Semua Bisa Jadi Pahlawan

Senin, 10 November 2014 - 15:47 WIB
Semua Bisa Jadi Pahlawan
Semua Bisa Jadi Pahlawan
A A A
SURABAYA - Ladang perjuangan tidak harus mengangkat senjata pada era mengisi kemerdekaan. Semua orang dari beragam profesi bisa menjadi pahlawan bagi lingkungan, bagi masyarakat, serta bagi bangsa dan negaranya.

“Menjadi kewajiban kita sebagai generasi penerus untuk mencontoh para pejuang dahulu, terutama sifat-sifatnya,” ungkap Sekretaris Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) Pemprov Jatim Hizbul Waton, kemarin. Meskipun tidak lagi mengangkat senjata, tapi semangat patriot dan nasionalisme harus tetap terpatri dalam diri setiap warga. “Ini penting agar kita selalu lurus dalam menjalankan kehidupan sehari-hari,” kata alumnus IAIN Sunan Ampel ini.

Setiap orang dengan segala latar belakang tentu memiliki tujuan hidup. Tujuan itu yang harus diraih dengan cara baik. Cara-cara yang patriot sesuai dengan norma dan aturan berlaku. “Yang jadi birokrat seperti saya ya, jadi birokrat yang baik. Begitu juga dengan mereka yang berlatar belakang dan profesi berbeda,” ujarnya.

Sebab dengan cara itu, seseorang akan bisa memberi manfaat kepada orang lain. “Khoirunnas anfauhum linnas /sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain. Ingat, jangan takut menatap masa depan. Tetapi takutlah bahwa apa yang kita lakukan tidak memberi manfaat,” kata Hizbul Waton memaknai jiwa kepahlawanan. Bagi seniman Surabaya, Taufik, peringatan 10 November kali ini harus menjadi pemicu seluruh masyarakat untuk tetap semangat berkarya.

Kemudian menjalankan segala aktivitas dengan penuh keyakinan serta kejujuran. “Sebagai bentuk penghargaan terhadap para pejuang, seniman seperti kami tentu hanya mampu mengisinya dengan kegiatan-kegiatan kebudayaan,” katanya.

Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Pol Anang Iskandar mengatakan, semua orang bisa menjadi pahlawan antinarkoba dengan mencegah serta melindungi diri dan lingkungannya dari bahaya narkoba.

“Semua orang pada dasarnya bisa menjadi pahlawan antinarkoba. Dalam hal sederhana, seseorang dapat melakukannya dengan cara mencegah serta memproteksi diri dan lingkungannya dari bahaya narkoba, sekaligus dapat menyelamatkan penyalah guna narkoba melalui rehabilitasi,” kata Anang, kemarin. Hal berbeda diungkapkan Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok. Dia berpendapat bahwa pejabat yang mengutamakan kepentingan rakyat merupakan pahlawan masa kini.

“Siapa pun pejabatnya, asalkan mengutamakan kepentingan rakyat adalah pahlawan zaman sekarang,” ujar Ahok menanggapi tentang kriteria pahlawan. Menurut dia, kepentingan rakyat harus diutamakan di atas kepentingan apa pun oleh pejabat, mulai dari tingkat paling kecil di lingkungan tempat tinggal, yakni RT, RW, lurah, camat, hingga jabatan di tingkat pusat. Untuk anggota DPR, ada nasihat dari budayawan asal Semarang, Jawa Tengah.

Menurut dia, para wakil rakyat semestinya memiliki jiwa dan semangat kepahlawanan dalam memperjuangkan amanat dan aspirasi rakyat. “Kalau mereka memiliki jiwa kepahlawanan, tentu mereka tidak mau terpecah satu sama lain, tidak mau berkonflik satu sama lain. Jiwa kepahlawanan ini sangat penting,” katanya.

Dia mengingatkan para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk meneladani para pahlawan yang rela mati memperjuangkan kemerdekaan. Kata “pahlawan” berasal dari dua kata, yakni “pahala” dan “wan” yang berarti orang berpahala atas pengorbanan dan jasa-jasa yang diberikan serta bisa berasal dari berbagai bidang. “Kalau dulu pahlawan berjuang di medan pertempuran. Namun, sekarang kan tidak berperang. Semangatnya yang harus diteladani, seperti nilai moral, keteladanan, dan patriotisme,” katanya.

Djawahir menilai, wakil rakyat memiliki tanggung jawab sama dalam mengemban amanat rakyat sehingga harus selalu bersatu dalam memperjuangkan tugas yang mereka emban. “Para wakil rakyat harus memberikan keteladanan kepada rakyat, berperilaku baik, memerangi korupsi, tidak melakukan halhal yang tidak bermanfaat bagi rakyat, dan lainnya,” katanya.

Antara kepahlawanan dan kepemimpinan, kata dia, semestinya “nyambung” dan terefleksik dalam sifat dan sikap mulia yang bisa menjadi teladan bagi mereka yang ada di bawah, yakni rakyat. “Siapa pun bisa menjadi pahlawan. Bahkan dalam tingkat terkecil, pahlawan keluarga. Ayah menjadi pahlawan bagi anak istrinya, guru jadi pahlawan yang mencerdaskan anak bangsa,” katanya.

Persoalannya, Djawahir mengatakan, tidak semua orang menyadari potensi yang dimiliki untuk menjadi pahlawan sesuai bidangnya masing-masing, termasuk mereka yang duduk sebagai wakil rakyat. Sosiolog dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Yetty Rochwulaningsih mengatakan, Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November diharapkan tidak sebatas formalitas, tapi nilai-nilainya perlu diresapi.

“Semangat kerelaan berkorbandanperjuangantanpa menyerah untuk membela bangsa yang saya kira saat ini harus diimplementasikan,” kata Yetty. Peringatan Hari Pahlawan tahun ini bisa dijadikan momentum melakukan revolusi mental sebagaimana yang dicitakan Presiden Jokowi. “Sebab banyak kalangan, baik politisi, birokrat, profesional, hingga anak-anak sekolah ketika hendak melakukan sesuatu yang dipikirkan adalah imbalan materi,” ujarnya.

Banyak politisi dan pejabat masuk penjara hanya karena ingin meraup uang sebanyak-banyaknya. “Paradigma itu harus diubah untuk ikut membangun bangsa ini. Orientasi yang harus dibangun adalah rela berkorban dan semangat berjuang, bukan minta imbalan materi,” ucapnya.

Ihyaihya ulumuddin/ Amin fauzi/Muh slamet/Ant
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0889 seconds (0.1#10.140)