Menengok Makam Pendiri Lokalisasi Dolly

Rabu, 18 Juni 2014 - 13:15 WIB
Menengok Makam Pendiri Lokalisasi Dolly
Menengok Makam Pendiri Lokalisasi Dolly
A A A
MALANG - Pemberitaan media massa di dalam dan luar negeri tertuju ke lokalisasi yang diakui terbesar di Asia Tenggara atau Gang Dolly biasa khalayak menyebutnya. Suasana pro dan kontra kian memanas menjelang detik-detik seremonial penutupan lokalisasi Dolly yang sudah ada sekira tahun 1966-an itu.

Jauh di selatan Kota Surabaya, berjarak sekira 90-an kilometer dari lokalisasi ini, terlihat sunyi dan terkesan tak terawat. Ada makam yang tertulis di batu nisan D. A Chavid, berdiri berjajar dengan makam lainnya di kompleks pemakaman Belanda, Kecamatan Sukun, Kota Malang.

Makam ini dikenal sebagai makam pendiri lokalisasi dolly. Nama D. A Chavid sendiri merupakan nama pendek dari Dolira Advonso Chavid. Rumput liar yang tumbuh subur di atas makam ini seolah menandai jika lama tak dikunjungi kerabat.

Di batu nisannya, tertulis jika pendiri lokalisasi ini meninggal dunia pada 7 Januari 1992. Makam itu, bisa dikatakan cukup standar dan tidak terlalu mewah. Seukuran dua meter. Di batu nisan wanita yang lahir 15 September 1929 ini juga tertulis beberapa nama anak dan menantunya.

Menurut salah satu penjaga TPU Asmari, selain makam mami Dolly, ada makam yang biasa dikunjungi keluarga Dolly, yakni makam Eduard Soukup Eddy yang berjarak sekira 50 meter ke arah barat dari makam Dolly. "Ini makam anaknya," kata Asmari, kepada wartawan, Rabu (18/6/2014).

Dia menjelaskan, sudah belasan tahun ini, sejak Eddy meninggal dunia dan dimakamkan di sini, belum ada sanak keluarga Dolly yang berkunjung ke makam.

Adanya makam pendiri Dolly di Malang, seolah menyiratkan paska penutupan lokalisasi Dolly di Surabaya, para PSK juga bakal mengikuti pendirinya. Hal ini yang dikhawatrikan lembaga yang fokus pada pemberdayaan perekonomian dan kesehatan masyarakat Paramitra.

Yoga Ardianto, Divisi Penyuluh HIV/AIDS Yayasan Paramitra Malang menyebutkan, kemungkinan migrasinya PSK dari Surabaya ke Malang cukup tinggi. Sebab, Malang menjadi salah satu kantong PSK, selain beberapa tempat lain di Jawa Timur, seperti Tulungagung, dan Kediri.

Dia khawatir, penularan penyakit seksual dan juga HIV/AIDS kian rentan. Dari pantauan Paramitra, ada sekitar tujuh titik wilayah yang sering digunakan PSK untuk bekerja di wilayah Kota Malang.

Petugas Satuan Pamong Praja Kota Malang pun sudah mengantisipasi adanya migrasi PSK dari Surabaya ke Kota Malang. Satpol PP Kota Malang pun kian gencar melakukan razia.

Kepala Seksi Penyidikan Satpol PP Malang M Yusuf mengatakan, ada banyak PSK pendatang baru di Malang, sebagian besar berasal dari Dolly dan lokalisasi lain di Surabaya. "Mereka tersebar dan bekerja secara terpisah satu dengan yang lain," katanya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6789 seconds (0.1#10.140)