Bentrok Dua Kelompok Pemuda, Seorang Tewas Tertembak
A
A
A
MANADO - Bentrokan dua kelompok pemuda yang menggunakan panah memakan korban. Jendry tewas terkena pluruh tajam lantaran menyerang polisi saat petugas berencana mengamankan kedua kolompok massa tersebut.
Sebelumnya Polda Sulawesi Utara (Sulut) teleh menegaskan akan menembak menembak pelaku yang bentrok dengan menggunakan panah.
Nah Minggu (31/8) dinihari sekira pukul 04.30 Wita, aparat kepolisian Resort Kota (Polresta) Manado menembak mati Jendry Yanto Lalala (26) lantaran diduga warga Lorong Lumba-lumba, Kelurahan Sindulang Dua itu lantaran saat bentrok Jendry diduga menggunakan panah wayer.
Informasi diperoleh di lokasi kejadian menyebutkan, Minggu dinihari terjadi perang panah wayer antar dua kelompok pemuda di Kelurahan Sindulang Dua, yakni pemuda Kampung Sanger (Kamsang) dan Lorong lumba-lumba.
Selain perang panah wayer, dua kelompok juga menggunakan kembang api jenis roket Roman Candle. Jendry salah satu pemuda yang diduga terlibat dalam perang panah wayer tersebut.
Mengetahui ada perkelahian kelompok pemuda yang menggunakan panah wayer, polisi yang siaga di Markas Polresta Manado segera ke lokasi kejadian.
Namun, kedatangan polisi tak dihiraukan dua kelompok bertikai, perang panah wayer terus berlanjut. Bahkan, bukannya menggubris permintaan polisi, saat itu massa yang bertikai menyerang polisi menggunakan panah wayer dan batu.
Situasi kian memanas, petugas keamanan dibagi untuk berjaga di dua lorong tersebut. Ternyata masyarakat di lorong lumba-lumba tak menerima kedatangan polisi. Mereka menyerang polisi dengan menggunakan senjata tajam, akibatnya Briptu Weynli Atteng terluka di bagian lengan kanan.
Polisi yang terancam, tak segan melepaskan tembakan ke arah massa dan mengenai Jendry. Seketika situasi mereda, warga setempat membawa Jendry ke rumah sakit. Meski sempat mendapat perawatan medis di rumah sakit (RS) Bhayangkara, namun nyawa Jendry tak tertolong akibat luka dibagian perut menembus bokong sebelah kiri.
Pengakuan tambahan dua warga di kelurahan itu, konflik dipicu kejadian Selasa (26/8) sekira pukul 13.30 Wita. Dua rumah warga yang tinggal di dekat pinggiran pantai tepatnya di Lingkungan II dibakar, oleh kelompok pemuda.
Bahkan belasan rusak parah akibat lemparan batu. Warga di dua lorong tersebut terus berjaga, sehingga pada puncaknya minggu dinihari kemarin.
Sementara itu, suasana di RS, keluarga menangis Jendry histeris ketika mengetahui Jendry tewas. Ibu dan ayah Jendry tak berhenti meneteskan air mata, menyesali kematian anak mereka. Keluarga Jendry menuduh polisi salah sasaran.
“Waktu itu korban sudah tidur, mendengar keributan, dia keluar dari rumah. Tepat di depan taman kanak-kanak (TK) RUT, polisi langsung menembaknya,” ujar beberapa warga.
Warga menuduh Warga Kampung Kamsar lah yang telah melakukan penyerangan pertama kali. “Dorang baku serang (merang saling serang) awal di pinggir pante (di samping pantai), kong (lalu) pindah ke lorong. Warga Kampung Kamsar so (sudah) gabung dengan orang luar ikut-ikutan ba serang (menyerang),” jelas warga.
Kapolresta Manado, Kombes Pol Sunarto mengatakan tindakan tembak di tempat yang dilakukan anggotanya, sudah sesuai prosedur yang dan perintah Kapolda Sulut, Brigjen Pol Jimmy Palmer Sinaga.
“Anggota saya sampai terluka diserang pakai parang,” kata Sunarto.
Menurut Sunarto, pihaknya masih melakukan pengembangan lebih lanjut, serta menempatkan anggota di dua tempat yang bertikai, untuk menghindari terjadinya aksi balas dendam.
