Siswi SMA 1 Ciptakan Briket dari Cangkang Melinjo
A
A
A
Apa yang dilakukan kedua murid SMA 1 Jetis ini memang harus dicontoh oleh para siswa lain di Kabupaten Bantul atau bahkan di seluruh Indonesia.
Yuni Pratiwi, siswa kelahiran 16 Juni 1997, dan Masruroh, siswa kelahiran 24 Juli 1996, kedua siswa kelas 3 SMA 1 Jetis ini berhasil menyabet penghargaan tertinggi Anugerah Ilmu dan Pengetahuan (Iptek) 2014 dari Pemerintah DIY. Mereka berhasil memenangkan trofi dan uang pembinaan sebesar Rp5 juta setelah mendaur ulang limbah pembuatan emping melinjo berupa cangkang (kulit) biji melinjo menjadi briket.
Ketika KORAN SINDO YOGYA mencoba menyambangi mereka di sekolahnya, keduanya tampak malu-malu menjelaskan keberhasilannya. Yuni menceritakan awal mula menemukan ide mengolah cangkang biji melinjo menjadi briket. Awalnya, saat keduanya melihat beberapa penduduk desa membuang cangkang biji melinjo ke saluran irigasi . “Selintas kami berpikiran, bagaimana cangkang atau kalau di sini disebut Klathak Melinjo ini tidak terbuang sia-sia,” ujarnya.
Kebetulan tidak berapa lama kelas mereka, Jurusan IPA, mendapat tugas mengumpulkan karya tulis hasil penelitian masing-masing siswa. Lantas dia bersama Masruroh mendapatkan ide bagaimana mendaur ulang cangkang biji melinjo, yaitu dengan membuat briket atau membuat biogas.
Mereka melakukan percobaan-percobaan bagaimana membuat briket sesuai yang diinginkan. Bahkan, percobaan demi percobaan mengalami kegagalan demi kegagalan. Hingga akhirnya mendapatkan briket sesuai dengan kebutuhan di masyarakat.
Untuk membuat briket ini sebetulnya tidak susah. Pertama, menjadikan cangkang biji melinjo menjadi serbuk. Setelah mendapatkan serbuk, lalu dicampur dengan tepung tapi oka yang sudah menjadi lem dengan perbandingan tertentu. Kemudian campuran tersebut dipadatkan dalam sebuah tempat cetakan sesuai dengan keinginan. “Kalau kami, cetakannya pakai potongan bambu biar mudah dan murah,” katanya.
ERFANTO LINANGKUNG
Bantul
Yuni Pratiwi, siswa kelahiran 16 Juni 1997, dan Masruroh, siswa kelahiran 24 Juli 1996, kedua siswa kelas 3 SMA 1 Jetis ini berhasil menyabet penghargaan tertinggi Anugerah Ilmu dan Pengetahuan (Iptek) 2014 dari Pemerintah DIY. Mereka berhasil memenangkan trofi dan uang pembinaan sebesar Rp5 juta setelah mendaur ulang limbah pembuatan emping melinjo berupa cangkang (kulit) biji melinjo menjadi briket.
Ketika KORAN SINDO YOGYA mencoba menyambangi mereka di sekolahnya, keduanya tampak malu-malu menjelaskan keberhasilannya. Yuni menceritakan awal mula menemukan ide mengolah cangkang biji melinjo menjadi briket. Awalnya, saat keduanya melihat beberapa penduduk desa membuang cangkang biji melinjo ke saluran irigasi . “Selintas kami berpikiran, bagaimana cangkang atau kalau di sini disebut Klathak Melinjo ini tidak terbuang sia-sia,” ujarnya.
Kebetulan tidak berapa lama kelas mereka, Jurusan IPA, mendapat tugas mengumpulkan karya tulis hasil penelitian masing-masing siswa. Lantas dia bersama Masruroh mendapatkan ide bagaimana mendaur ulang cangkang biji melinjo, yaitu dengan membuat briket atau membuat biogas.
Mereka melakukan percobaan-percobaan bagaimana membuat briket sesuai yang diinginkan. Bahkan, percobaan demi percobaan mengalami kegagalan demi kegagalan. Hingga akhirnya mendapatkan briket sesuai dengan kebutuhan di masyarakat.
Untuk membuat briket ini sebetulnya tidak susah. Pertama, menjadikan cangkang biji melinjo menjadi serbuk. Setelah mendapatkan serbuk, lalu dicampur dengan tepung tapi oka yang sudah menjadi lem dengan perbandingan tertentu. Kemudian campuran tersebut dipadatkan dalam sebuah tempat cetakan sesuai dengan keinginan. “Kalau kami, cetakannya pakai potongan bambu biar mudah dan murah,” katanya.
ERFANTO LINANGKUNG
Bantul
(ars)