Ketika Pratikno Kecil Ngonthel 14 Kilometer

Selasa, 11 November 2014 - 12:43 WIB
Ketika Pratikno Kecil...
Ketika Pratikno Kecil Ngonthel 14 Kilometer
A A A
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno meluangkan waktu sejenak berkunjung ke SMP Negeri Padangan dan SMA Negeri 2 Bojonegoro ketika pulang ke kampung halamannya di Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, kemarin.

Dulu sewaktu masih kecil, Rektor Universitas Gadjah Mada ini belajar di SMP Negeri Padangan. Ia harus menempuh perjalanan jauh sekitar 14 kilometer lintas kecamatan dari rumahnya di Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, untuk bersekolah di SMP Negeri Padangan di Kecamatan Padangan.

Saat itu ia pergi ke sekolah dengan naik sepeda onthel. Tetapi karena terlalu jauh, Pak Tik, sapaan akrab Pratikno, memilih kos di salah satu rumah warga di dekat sekolah. Seminggu sekali dia pulang ke kampung halamannya. Kondisi jalan dari Desa Dolokgede ke SMP Padangan saat itu masih berupa jalan bebatuan terjal. Jika musim hujan tiba, kondisi jalan becek. Beliau yang juga merupakan tokoh panutan dan sesepuh PPP itu meninggal sekitar pukul16.30 WIB pada usia yang sudah sepuh.

Informasi yang diperoleh dari KH Izzudin Fauroq, cucu dari almarhum KH Alawi Muhammad menyatakan, sebelum dibawa berobat ke Surabaya, almarhum Kiai Alawi hanya mengeluh kecapekan. Hal itu sangat dimengerti oleh pihak keluarga karena usia beliau sudah tua mencapai 100 tahun lebih. “Setelah sempat di rawat di rumah sakit, beliau akhirnya meninggal dunia. Ya, mungkin karena sudah sepuh saja,” ujarnya.

Nama Kiai Alawi Muhammad mendadak populer pada September 1993. Kiai Alawi bersama warga berani berbicara lantang pada era Orde Baru dengan menolak pembangunan Waduk Nipah di Desa Nagasari, Kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang. Aksi pengukuran tanah untuk waduk pada 25 September 1993 berakhir dengan tragedi berdarah. Tiga warga meninggal dunia karena tertembak dan satu orang tewas di rumah sakit. Peristiwa waduk Nipah ini yang mengangkat nama Kiai Alawi.

Waduk Nipah akhirnya dioperasikan pada September 2011 lalu. Jenazah tokoh dibalik penolakan pembangunan Waduk Nipah itu sudah dibawa dari Rumah Sakit Port Health Centre (PHC) Kota Surabaya menuju kediaman di Desa Karongan, Sampang. Berdasar rencana, jenazah akan dibumikan di sekitar Ponpes Attaroqi yang didirikan almarhum Kiai Alawi. Mengenai waktu pemakaman, pihak keluarga masih menunggu sanak famili dari luar pulau.

“Jenazah sudah ada di kediaman, tinggal menunggu proses pemakaman saja,” ujar Ra Izzu. Kabar duka meninggalnya KH Alawi Muhammad juga dibenarkan salah satu anggota DPRD Sampang dari Fraksi PPP, Amin Arif Tirtana. “Kalau masalah itu (penyebab meninggaldunia) karena apa saya tidak tahu banyak. Saya juga baru dengar kabar duka terkait meninggalnya kiai,” ucapnya.

Subairi
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8399 seconds (0.1#10.140)