“Polresta dibantu Shabara Polda sudah siaga penuh di lokasi, untuk pengamanan sampai situasi dinyatakan aman,” tegas Sunarto.
Sebelumnya Polda Sulawesi Utara (Sulut) teleh menegaskan akan menembak menembak pelaku yang bentrok dengan menggunakan panah.
Nah Minggu (31/8) dinihari sekira pukul 04.30 Wita, aparat kepolisian Resort Kota (Polresta) Manado menembak mati Jendry Yanto Lalala (26) lantaran diduga warga Lorong Lumba-lumba, Kelurahan Sindulang Dua itu lantaran saat bentrok Jendry diduga menggunakan panah wayer.
Informasi diperoleh di lokasi kejadian menyebutkan, Minggu dinihari terjadi perang panah wayer antar dua kelompok pemuda di Kelurahan Sindulang Dua, yakni pemuda Kampung Sanger (Kamsang) dan Lorong lumba-lumba.
Selain perang panah wayer, dua kelompok juga menggunakan kembang api jenis roket Roman Candle. Jendry salah satu pemuda yang diduga terlibat dalam perang panah wayer tersebut.
Mengetahui ada perkelahian kelompok pemuda yang menggunakan panah wayer, polisi yang siaga di Markas Polresta Manado segera ke lokasi kejadian.
Namun, kedatangan polisi tak dihiraukan dua kelompok bertikai, perang panah wayer terus berlanjut. Bahkan, bukannya menggubris permintaan polisi, saat itu massa yang bertikai menyerang polisi menggunakan panah wayer dan batu.
Situasi kian memanas, petugas keamanan dibagi untuk berjaga di dua lorong tersebut. Ternyata masyarakat di lorong lumba-lumba tak menerima kedatangan polisi. Mereka menyerang polisi dengan menggunakan senjata tajam, akibatnya Briptu Weynli Atteng terluka di bagian lengan kanan.
Polisi yang terancam, tak segan melepaskan tembakan ke arah massa dan mengenai Jendry. Seketika situasi mereda, warga setempat membawa Jendry ke rumah sakit. Meski sempat mendapat perawatan medis di rumah sakit (RS) Bhayangkara, namun nyawa Jendry tak tertolong akibat luka dibagian perut menembus bokong sebelah kiri.
Pengakuan tambahan dua warga di kelurahan itu, konflik dipicu kejadian Selasa (26/8) sekira pukul 13.30 Wita. Dua rumah warga yang tinggal di dekat pinggiran pantai tepatnya di Lingkungan II dibakar, oleh kelompok pemuda.
Bahkan belasan rusak parah akibat lemparan batu. Warga di dua lorong tersebut terus berjaga, sehingga pada puncaknya minggu dinihari kemarin.
Sementara itu, suasana di RS, keluarga menangis Jendry histeris ketika mengetahui Jendry tewas. Ibu dan ayah Jendry tak berhenti meneteskan air mata, menyesali kematian anak mereka. Keluarga Jendry menuduh polisi salah sasaran.
“Waktu itu korban sudah tidur, mendengar keributan, dia keluar dari rumah. Tepat di depan taman kanak-kanak (TK) RUT, polisi langsung menembaknya,” ujar beberapa warga.
Warga menuduh Warga Kampung Kamsar lah yang telah melakukan penyerangan pertama kali. “Dorang baku serang (merang saling serang) awal di pinggir pante (di samping pantai), kong (lalu) pindah ke lorong. Warga Kampung Kamsar so (sudah) gabung dengan orang luar ikut-ikutan ba serang (menyerang),” jelas warga.
Kapolresta Manado, Kombes Pol Sunarto mengatakan tindakan tembak di tempat yang dilakukan anggotanya, sudah sesuai prosedur yang dan perintah Kapolda Sulut, Brigjen Pol Jimmy Palmer Sinaga.
“Anggota saya sampai terluka diserang pakai parang,” kata Sunarto.
Menurut Sunarto, pihaknya masih melakukan pengembangan lebih lanjut, serta menempatkan anggota di dua tempat yang bertikai, untuk menghindari terjadinya aksi balas dendam.
“Polresta dibantu Shabara Polda sudah siaga penuh di lokasi, untuk pengamanan sampai situasi dinyatakan aman,” tegas Sunarto.
(ilo)