Pertama di Indonesia, Layaknya Sebuah Kapal
A
A
A
SURABAYA - Tak semua orang tahu kapan Komando Armada RI kawasan timur mulai ada. Tak semua tahu juga seperti apa perjalanan salah satu Komando Utama (Kotama) di bawah kendali TNI AL ini.
Paling banter yang tahu sebatas anggota TNI AL. Itu pun prajurit matra laut yang berdinas di Koarmatim. Namun, nukilan sejarah berdirinya komando penjaga maritim untuk wilayah timur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini kini bisa dengan mudah diketahui. Menariknya, ini dikuatkan keberadaan benda-benda lawas yang menjadi saksi bisu keberadaan Koarmatim.
Dengan mendatangi Fleet House yang merupakan Museum Armada, akan didapatkan banyak wawasan baru seputar pertahanan kemaritiman. Fleet House yang berada di areal Koarmatim diresmikan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Marsetio kemarin.
Menilik bentuknya, museum ini tak ubahnya kapal besar. Jendela berbentuk bulat dengan kaca dan jeruji besi menguatkan kesan kapal. Dalam Museum Armada bisa dijumpai koleksi benda bersejarah. Tak ketinggalan foto-foto yang menceritakan tentang keberadaan Armatim. Gambaran heroik perjuangan sejak zaman prakemerdekaan hingga masa kini juga bisa dinikmati.
Keberadaan Museum Armada satu-satunya di Indonesia ini tak luput dari slogan, historia magistra vitae. Artinya, sejarah adalah guru kehidupan.
Pencatat sejarah armada perang RI menjadi tanggungan melekat pihak Museum Armada. Lebih dari itu, museum yang berada tak jauh dari Monumen sekaligus Museum Jalesveva Jayamahe ini juga menjadi wahana edukasi sekaligus rekreasi bagi masyarakat yang ingin tahu profil Koarmatim dan TNI AL.
Bagi prajurit TNI AL, museum ini diharapkan mendukung upaya memperluas cakrawala pengetahuan. Lebih dari itu, juga untuk mewariskan nilai-nilai historis perjuangan TNI AL.
Mabes TNI AL berharap generasi muda memanfaatkan museum ini agar menjadi generasi penerus bangsa dengan visi bahari. Terlebih, pemerintahan Joko Widodo- Jusuf Kalla mengedepankan pembangunan sekaligus penguatan sektor bahari.
Keberadaan museum juga terlecut pesan Presiden I RI Bung Karno yang minta Indonesia kembali menjadi bangsa pelaut. Pesan itu disampaikan lewat pidato saat peresmian Institut Angkatan Laut, tahun 1953. "... Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Ya..., bangsa pelaut dalam arti seluas-luasnya. Bukan sekadar menjadi jongos-jongos di kapal, bukan! Tetapi bangsa pelaut dalam arti kata cakrawati samudra. Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang lautan itu sendiri," pidato Bung Karno.
Semangat Bung Karno ini bakal dikumandangkan kembali TNI AL. Terutama, seiring pemerintahan Joko Widodo yang akan membangkitkan kembali kejayaan sektor bahari, sektor kemaritiman.
Pangarmatim Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darojatim mengulas latar belakang berdirinya Fleet House. "Ini (Fleet House menjadi kebutuhan akan sarana sejarah yang bisa divisualisasikan, mudah dipahami keluarga TNI AL dan masyarakat umum," kata Darojatim saat melaporkan sejarah pendirian museum.
Sejarah yang ditampilkan diharapkan mampu memperkuat visi yang lebih besar, lebih jauh menuju TNI AL sebagai world class navy. "Untuk itu, kami berpikir untuk melengkapi visi itu, maka dibangunlah museum ini," sambung mantan Panglima Kolinlamil ini.
