Minuman Mak Nyus ala Pendowo Nde Luweh

Kamis, 06 November 2014 - 15:47 WIB
Minuman Mak Nyus ala...
Minuman Mak Nyus ala Pendowo Nde Luweh
A A A
Rasanya ajaib, begitu celetuk seorang pengunjung, Sofiyanti setelah menyeruput wedang pandan yang disajikan di atas meja. Minuman ini merupakan salah satu dari 30 minuman rempahrempah yang menjadi ciri khas Pendopo Nde Luweh.

“Selain hangat dan memiliki aroma yang khas, aneka wedangan ini memiliki berbagai cita rasa. Penodpo Nde Luweh selalu menjadi tempat saya dan teman-teman berkumpul untuk sekadar mengobrol dan mencicipi aneka wedangan yang menghangatkan tubuh,” ujar mahasiswi tingkat akhir Institut Seni Indonesia (ISI) ini, kemarin. Siapa sangka bangunan serupa gudang dan bengkel di Jalan Ngeksigondo No 54 Kotagede, Yogyakarta ini merupakan sebuah restoran.

Setiap pengunjung yang baru datang sontak dikagetkan dengan kondisi di luar perkiraan. Tetapi setelah melewati deretan mobil dan motor tua, di ujung bangunan terdapat pintu besar yang menyajikan pemandangan berbeda. Taman belakang dengan pendapa dan meja kursi yang ditata rapi serta merta menghapus kerut di dahi. Pendopo Nde Luweh adalah salah satu restoran di Yogyakarta yang menawarkan konsep tradisional dengan menumenu herbal. Irsyam Sigit Wibowo, pemilik restoran ini sengaja memadukan konsep tradisi dan lingkungan.

Meracik 30 jenis minuman, dia juga membudidayakan pohon-pohon yang menjadi bahan dasar minumannya. Berbahan dasar rempah-rempah seperti sereh, kayu manis, cengkeh, jahe, daun pandan, dan kapulaga, minuman ini bisa dicampur dengan aneka buah. Wedang pir adalah campuran rempahrempah di atas dengan buah pir, begitu pula dengan wedang markisa. Wedang Nde Luweh menjadi ciri khas yang merupakan campuran rempah tersebut dengan gula Jawa.

Menikmati sore sembari wedangan di Pendopo Nde Luweh tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam, semua minuman dibanderol dengan harga Rp- 5.000 per gelas. Untuk teman minum, restoran yang buka sejak 1 Januari 2014 ini juga meny-ediakan menu makanan unik. “Selain menu khas Yogyakarta seperti brongkos, ada juga menu ayam goreng jintendan ayam goreng markisa yang dibandrol seharga Rp30.000 dan Rp35.000 per porsi. Selepas energi yang habis dibakar matahari, tentu saja menu-menu ini memancing kelenjar air liur berproduksi ekstra dan perut yang luweh nyaring berbunyi,” tutur Irsyam.

Luweh dalam bahasa Jawa berarti lapar, tetapi juga bisa berarti lebih atau suka-suka. Kata ini sengaja dipilih Irsyam untuk menamakan restorannya. Akan tetapi, lelaki penggiat otomotif ini lebih menekankan luweh sebagai arti suka-suka. Hal ini terkait konsumen yang ia bidik adalah orang-orang yang jenuh dengan rutinitas. Mereka bisa bebas menikmati suasana di Pendopo Nde Luweh. Untuk itu, bapak dua anak ini menyediakan tempat seperti balai-balai yang bisa digunakan untuk merebahkan tubuh sejenak.

Meskipun konsepnya suka-suka, Irsyam menjamin kualitas makanan dan minuman tetap istimewa. Buka mulai pukul 18.00–23.00 WIB suasana tenang dan nyaman dapat dirasakan di sini. Pasalnya selain area terbuka yang sejuk, ditanam pula bunga-bunga seperti melati dan kenanga yang memberi efek harum.

Aroma ini selain membuat badan rileks juga menyebabkan nyamuk tidak suka, sehingga pengunjung semakin nyaman menikmati suasana di area pendapa.

Windy Anggraina
Yogyakarta
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1198 seconds (0.1#10.140)