Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Mulai Berkurang
A
A
A
PEMALANG - Aktivitas vulkanik Gunung Slamet mulai berkurang. Meski demikian, masyarakat diimbau untuk tetap waspada karena peningkatan aktivitas gunung yang berada di perbatasan lima kabupaten di Jawa Tengah itu masih bisa terjadi.
Berdasarkan pengamatan secara visual di Pos Gambuhan, Kamis (21/8/2014) pukul 06.00-12.00 WIB, Gunung Slamet lebih sering diselimuti kabut sehingga aktivitas letusan tidak terlihat.
Saat kabut menghilang, aktivitas yang terpantau hanyalah hembusan asap setinggi 50 - 500 meter warna putih tebal dengan arah condong ke barat. Adapun aktivitas kegempaan yang tercatat seismograf adalah gempa letusan sebanyak tiga kali dan gempa hembusan sebanyak 271 kali.
Petugas pengamat Pos Gambuhan Sukedi mengatakan, aktivitas letusan dan kegempaan masih terus terjadi. Meski demikian, intensitasnya sudah mulai berkurang dalam beberapa hari terakhir.
"Sinar api dan lontaran lava pijar juga masih terjadi, tapi sudah lebih berkurang dan lontarannya tidak kuat," kata Sukedi, Kamis (21/8/2014).
Meski demikian, dia meminta masyarakat untuk tetap waspada dan menghindari wilayah di radius 4 kilometer dari puncak sesuai rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) saat menaikan status Gunung Slamet menjadi siaga.
Terlebih aktivitas vulkanik yang terjadi tidak dapat diprediksi. "Status sampai saat ini masih siaga. Radius 4 kilometer dari puncak gunung masih berbahaya bagi aktivitas masyarakat," imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Petugas Pengamat Pos Pengamatan Gunung Api Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang Sudrajat mengatakan, jumlah material vulkanik yang menumpuk di sekitar puncak Gunung Slamet tidak banyak sehingga tidak akan sampai menimbulkan banjir lahar dingin jika turun hujan.
"Jika ada material vulkanik yang terbawa hujan itu pasti ada, tapi jumlahnya tidak banyak, hanya pengaruh ke warna sungai, menjadi keruh," kata Sudrajat.
Menurut Sudrajat, material vulkanik yang terlontar setelah terjadi letusan sebagian besar kembali ke dalam kawah karena lontaran letusan yang tidak terlalu tinggi. Hanya sebagian kecil material vulkanik yang jatuh di sekitar lereng.
"Tidak seperti Merapi yang sampai menimbulkan banjir lahar. Tidak sampai begitu. Jadi jangan dibayangkan nanti bisa terjadi banjir lahar," tandasnya.
Sudrajat menegaskan, jika turun hujan material vulkanik yang menumpuk akan terbawa air ke dua sungai yang melintasi Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang, yaitu Sungai Comal dan Sungai Gung.
Untuk itu warga yang tinggal di sekitar dua sungai tersebut untuk mewaspadai adanya material vulkanik yang terbawa arus sungai.
Berdasarkan pengamatan secara visual di Pos Gambuhan, Kamis (21/8/2014) pukul 06.00-12.00 WIB, Gunung Slamet lebih sering diselimuti kabut sehingga aktivitas letusan tidak terlihat.
Saat kabut menghilang, aktivitas yang terpantau hanyalah hembusan asap setinggi 50 - 500 meter warna putih tebal dengan arah condong ke barat. Adapun aktivitas kegempaan yang tercatat seismograf adalah gempa letusan sebanyak tiga kali dan gempa hembusan sebanyak 271 kali.
Petugas pengamat Pos Gambuhan Sukedi mengatakan, aktivitas letusan dan kegempaan masih terus terjadi. Meski demikian, intensitasnya sudah mulai berkurang dalam beberapa hari terakhir.
"Sinar api dan lontaran lava pijar juga masih terjadi, tapi sudah lebih berkurang dan lontarannya tidak kuat," kata Sukedi, Kamis (21/8/2014).
Meski demikian, dia meminta masyarakat untuk tetap waspada dan menghindari wilayah di radius 4 kilometer dari puncak sesuai rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) saat menaikan status Gunung Slamet menjadi siaga.
Terlebih aktivitas vulkanik yang terjadi tidak dapat diprediksi. "Status sampai saat ini masih siaga. Radius 4 kilometer dari puncak gunung masih berbahaya bagi aktivitas masyarakat," imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Petugas Pengamat Pos Pengamatan Gunung Api Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang Sudrajat mengatakan, jumlah material vulkanik yang menumpuk di sekitar puncak Gunung Slamet tidak banyak sehingga tidak akan sampai menimbulkan banjir lahar dingin jika turun hujan.
"Jika ada material vulkanik yang terbawa hujan itu pasti ada, tapi jumlahnya tidak banyak, hanya pengaruh ke warna sungai, menjadi keruh," kata Sudrajat.
Menurut Sudrajat, material vulkanik yang terlontar setelah terjadi letusan sebagian besar kembali ke dalam kawah karena lontaran letusan yang tidak terlalu tinggi. Hanya sebagian kecil material vulkanik yang jatuh di sekitar lereng.
"Tidak seperti Merapi yang sampai menimbulkan banjir lahar. Tidak sampai begitu. Jadi jangan dibayangkan nanti bisa terjadi banjir lahar," tandasnya.
Sudrajat menegaskan, jika turun hujan material vulkanik yang menumpuk akan terbawa air ke dua sungai yang melintasi Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang, yaitu Sungai Comal dan Sungai Gung.
Untuk itu warga yang tinggal di sekitar dua sungai tersebut untuk mewaspadai adanya material vulkanik yang terbawa arus sungai.
(sms)