Pangarmatim juga berharap museum menjadi bagian integral mewujudkan TNI AL world class navy. "Pembangunan ini sudah sepersetujuan KSAL. Ini persembahan Mako Armatim pada KSAL. Kami bangga pada KSAL yang mampu mewujudkan TNI AL disegani dunia," tandasnya.
Pembangunan Fleet House yang di dalamnya merupakan museum adalah hasil swadaya tanpa proposal. Bantuan datang berdasar penyampaian gagasan secara lisan. Ada bantuan tenaga tukang 35 orang, 3 truk semen dan lainnya. "Beberapa mitra ikut sumbangsih. Semua sumbangan tercatat dan bisa diaudit," ungkapnya.
KSAL Laksamana Marsetio mengapresiasi pembangunan museum tersebut. "Secara bertahap nanti kita akan punya tempat yang bisa dikunjungi tamu VIP. Jadi bukan hanya tempat pembuatan kapal," kata Marsetio.
Pejabat asli Surabaya ini menegaskan bahwa Fleet House seharusnya diresmikan sebelum HUT ke-69 TNI pada 5 Oktober 2014. Karena kesibukan, akhirnya diundur. "Dari sini kita bisa tunjukan bangsa besar yang mampu menghargai pahlawannya. Saya pernah berkunjung di Istambul dan sejumlah negara, di sana adanaval baseyang memiliki semacam ini (Fleet House). Ini bisa dikembangkan lagi. Ini yang saya ambil idenya, ke depan dikembangkan," pintanya.
Marsetio mengusulkan bagian kapal yang pernah dimiliki TNI AL dan sudah purna tugas, ditelusuri, bisa menjadi bagian koleksi, misalkan lonceng dan lainnya. "Masih banyak potensi yang bisa dikembangkan," ucap Marsetio.
KSAL sempat keliling dan melihat koleksi yang ada. Di antaranya patung tokoh pewayangan Dewaruci berbahan kayu jati. Patung ini telah ikut berkeliling dunia bersama KRI Dewaruci. Patung ini sebelumnya terpasang di bawah bowspritatau cocor haluan KRI Dewaruci. Patung dipasang sejak 1986.
Soeprayitno
Paling banter yang tahu sebatas anggota TNI AL. Itu pun prajurit matra laut yang berdinas di Koarmatim. Namun, nukilan sejarah berdirinya komando penjaga maritim untuk wilayah timur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini kini bisa dengan mudah diketahui. Menariknya, ini dikuatkan keberadaan benda-benda lawas yang menjadi saksi bisu keberadaan Koarmatim.
Dengan mendatangi Fleet House yang merupakan Museum Armada, akan didapatkan banyak wawasan baru seputar pertahanan kemaritiman. Fleet House yang berada di areal Koarmatim diresmikan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Marsetio kemarin.
Menilik bentuknya, museum ini tak ubahnya kapal besar. Jendela berbentuk bulat dengan kaca dan jeruji besi menguatkan kesan kapal. Dalam Museum Armada bisa dijumpai koleksi benda bersejarah. Tak ketinggalan foto-foto yang menceritakan tentang keberadaan Armatim. Gambaran heroik perjuangan sejak zaman prakemerdekaan hingga masa kini juga bisa dinikmati.
Keberadaan Museum Armada satu-satunya di Indonesia ini tak luput dari slogan, historia magistra vitae. Artinya, sejarah adalah guru kehidupan.
Pencatat sejarah armada perang RI menjadi tanggungan melekat pihak Museum Armada. Lebih dari itu, museum yang berada tak jauh dari Monumen sekaligus Museum Jalesveva Jayamahe ini juga menjadi wahana edukasi sekaligus rekreasi bagi masyarakat yang ingin tahu profil Koarmatim dan TNI AL.
Bagi prajurit TNI AL, museum ini diharapkan mendukung upaya memperluas cakrawala pengetahuan. Lebih dari itu, juga untuk mewariskan nilai-nilai historis perjuangan TNI AL.
