Bade Permaisuri Klungkung Mencapai 6 Ton, Diusung 6.500 Orang
A
A
A
SEMARAPURA - Bade (tempat jenazah) almarhum Permaisuri Klungkung Ida Dewa Agung Istri Putra bernama Padmasari dibuat dengan ketinggian 28 meter, tumpang 11 dengan berat mencapai 6 ton lebih.
Bade untuk permaisuri dari Raja terakhir Klungkung, Ida Dewa Agung Istri Putra ke-13 ini diusung oleh 350 orang satu kali putaran dengan jarak 100 meter. Total, secara keseluruhan melibatkan 6.500 orang. Satu orang membawa beban sekitar 25 hingga 26 kilogram.
Sejak tahun 1965, belum pernah ada prosesi atau Pelebon Agung menggunakan Naga Banda. Sangging Alit Astika, pembuat Bade Pelebonan Permaisuri Klungkung Ida I Dewa Putra mengatakan sudah mengerjakan Bade sejak awal Mei 2013. Dia dibantu 15 sangging lainnya yang juga dari Klungkung. "Pengerjaannya ini tergolong cepat, kami melakukannya secara maraton, supaya bisa tepat waktu," ucapnya di Klungkung, Minggu (29/6/2014).
Bade tersebut terbuat dari kayu, bambu, styrofoam, dan aksesoris lainnya seperti kertas dan payung. "Kami baru pertama kali membuat bade yang sebesar ini, semenjak tahun 1965 belum ada lagi. Mungkin ini juga pertama kali dan untuk yang terakhir kalinya buat kami, sebab sudah tidak ada permaisuri atau raja di Klungkung," paparnya.
Dia menambahkan, jika warga biasa yang meninggal dunia, tidak dibuatkan bade. Namun, karena yang wafat adalah permaisuri, maka upacara pelebonannya pun berbeda.
Bade untuk permaisuri dari Raja terakhir Klungkung, Ida Dewa Agung Istri Putra ke-13 ini diusung oleh 350 orang satu kali putaran dengan jarak 100 meter. Total, secara keseluruhan melibatkan 6.500 orang. Satu orang membawa beban sekitar 25 hingga 26 kilogram.
Sejak tahun 1965, belum pernah ada prosesi atau Pelebon Agung menggunakan Naga Banda. Sangging Alit Astika, pembuat Bade Pelebonan Permaisuri Klungkung Ida I Dewa Putra mengatakan sudah mengerjakan Bade sejak awal Mei 2013. Dia dibantu 15 sangging lainnya yang juga dari Klungkung. "Pengerjaannya ini tergolong cepat, kami melakukannya secara maraton, supaya bisa tepat waktu," ucapnya di Klungkung, Minggu (29/6/2014).
Bade tersebut terbuat dari kayu, bambu, styrofoam, dan aksesoris lainnya seperti kertas dan payung. "Kami baru pertama kali membuat bade yang sebesar ini, semenjak tahun 1965 belum ada lagi. Mungkin ini juga pertama kali dan untuk yang terakhir kalinya buat kami, sebab sudah tidak ada permaisuri atau raja di Klungkung," paparnya.
Dia menambahkan, jika warga biasa yang meninggal dunia, tidak dibuatkan bade. Namun, karena yang wafat adalah permaisuri, maka upacara pelebonannya pun berbeda.
(zik)