Penutupan Lokalisasi Dolly Picu Tindak Kriminalitas
A
A
A
SURABAYA - Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menilai, penutupan Lokalisasi Dolly akan memicu tindak kriminalitas. Pasalnya, setelah lokalisasi yang ada di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, itu ditutup, ribuan orang terancam kehilangan pekerjaan.
Setidaknya, terdapat 13.000 warga setempat yang menggantungkan hidupnya dari Dolly. Menurut Koordinator Divisi Monitoring dan Dokumentasi Kontras Surabaya Fatkhul Khoir, ketika tidak lagi ada penghasilan, karena pekerjaan sudah tidak ada, maka warga akan memikirkan cara bagaimana bisa bertahan hidup.
Salah satunya dengan cara melakukan tindak kriminalitas, seperti mencuri, merampok, mencopet, menjabret, dan kejahatan lainnnya. Tentunya, ini sangat berbahaya, tidak hanya bagi warga sekitar Lokalisasi Dolly. Tetapi juga pelaku itu sendiri.
“Jika ditutup, warga yang kehilangan pekerjaan tidak menutup kemungkinan akan berbuat kriminal. Ini dilakukan agar bisa bertahan hidup. Apalagi sebagian besar dari mereka punya anak istri,” katanya, kepada wartawan, Jumat (13/6/2014).
Lebih jauh, Khoir meminta agar Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggelar dialog dengan warga. Selama ini, komunikasi antara Pemkot Surabaya dengan para PSK, mucikari, dan warga terdampak penutupan Dolly tidak pernah terjadi. Komunikasi dan dialog ini penting untuk merumuskan solusi bersama menyikapi penutupan lokalisasi ini.
“Dampak sosial dari penutupan ini sangat besar. Mampu tidak pemerintah membuat kehidupan warga setempat menjadi lebih baik? Ini yang harus dipikirkan matang, jangan asal tutup begitu saja. Pemberian uang kompensasi tidak akan menyelesaikan masalah,” pungkasnya.
Setidaknya, terdapat 13.000 warga setempat yang menggantungkan hidupnya dari Dolly. Menurut Koordinator Divisi Monitoring dan Dokumentasi Kontras Surabaya Fatkhul Khoir, ketika tidak lagi ada penghasilan, karena pekerjaan sudah tidak ada, maka warga akan memikirkan cara bagaimana bisa bertahan hidup.
Salah satunya dengan cara melakukan tindak kriminalitas, seperti mencuri, merampok, mencopet, menjabret, dan kejahatan lainnnya. Tentunya, ini sangat berbahaya, tidak hanya bagi warga sekitar Lokalisasi Dolly. Tetapi juga pelaku itu sendiri.
“Jika ditutup, warga yang kehilangan pekerjaan tidak menutup kemungkinan akan berbuat kriminal. Ini dilakukan agar bisa bertahan hidup. Apalagi sebagian besar dari mereka punya anak istri,” katanya, kepada wartawan, Jumat (13/6/2014).
Lebih jauh, Khoir meminta agar Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggelar dialog dengan warga. Selama ini, komunikasi antara Pemkot Surabaya dengan para PSK, mucikari, dan warga terdampak penutupan Dolly tidak pernah terjadi. Komunikasi dan dialog ini penting untuk merumuskan solusi bersama menyikapi penutupan lokalisasi ini.
“Dampak sosial dari penutupan ini sangat besar. Mampu tidak pemerintah membuat kehidupan warga setempat menjadi lebih baik? Ini yang harus dipikirkan matang, jangan asal tutup begitu saja. Pemberian uang kompensasi tidak akan menyelesaikan masalah,” pungkasnya.
(san)