Ratusan Lapak PKL di Cirebon Dibongkar
A
A
A
CIREBON - Sedikitnya 800 pedagang kaki lima (PKL) di jalan protokol Kota Cirebon mulai ditertibkan. Para PKL mengaku menerima penertiban itu dengan syarat pemerintah kota (pemkot) menyiapkan lokasi pengganti yang representatif.
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Cirebon menyisir tiga ruas jalan bertingkat keramaian tinggi, masing-masing Siliwangi, Kartini, dan Karanggetas. Pembongkaran bukan hanya dilakukan petugas. Para pedagang yang tengah berjualan pun diberitahu untuk membongkar lapak miliknya masing-masing nanti.
"Saat ini masih tahap sosialisasi, kami minta pedagang membongkar lapaknya sendiri. Sementara yang lapaknya kami bongkar hari ini milik pedagang yang sedang tak berjualan," jelas Kepala Satpol PP Andi Armawan di sela operasi, Rabu (6/8/2014).
Dia meyakinkan, pembongkaran lapak PKL sebagai jawaban atas banyaknya keluhan warga yang menginginkan Kota Cirebon tampak rapi dan bersih. Terlebih, lokasi berjualan PKL di trotoar dipandang telah menyabot hak warga lain, yakni pejalan kaki.
Bukan hanya itu, lanjut dia, masyarakat juga mengeluh dan kecewa dengan kondisi jalan di kawasan tersebut yang kerap padat dan cenderung macet akibat banyaknya parkir kendaraan yang tidak teratur saat membeli jajanan. Dia menyebutkan, Jalan Siliwangi, Kartini, dan Karanggetas, bakal ditetapkan sebagai kawasan bebas PKL. "Saat ini peraturan walikota (perwali) terkait hal tersebut tengah disusun," cetus dia.
Dia memastikan, penertiban itu bukan semata-mata ingin menyingkirkan PKL. Sebab, mereka akan direlokasi ke tempat yang lebih baik. Dia menambahkan, tak semua lokasi bisa menjadi tempat berjualan PKL. Fasilitas umum seperti trotoar maupun taman kota merupakan salah satunya.
Sementara itu, salah seorang pedagang di Jalan Siliwangi Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, Dudu, mengaku siap mematuhi keinginan pemkot. Namun dia menuntut lokasi baru yang representatif sebagai pengganti kepatuhan mereka.
"Tempat saya jualan sebenarnya strategis karena ramai, banyak lalu lalang orang. Akses terbaik bagi saya tak jauh dari Pasar Kramat ini, jadi saya harap tempat baru untuk saya berjualan tak jauh dari pasar," kata Dudu, yang lapaknya berdiri di sekitar SDN Kramat, berdampingan dengan Pasar Kramat.
Dia tegas menolak jika direlokasi ke jalan gang karena dianggap tak strategis. Dia mendesak pemkot menyediakan lokasi baru yang dilalui banyak orang dengan harapan penjualan tak menurun drastis.
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Cirebon menyisir tiga ruas jalan bertingkat keramaian tinggi, masing-masing Siliwangi, Kartini, dan Karanggetas. Pembongkaran bukan hanya dilakukan petugas. Para pedagang yang tengah berjualan pun diberitahu untuk membongkar lapak miliknya masing-masing nanti.
"Saat ini masih tahap sosialisasi, kami minta pedagang membongkar lapaknya sendiri. Sementara yang lapaknya kami bongkar hari ini milik pedagang yang sedang tak berjualan," jelas Kepala Satpol PP Andi Armawan di sela operasi, Rabu (6/8/2014).
Dia meyakinkan, pembongkaran lapak PKL sebagai jawaban atas banyaknya keluhan warga yang menginginkan Kota Cirebon tampak rapi dan bersih. Terlebih, lokasi berjualan PKL di trotoar dipandang telah menyabot hak warga lain, yakni pejalan kaki.
Bukan hanya itu, lanjut dia, masyarakat juga mengeluh dan kecewa dengan kondisi jalan di kawasan tersebut yang kerap padat dan cenderung macet akibat banyaknya parkir kendaraan yang tidak teratur saat membeli jajanan. Dia menyebutkan, Jalan Siliwangi, Kartini, dan Karanggetas, bakal ditetapkan sebagai kawasan bebas PKL. "Saat ini peraturan walikota (perwali) terkait hal tersebut tengah disusun," cetus dia.
Dia memastikan, penertiban itu bukan semata-mata ingin menyingkirkan PKL. Sebab, mereka akan direlokasi ke tempat yang lebih baik. Dia menambahkan, tak semua lokasi bisa menjadi tempat berjualan PKL. Fasilitas umum seperti trotoar maupun taman kota merupakan salah satunya.
Sementara itu, salah seorang pedagang di Jalan Siliwangi Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, Dudu, mengaku siap mematuhi keinginan pemkot. Namun dia menuntut lokasi baru yang representatif sebagai pengganti kepatuhan mereka.
"Tempat saya jualan sebenarnya strategis karena ramai, banyak lalu lalang orang. Akses terbaik bagi saya tak jauh dari Pasar Kramat ini, jadi saya harap tempat baru untuk saya berjualan tak jauh dari pasar," kata Dudu, yang lapaknya berdiri di sekitar SDN Kramat, berdampingan dengan Pasar Kramat.
Dia tegas menolak jika direlokasi ke jalan gang karena dianggap tak strategis. Dia mendesak pemkot menyediakan lokasi baru yang dilalui banyak orang dengan harapan penjualan tak menurun drastis.
(zik)