Ikrar Persaudaraan hingga Curhat Pergaulan Bebas
A
A
A
Bumi Surabaya, Kota Pahlawan, hari ini bakal menjadi saksi bisu pengucapan ikrar oleh sedikitnya 600 pelajar se-Nusantara. Ikrar yang dibacakan di Jalan Tunjungan, tepatnya di depan Hotel Majapahit (Hotel Oranye/Yamato), adalah rangkaian gelaran Kongres Pelajar Nusantara 2014.
Meski kongres secara resmi baru akan dibuka pada Senin (10/11), rangkaian kegiatan sudah dimulai sejak Sabtu (8/11) dan baru akan berakhir pada Rabu (12/11). Peserta seantero Tanah Air sudah berdatangan memenuhi Asrama Haji Sukolilo. Setelah registrasi kedatangan, mereka bersiap mengikuti rangkaian kegiatan Kongres Pelajar Nusantara yang digelar Organisasi Pelajar Surabaya (Orpes) per Sabtu (8/11).
”Kongres Pelajar Nusantara ini untuk mempererat persaudaraan generasi Indonesia sebagaimana tema yang ada,” tutur Ketua Orpes Generasi II Bagaskara Haditia di Asrama Haji Sukolilo. Pada hari pertama pelaksanaan kongres, peserta luar daerah akan disuguhi aneka kesenian dan permainan tradisional. Ada musik gamelan, angklung, tarian panen raya dan lainnya. Egrang, balap sepatu tempurung kelapa, dakon, gangsing adalah di antara permainan tradisional yang ada.
Peralatannya disediakan sehingga peserta bisa mencobanya langsung. Ular tangga raksasa bertema lingkungan juga disediakan. Ada yang mengusung pesan bahaya sampah, pemanasan global, dan pelestarian sumber mata air. ”Ada pertunjukan musik campur sari, peragaan busana tradisional dan lainnya. Semuanya dibawakan pelajar,” ujar Bagas, sapaannya. Kemudian, Orpes sebagai panitia akan menunjuk 30 dari 600 peserta untuk membentuk pleno.
Targetnya menghasilkan item yang hendak diikrarkan. Meski demikian, garis besar yang hendak diikrarkan sudah ditentukan. Bagaskara yang juga siswa kelas XII SMAN 6 Surabaya ini menegaskan, ada lima topik permasalahan yang akan diusung saat kongres skala Nusantara itu dibuka. Di antaranya, sosial, lingkungan hidup, nasionalisme, kepemimpinan, dan kewirausahaan.
Pada setiap topik akan ada masalah yang diangkat. ”Lima topik ini merupakan sendi pembangunan bangsa sehingga perlu perhatian khusus, digodok bersama. Output ikrar adalah bangkitkan semangat Sumpah Pemuda. Rencananya ikrarnya di Tugu Pahlawan,” bebernya.
Bersih-bersih Pantai Kenjeran, mendatangi tempat dan bangunan bersejarah di Surabaya menjadi rangkaian kongres. ”Dari tiap kabupaten/kota mengirimkan tiga peserta, meliputi pelajar SMA, pelajar SMP, dan pendamping. Saat ikrar, semua peserta mengenakan pakaian adat daerahnya,” urainya.
Peserta luar daerah mengapresiasi kegiatan ini. ”Senang, bangga bisa hadir di Surabaya mengikuti kongres,” tutur Rahel Yoanita Carin, siswi SMKN 1 Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, di Asrama Haji Surabaya. Gadis berkacamata minus ini akan unjuk kebolehan menari tradisional daerahnya.
”Saya sudah bawa pakaian adat dan pakaian menari,” katanya. Rahel mengaku tidak kaget dengan udara panas Surabaya. ”Sama dengan Pontianak, panas. Biasa panas, yang penting sebelum pulang bisa belanja baju khas Jawa Timur,” tuturnya diamini Andrian, teman satu sekolahnya.
