PSK Dolly dan Jarak Gelar Upacara Bendera
A
A
A
SURABAYA - Perlawanan terhadap penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak terus bergulir. Kali ini, sejumlah Pekerja Seks Komersial (PSK) di lokalisasi tersebut menggelar upacara sebagai simbol perlawanan atas kebijakan Pemerintah Kota Surabaya yang menutup Dolly pada 18 Juni lalu.
Upacara yang dikemas sederhana ini dilakukan oleh para PSK dan mucikari di Gang Dolly. Para PSK ini menggunakan penutup wajah. Hal itu untuk menghindarai sorotan kamera sejumlah wartawan. Pemimpin upaca dipimpin oleh Anisa yang merupakan koordinator Advokasi Front Pekerja Lokalisasi (FPL). Dalam upacara ala PSK ini, petugas upacara membacakan teks proklamasi. Ada juga yang bertindak sebagai inspektur upacara, hingga petugas pengibar bendera Merah Putih.
Anisa dalam orasinya menyatakan, upacara ini sebagai bentuk perlawanan penutupan. "Dolly tetap buka sampai kapan pun," kata Anisa, Senin (23/6/2014).
Hanya saja, Dolly akan libur pada bulan Ramadan. Pada bulan itu tidak hanya lokalisasi Dolly yang libur. Seluruh tempat hiburan malam, panti pijat, diskotek dan lain-lain di di kota Surabaya, libur. "Nanti setelah lebaran akan buka lagi," tambahnya.
Anisa juga mengatakan, penutupan Dolly melalui deklarasi yang digelar di Gedung Islamic Center beberapa waktu lalu tidak memiliki kekuatan hukum dan bertentangan dengan tujuan kemerdekaan serta amanah konstitusi, khususnya pasal 27 ayat (2) yang berbunyi "Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan".
Ia juga mendesak pemerintah untuk fokus menangani masalah sosial seperti kemiskinan dan anak-anak terlantar, tidak perlu ikut campur pada masalah moral individu warganya. "Jika pemerintah berhasil menangani masalah sosial, saya yang pertama kali akan mengusir para PSK dari lokalisasi," tegasnya.
Sebelumnya, Pemkot Surabaya menggelar deklarasi penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak di Gedung Islamic Center. Pemkot juga memberikan uang kompensasi kepada para PSK dan mucikari. Namun, setelah deklarasi itu, lokalisasi Dolly dan Jarak tetap beroperasi. Sejumlah PSK masih buka praktik di wisma-wisma Gang Dolly dan Jarak.
Upacara yang dikemas sederhana ini dilakukan oleh para PSK dan mucikari di Gang Dolly. Para PSK ini menggunakan penutup wajah. Hal itu untuk menghindarai sorotan kamera sejumlah wartawan. Pemimpin upaca dipimpin oleh Anisa yang merupakan koordinator Advokasi Front Pekerja Lokalisasi (FPL). Dalam upacara ala PSK ini, petugas upacara membacakan teks proklamasi. Ada juga yang bertindak sebagai inspektur upacara, hingga petugas pengibar bendera Merah Putih.
Anisa dalam orasinya menyatakan, upacara ini sebagai bentuk perlawanan penutupan. "Dolly tetap buka sampai kapan pun," kata Anisa, Senin (23/6/2014).
Hanya saja, Dolly akan libur pada bulan Ramadan. Pada bulan itu tidak hanya lokalisasi Dolly yang libur. Seluruh tempat hiburan malam, panti pijat, diskotek dan lain-lain di di kota Surabaya, libur. "Nanti setelah lebaran akan buka lagi," tambahnya.
Anisa juga mengatakan, penutupan Dolly melalui deklarasi yang digelar di Gedung Islamic Center beberapa waktu lalu tidak memiliki kekuatan hukum dan bertentangan dengan tujuan kemerdekaan serta amanah konstitusi, khususnya pasal 27 ayat (2) yang berbunyi "Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan".
Ia juga mendesak pemerintah untuk fokus menangani masalah sosial seperti kemiskinan dan anak-anak terlantar, tidak perlu ikut campur pada masalah moral individu warganya. "Jika pemerintah berhasil menangani masalah sosial, saya yang pertama kali akan mengusir para PSK dari lokalisasi," tegasnya.
Sebelumnya, Pemkot Surabaya menggelar deklarasi penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak di Gedung Islamic Center. Pemkot juga memberikan uang kompensasi kepada para PSK dan mucikari. Namun, setelah deklarasi itu, lokalisasi Dolly dan Jarak tetap beroperasi. Sejumlah PSK masih buka praktik di wisma-wisma Gang Dolly dan Jarak.
(zik)