Pemkab Garut didesak bangun jembatan Pakenjeng
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut diminta segera membangun jembatan di atas Sungai Cikandang, Desa Tanjungmulya, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Permintaan itu disampaikan pihak SMPN 2 Pakenjeng.
Rahmat, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMPN 2 Pakenjeng mengatakan, tiadanya jembatan telah menghambat aktivitas siswa untuk belajar. Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang baru saja berlangsung pun sempat terganggu.
“Tidak ada jembatan membuat para siswa menjadi berenang melintasi sungai. Bila terus menerus seperti itu, tentu akan membahayakan nyawa mereka. Katanya pemerintah akan membangun jembatan sementara, tapi nyatanya belum ada kabar lagi,” kata Rahmat, Rabu (7/5/2014).
Dari total 146 siswa di SMPN 2 Pakenjeng yang menjadi peserta UN, sebanyak 40 orang di antaranya harus menyebrangi sungai dengan cara berenang saat akan berangkat ke sekolah. Aktivitas itu dibantu dengan pengawasan masyarakat di sekitar sungai.
“Masyarakat menyediakan ban dalam bekas untuk digunakan siswa menyebrang dengan cara berenang. Masyarakat pun memantau aktivitas siswa menyebrang, karena khawatir hanyut saat berenang. Arus Sungai Cikandang sangat deras,” terangnya.
Jembatan yang biasa dilintasi oleh para siswa adalah Jembatan Bokor yang terletak di Kampung Bokor, Desa Tanjungmulya. Jembatan ini terputus dalam peristiwa banjir bandang 14 April 2014 lalu.
Ke-40 siswa yang harus berenang ini bertempat tinggal di Kampung Porehek dan Saradan, Desa Tanjungmulya. Sementara lokasi sekolah terletak di Kampung Bokor. Akses dari dua kampung itu terputus, setelah jembatan penghubung mengalami kerusakan dan tidak bisa dilalui. Sungai Cikandang sendiri memiliki lebar sekira 80 meter.
Berdasarkan penuturan salah satu siswa SMPN 2 Pakenjeng yang menjadi peserta UN Nova (15), jika seorang siswa tidak bisa berenang, maka dia harus menaiki ban dalam yang agak besar saat menyebrangi Sungai Cikandang. Ban berukuran besar ini, maksimal hanya cukup menampung tiga orang saja.
“Di atas ban itu, kami duduk. Sebelumnya sepatu dilepas dahulu. Sementara alat tulis dimasukan ke dalam kantong plastik. Penumpangnya juga terbatas. Sebab kalau lebih dari tiga orang, dikhawatirkan bannya akan terbalik,” tuturnya.
Selepas menyebrangi sungai, para siswa ini harus menempuh jarak 3 km dengan cara berjalan kaki menuju ke sekolah. Mereka harus berpacu dengan waktu agar tidak terlambat mengikuti UN mata pelajaran Bahasa Inggris.
Seperti diberitakan sebelumnya, Wakil Bupati Garut Helmi Budiman sempat berjanji akan segera membangun jembatan sementara agar memudahkan para siswa dalam menyebrangi Sungai Cikandang. Pembuatan jembatan yang dijanjikan bersifat darurat.
“Penanganannya nanti dilakukan oleh Distarkim (Tata Ruang dan Permukiman) Kabupaten Garut. Sementara bersifat darurat dulu, karena untuk pembangunan ulang secara utuh baru bisa dilakukan di 2015 mendatang," tukasnya.
Rahmat, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMPN 2 Pakenjeng mengatakan, tiadanya jembatan telah menghambat aktivitas siswa untuk belajar. Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang baru saja berlangsung pun sempat terganggu.
“Tidak ada jembatan membuat para siswa menjadi berenang melintasi sungai. Bila terus menerus seperti itu, tentu akan membahayakan nyawa mereka. Katanya pemerintah akan membangun jembatan sementara, tapi nyatanya belum ada kabar lagi,” kata Rahmat, Rabu (7/5/2014).
Dari total 146 siswa di SMPN 2 Pakenjeng yang menjadi peserta UN, sebanyak 40 orang di antaranya harus menyebrangi sungai dengan cara berenang saat akan berangkat ke sekolah. Aktivitas itu dibantu dengan pengawasan masyarakat di sekitar sungai.
“Masyarakat menyediakan ban dalam bekas untuk digunakan siswa menyebrang dengan cara berenang. Masyarakat pun memantau aktivitas siswa menyebrang, karena khawatir hanyut saat berenang. Arus Sungai Cikandang sangat deras,” terangnya.
Jembatan yang biasa dilintasi oleh para siswa adalah Jembatan Bokor yang terletak di Kampung Bokor, Desa Tanjungmulya. Jembatan ini terputus dalam peristiwa banjir bandang 14 April 2014 lalu.
Ke-40 siswa yang harus berenang ini bertempat tinggal di Kampung Porehek dan Saradan, Desa Tanjungmulya. Sementara lokasi sekolah terletak di Kampung Bokor. Akses dari dua kampung itu terputus, setelah jembatan penghubung mengalami kerusakan dan tidak bisa dilalui. Sungai Cikandang sendiri memiliki lebar sekira 80 meter.
Berdasarkan penuturan salah satu siswa SMPN 2 Pakenjeng yang menjadi peserta UN Nova (15), jika seorang siswa tidak bisa berenang, maka dia harus menaiki ban dalam yang agak besar saat menyebrangi Sungai Cikandang. Ban berukuran besar ini, maksimal hanya cukup menampung tiga orang saja.
“Di atas ban itu, kami duduk. Sebelumnya sepatu dilepas dahulu. Sementara alat tulis dimasukan ke dalam kantong plastik. Penumpangnya juga terbatas. Sebab kalau lebih dari tiga orang, dikhawatirkan bannya akan terbalik,” tuturnya.
Selepas menyebrangi sungai, para siswa ini harus menempuh jarak 3 km dengan cara berjalan kaki menuju ke sekolah. Mereka harus berpacu dengan waktu agar tidak terlambat mengikuti UN mata pelajaran Bahasa Inggris.
Seperti diberitakan sebelumnya, Wakil Bupati Garut Helmi Budiman sempat berjanji akan segera membangun jembatan sementara agar memudahkan para siswa dalam menyebrangi Sungai Cikandang. Pembuatan jembatan yang dijanjikan bersifat darurat.
“Penanganannya nanti dilakukan oleh Distarkim (Tata Ruang dan Permukiman) Kabupaten Garut. Sementara bersifat darurat dulu, karena untuk pembangunan ulang secara utuh baru bisa dilakukan di 2015 mendatang," tukasnya.
(san)