Pada kongres kali ini, keduanya akan menyampaikan masalah dari kabupaten dia tinggal, yakni pergaulan bebas yang memprihatinkan hingga ada yang hamil di luar nikah. ”Kebanyakan siswa atau siswi yang sekolah di kota itu dari desa. Di kota mereka kos, jadi sulit dikontrol,” pungkas Rahel.
SOEPRAYITNO
Surabaya
Meski kongres secara resmi baru akan dibuka pada Senin (10/11), rangkaian kegiatan sudah dimulai sejak Sabtu (8/11) dan baru akan berakhir pada Rabu (12/11). Peserta seantero Tanah Air sudah berdatangan memenuhi Asrama Haji Sukolilo. Setelah registrasi kedatangan, mereka bersiap mengikuti rangkaian kegiatan Kongres Pelajar Nusantara yang digelar Organisasi Pelajar Surabaya (Orpes) per Sabtu (8/11).
”Kongres Pelajar Nusantara ini untuk mempererat persaudaraan generasi Indonesia sebagaimana tema yang ada,” tutur Ketua Orpes Generasi II Bagaskara Haditia di Asrama Haji Sukolilo. Pada hari pertama pelaksanaan kongres, peserta luar daerah akan disuguhi aneka kesenian dan permainan tradisional. Ada musik gamelan, angklung, tarian panen raya dan lainnya. Egrang, balap sepatu tempurung kelapa, dakon, gangsing adalah di antara permainan tradisional yang ada.
Peralatannya disediakan sehingga peserta bisa mencobanya langsung. Ular tangga raksasa bertema lingkungan juga disediakan. Ada yang mengusung pesan bahaya sampah, pemanasan global, dan pelestarian sumber mata air. ”Ada pertunjukan musik campur sari, peragaan busana tradisional dan lainnya. Semuanya dibawakan pelajar,” ujar Bagas, sapaannya. Kemudian, Orpes sebagai panitia akan menunjuk 30 dari 600 peserta untuk membentuk pleno.
Targetnya menghasilkan item yang hendak diikrarkan. Meski demikian, garis besar yang hendak diikrarkan sudah ditentukan. Bagaskara yang juga siswa kelas XII SMAN 6 Surabaya ini menegaskan, ada lima topik permasalahan yang akan diusung saat kongres skala Nusantara itu dibuka. Di antaranya, sosial, lingkungan hidup, nasionalisme, kepemimpinan, dan kewirausahaan.
Pada setiap topik akan ada masalah yang diangkat. ”Lima topik ini merupakan sendi pembangunan bangsa sehingga perlu perhatian khusus, digodok bersama. Output ikrar adalah bangkitkan semangat Sumpah Pemuda. Rencananya ikrarnya di Tugu Pahlawan,” bebernya.
Bersih-bersih Pantai Kenjeran, mendatangi tempat dan bangunan bersejarah di Surabaya menjadi rangkaian kongres. ”Dari tiap kabupaten/kota mengirimkan tiga peserta, meliputi pelajar SMA, pelajar SMP, dan pendamping. Saat ikrar, semua peserta mengenakan pakaian adat daerahnya,” urainya.
Peserta luar daerah mengapresiasi kegiatan ini. ”Senang, bangga bisa hadir di Surabaya mengikuti kongres,” tutur Rahel Yoanita Carin, siswi SMKN 1 Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, di Asrama Haji Surabaya. Gadis berkacamata minus ini akan unjuk kebolehan menari tradisional daerahnya.
”Saya sudah bawa pakaian adat dan pakaian menari,” katanya. Rahel mengaku tidak kaget dengan udara panas Surabaya. ”Sama dengan Pontianak, panas. Biasa panas, yang penting sebelum pulang bisa belanja baju khas Jawa Timur,” tuturnya diamini Andrian, teman satu sekolahnya.
Pada kongres kali ini, keduanya akan menyampaikan masalah dari kabupaten dia tinggal, yakni pergaulan bebas yang memprihatinkan hingga ada yang hamil di luar nikah. ”Kebanyakan siswa atau siswi yang sekolah di kota itu dari desa. Di kota mereka kos, jadi sulit dikontrol,” pungkas Rahel.
SOEPRAYITNO
Surabaya
(bbg)