Semarak Karnaval Sungai Complong
A
A
A
PASURUAN - Peragaan busana di atas air kembali digelar siswa SMAN 1 Kejayan Kabupaten Pasuruan. Peragaan busana bertajuk Carnival on the River yang mengambil lokasi di aliran Sungai Complong ini mengambil tema Puspa Pesona Nusantara. Carnival on the River menempuh jarak 1 kilometer ini cukup mengundang apresiasi dari masyarakat.
Penampilan para pelajar ini mendapat sambutan luar biasa. Masyarakat sejak pagi berjubel di sepanjang aliran sungai. Agar bisa mengapung di sepanjang aliran sungai, 27 kelompok siswa ini membuat rakit bambu dilengkapi drum, ban, dan jeriken ukuran besar.
Rakit bambu ini dihias dengan pernik-pernik menggambarkan keanekaan ragam puspa nusantara. Berbeda dengan peragaan busana pada umumnya, para model ini hanya berdiri di atas sebuah rakit yang mengalir dan didorong siswa lainnya di sepanjang aliran sungai. Para siswa ini bertugas menjaga agar rakit dapat terus mengambang dan berjalan beriringan dengan rakit lainnya.
Sungai Complong ini berada di pinggir Jalan Raya Pasuruan- Malang memudahkan masyarakat melihat gelaran yang menampilkan kreasi para siswa. Dengan sentuhan dan campur tangan Pemkab Pasuruan, acara ini diharapkan akan acara fashion show yang berbeda dari lainnya dengan melibatkan masyarakat.
Menurut Guru Kesenian SMAN 1 Kejayan, Edy Santoso, kegiatan Carnival on the River telah menjadi agenda rutin sekolah ini menumbuhkan kreativitas para siswa dalam menjaga kelestarian budaya. Selain sebagai bagian dari mata pelajaran di sekolah, kegiatan ini juga sebagai bentuk kampanye penyelamatan air di lingkungan sekitar. "Kami berharap kreativitas siswa selalu tumbuh dan berkembang. Kegiatan ini adalah salah satu upaya pelestarian budaya. Para siswa dituntut kreatif dalam mengangkat budaya lokal yang dipadukan dengan perkembangan zaman," kata Edi Santoso.
Salah seorang siswa, Yosi, 18, mengaku menghabiskan biaya Rp500.000 untuk membuat busana kreasinya. Biaya ini belum termasuk membuat rakit berasal dari hasil patungan dengan rekan-rekannya. "Untuk membuat rakit dibutuhkan komposisi seimbang agar tetap bisa bertahan dan mengapung di atas air. Semuanya berasal dari bahan bekas, seperti drum plastik, ban dalam," kata Yosi.
Ia mengaku bangga bisa berpartisipasi dalam kegiatan di sekolahnya. Selain memenuhi kewajibannya di sekolah, kegiatan ini juga memberikan pembelajaran bagi masyarakat agar menjaga lingkungan sungai di sekitarnya.
Arie yoenianto
Penampilan para pelajar ini mendapat sambutan luar biasa. Masyarakat sejak pagi berjubel di sepanjang aliran sungai. Agar bisa mengapung di sepanjang aliran sungai, 27 kelompok siswa ini membuat rakit bambu dilengkapi drum, ban, dan jeriken ukuran besar.
Rakit bambu ini dihias dengan pernik-pernik menggambarkan keanekaan ragam puspa nusantara. Berbeda dengan peragaan busana pada umumnya, para model ini hanya berdiri di atas sebuah rakit yang mengalir dan didorong siswa lainnya di sepanjang aliran sungai. Para siswa ini bertugas menjaga agar rakit dapat terus mengambang dan berjalan beriringan dengan rakit lainnya.
Sungai Complong ini berada di pinggir Jalan Raya Pasuruan- Malang memudahkan masyarakat melihat gelaran yang menampilkan kreasi para siswa. Dengan sentuhan dan campur tangan Pemkab Pasuruan, acara ini diharapkan akan acara fashion show yang berbeda dari lainnya dengan melibatkan masyarakat.
Menurut Guru Kesenian SMAN 1 Kejayan, Edy Santoso, kegiatan Carnival on the River telah menjadi agenda rutin sekolah ini menumbuhkan kreativitas para siswa dalam menjaga kelestarian budaya. Selain sebagai bagian dari mata pelajaran di sekolah, kegiatan ini juga sebagai bentuk kampanye penyelamatan air di lingkungan sekitar. "Kami berharap kreativitas siswa selalu tumbuh dan berkembang. Kegiatan ini adalah salah satu upaya pelestarian budaya. Para siswa dituntut kreatif dalam mengangkat budaya lokal yang dipadukan dengan perkembangan zaman," kata Edi Santoso.
Salah seorang siswa, Yosi, 18, mengaku menghabiskan biaya Rp500.000 untuk membuat busana kreasinya. Biaya ini belum termasuk membuat rakit berasal dari hasil patungan dengan rekan-rekannya. "Untuk membuat rakit dibutuhkan komposisi seimbang agar tetap bisa bertahan dan mengapung di atas air. Semuanya berasal dari bahan bekas, seperti drum plastik, ban dalam," kata Yosi.
Ia mengaku bangga bisa berpartisipasi dalam kegiatan di sekolahnya. Selain memenuhi kewajibannya di sekolah, kegiatan ini juga memberikan pembelajaran bagi masyarakat agar menjaga lingkungan sungai di sekitarnya.
Arie yoenianto
(bbg)