Mabes TNI AL berharap generasi muda memanfaatkan museum ini agar menjadi generasi penerus bangsa dengan visi bahari. Terlebih, pemerintahan Joko Widodo- Jusuf Kalla mengedepankan pembangunan sekaligus penguatan sektor bahari.
Keberadaan museum juga terlecut pesan Presiden I RI Bung Karno yang minta Indonesia kembali menjadi bangsa pelaut. Pesan itu disampaikan lewat pidato saat peresmian Institut Angkatan Laut, tahun 1953. "... Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Ya..., bangsa pelaut dalam arti seluas-luasnya. Bukan sekadar menjadi jongos-jongos di kapal, bukan! Tetapi bangsa pelaut dalam arti kata cakrawati samudra. Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang lautan itu sendiri," pidato Bung Karno.
Semangat Bung Karno ini bakal dikumandangkan kembali TNI AL. Terutama, seiring pemerintahan Joko Widodo yang akan membangkitkan kembali kejayaan sektor bahari, sektor kemaritiman.
Pangarmatim Laksamana Muda TNI Sri Mohamad Darojatim mengulas latar belakang berdirinya Fleet House. "Ini (Fleet House menjadi kebutuhan akan sarana sejarah yang bisa divisualisasikan, mudah dipahami keluarga TNI AL dan masyarakat umum," kata Darojatim saat melaporkan sejarah pendirian museum.
Sejarah yang ditampilkan diharapkan mampu memperkuat visi yang lebih besar, lebih jauh menuju TNI AL sebagai world class navy. "Untuk itu, kami berpikir untuk melengkapi visi itu, maka dibangunlah museum ini," sambung mantan Panglima Kolinlamil ini.
Pangarmatim juga berharap museum menjadi bagian integral mewujudkan TNI AL world class navy. "Pembangunan ini sudah sepersetujuan KSAL. Ini persembahan Mako Armatim pada KSAL. Kami bangga pada KSAL yang mampu mewujudkan TNI AL disegani dunia," tandasnya.
Pembangunan Fleet House yang di dalamnya merupakan museum adalah hasil swadaya tanpa proposal. Bantuan datang berdasar penyampaian gagasan secara lisan. Ada bantuan tenaga tukang 35 orang, 3 truk semen dan lainnya. "Beberapa mitra ikut sumbangsih. Semua sumbangan tercatat dan bisa diaudit," ungkapnya.
KSAL Laksamana Marsetio mengapresiasi pembangunan museum tersebut. "Secara bertahap nanti kita akan punya tempat yang bisa dikunjungi tamu VIP. Jadi bukan hanya tempat pembuatan kapal," kata Marsetio.
Pejabat asli Surabaya ini menegaskan bahwa Fleet House seharusnya diresmikan sebelum HUT ke-69 TNI pada 5 Oktober 2014. Karena kesibukan, akhirnya diundur. "Dari sini kita bisa tunjukan bangsa besar yang mampu menghargai pahlawannya. Saya pernah berkunjung di Istambul dan sejumlah negara, di sana adanaval baseyang memiliki semacam ini (Fleet House). Ini bisa dikembangkan lagi. Ini yang saya ambil idenya, ke depan dikembangkan," pintanya.
Marsetio mengusulkan bagian kapal yang pernah dimiliki TNI AL dan sudah purna tugas, ditelusuri, bisa menjadi bagian koleksi, misalkan lonceng dan lainnya. "Masih banyak potensi yang bisa dikembangkan," ucap Marsetio.
KSAL sempat keliling dan melihat koleksi yang ada. Di antaranya patung tokoh pewayangan Dewaruci berbahan kayu jati. Patung ini telah ikut berkeliling dunia bersama KRI Dewaruci. Patung ini sebelumnya terpasang di bawah bowspritatau cocor haluan KRI Dewaruci. Patung dipasang sejak 1986.
Soeprayitno
(ftr)