal Sejarah dan Keunikan Tato Mentawai

Minggu, 16 November 2014 - 05:05 WIB
Mengenal Sejarah dan...
Mengenal Sejarah dan Keunikan Tato Mentawai
A A A
TATO Mentawai adalah tradisi seni lukis tubuh bagi suku terasing di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Sejak kapan mereka menato tubuhnya?

Cerita Pagi kali ini akan membahas tentang tato Mentawai. Di Mentawai, tato dikenal dengan istilah titi. Dikutip dari Wikipedia, tato ini merupakan tato yang sangat unik dan luar biasa karena memenuhi seluruh tubuh, mulai dari kepala sampai kaki.

Bagi orang Mentawai, tato merupakan busana abadi yang dapat dibawa mati. Atau, dengan kata lain, tato tradisi orang Mentawai hanya menjadi sebuah karya seni selama manusia yang memakainya hidup. Bahkan, ada yang menyebut konon orang Mentawai menato tubuh mereka agar kelak setelah meninggal dapat saling mengenali leluhur mereka.

Kepada Sindonews.com, pemerhati sejarah yang juga Dosen STKIP Abdi Pendidikan Payakumbuh Fikrul Hanif Sufyan mengatakan, tato atau seni rajah dikenal oleh dua suku bangsa di Indonesia, yakni Suku Mentawai dan Dayak. Namun, dalam beberapa catatan penting disebutkan, orang Mentawai sudah menato tubuh sejak kedatangan mereka ke pantai barat Sumatera.

Suku Mentawai dikenal sebagai bangsa Proto Melayu, yang datang dari daratan Asia (Indocina), pada zaman Logam (1500 SM-500 SM). Dari situ, bisa disimpulkan bahwa tato Mentawai yang tertua di dunia, bukan tato Mesir yang baru dikenal pada 1300 SM.

Catatan pertama mengenai seni merajah ini ditemukan dalam tulisan James Cook tahun 1769. Cook pada masa itu baru menemukan tato tertua ditemukan pada mumi Mesir dari abad ke-20 SM. Sebab, Cook pada masa itu belum sampai ke pantai barat Sumatera, sehingga tulisannya ini pun diamini oleh banyak peneliti.

Dalam beberapa penelitian yang pernah dirilis, salah satunya penelitian Ady Rosa yang juga dikenal sebagai 'Jenderal Tato Indonesia', disebutkan bahwa tato juga terdapat di Siberia (300 SM), Inggris (54 SM), Indian Haida di Amerika, suku-suku di Eskimo, Hawaii, dan Kepulauan Marquesas. Khusus di Mentawai, Ady menemukan 160 motif tato tradisional Mentawai. Hal itu dia tuangkan dalam tesis program pascasarjana di ITB Bandung, tahun 1994.

Salah satu fungsi dari tato di Mentawai adalah menunjukkan identitas diri dan perbedaan status sosial seseorang. Seorang dukun sikerei akan berbeda rajahnya dengan tato ahli berburu. Ahli berburu dikenal melalui gambar binatang tangkapannya, seperti babi, rusa, kera, burung, atau buaya.

Selain berfungsi sebagai identitas diri, tato merupakan simbol keseimbangan alam. Benda-benda seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di atas tubuh.

Mengapa orang Mentawai menggambarkan simbol-simbol dari alam? Hal itu tidak terlepas dari pengalaman empiris yang mereka rasakan sebagai bagian dari kesadaran religiusitas mereka. Mereka bisa saja bersua dengan hal-hal yang berbau magis dari batu, tumbuhan, dan hewan yang mereka jumpai.

Lantas, kapan orang Suku Mentawai boleh ditato? Dikutip dari maribelajarantropologi.wordpress.com, ketika anak lelaki memasuki akil balig, usia 11-12 tahun, orangtua memanggil sikerei dan rimata (kepala suku). Mereka akan berunding menentukan hari dan bulan pelaksanaan penatoan. Setelah itu, dipilihlah sipatiti, seniman tato.

Sipatiti bukanlah jabatan berdasarkan pengangkatan masyarakat, seperti dukun atau kepala suku, melainkan profesi laki-laki. Keahliannya harus dibayar dengan seekor babi.

Sebelum penatoan, dilakukan punen enegat atau upacara inisiasi yang dipimpin sikerei, di puturukat (galeri milik sipatiti). Setiap orang Mentawai, baik laki-laki maupun perempuan bisa memakai belasan tato di sekujur tubuhnya.

Sementara, pewarna yang digunakan berasal dari arang dan air tebu yang dipanaskan dengan tempurung kelapa. Jarum yang digunakan terbuat dari tulang hewan atau kayu karai yang diruncingkan. Dengan mengetok-ngetoknya, terciptalah garis-garis yang merupakan motif utama tato suku Mentawai.

Demikian ulasan Cerita Pagi tentang tato Mentawai. Meski kini mulai punah, upaya melestarikan tato Mentawai tetap dilakukan. Bahkan, di ajang West Sumatera Expo 2014 di Bali yang digelar hingga hari ini, para penato tradisional Mentawai beraksi. Mereka siap menato siapa pun yang ingin tubuhnya ditato, tentu tato khas Mentawai. Anda tertarik?
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2135 seconds (0.1#10.140)