Pilihan Warga Cuma Dua, Bertani atau Jadi TKW

Kamis, 06 November 2014 - 08:00 WIB
Pilihan Warga Cuma Dua, Bertani atau Jadi TKW
Pilihan Warga Cuma Dua, Bertani atau Jadi TKW
A A A
GARUT - Warga Kampung Cigadog, Desa Cigadog, Kecamatan Sucinaraja, Kabupaten Garut, dihadapkan pada dua pilihan, bertani atau menjadi TKW/TKI. Satu di antaranya harus dipilih agar dapur tetap ngebul.

Sebenarnya, sektor pertanian menjadi tumpuan perekonomian masyarakat di Kampung Cigadog, Desa Cigadog, Kecamatan Sucinaraja, Kabupaten Garut. Kondisi geografis berbukit-bukit, tidak menyurutkan masyarakat petani untuk 'membangun' lahan pertanian, meski harus diciptakan di lereng curam rawan longsor.

Meski menjadi tumpuan utama, penghasilan dari sektor pertanian di kampung ini tidak dapat dijadikan sebagai andalan untuk mencukupi kebutuhan primer dan sekunder. Para petani di kampung yang dikenal sebagai wilayah pemasok pahlawan devisa negara ini, hanya akan memetik manis dari apa yang ditanamnya sebanyak dua kali dalam satu tahun.

Sebab, tidak semua petani di Kampung Cigadog memiliki lahan sendiri. Sebagian besar hanya bekerja sebagai buruh cangkul.

Dengan demikian, kebanyakan petani di sini baru bisa menerima upah atau bayaran setelah pekerjaan mencangkul atau memanen tanaman tiba. Di luar itu, tidak ada pekerjaan dan penghasilan sama sekali.

Kiriman wesel dari luar negeri pun seolah menjadi oase di tengah gurun. Tentu saja, kiriman uang segar itu berasal dari anggota keluarga seperti ibu, bapak, istri, suami, bahkan anak yang bekerja di luar negeri.

Pilihan menjadi tenaga kerja wanita (TKW) atau tenaga kerja Indonesia (TKI) pun tampak realistis bagi sebagian besar penduduk Kampung Cigadog. Maklum, mayoritas penduduk berusia dewasa hingga tua di kampung yang terletak di perbatasan Garut-Tasikmalaya ini hanya lulusan SD.

Karena rendahnya tingkat pendidikan, mencari pekerjaan di sektor formal pun hampir sulit. Sementara, mereka membutuhkan dana untuk dapat membeli beras, menyekolahkan anak, hingga membangun sebuah rumah yang layak.

Dari berbagai pengalaman warga Kampung Cigadog, seorang TKW yang baru pertama kali bekerja di Arab Saudi memiliki penghasilan sebesar 800 riyal per bulan. Bila dikonversikan ke dalam rupiah, upah atau gaji mereka sekitar Rp2,5 juta.

Ini merupakan penghasilan bersih, karena biaya makan hingga tempat tinggal seorang TKW ini sudah ditanggung majikan mereka.

Ada sebuah kebiasaan musiman bagi para TKW atau TKI di kampung ini. Mereka baru akan berangkat bekerja ke luar negeri hanya setelah musim kemarau tiba.

Di musim kering seperti ini, hasil pertanian tidak maksimal. Inilah waktu yang tepat bagi mereka untuk memulai kontrak sebuah pekerjaan di negeri orang, dengan durasi waktu paling singkat selama dua tahun ke depan.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.4315 seconds (0.1#10.140)
pixels