Beranda
Nasional
Internasional
Metro
Daerah
Lifestyle
Sports
Ekonomi Bisnis
Teknologi
Sains
Otomotif
Edukasi
Kalam
GenSINDO
Infografis
Video
Foto
Indeks
Pelaku semburit di Sukabumi termasuk pedofilia homoseksual
Pelaku semburit di Sukabumi termasuk pedofilia homoseksual
A
A
A
Sindonews.com - Kasus kekerasan seksual terhadap anak belakangan ini banyak yang terungkap. Di Sukabumi misalnya, korbannya lebih dari 70 anak.
Psikiater dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Teddy Hidayat, mengatakan pelaku memiliki gangguan kejiwaan dalam bentuk penyimpangan seksual. "Tipe pedofilia itu ada dua. Ada yang heteroseksual, ada yang homoseksual," kata Teddy di RSHS, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin
(5/5/2014).
Untuk pedofilia heteroseksual, biasanya korbannya adalah anak-anak yang berlainan jenis kelamin dengan pelaku. "Pelaku yang heteroseksual ini rata-rata korbannya sekira 20an (anak)," ungkapnya.
Berbeda dengan heteroseksual, pengidap pedofilia homoseksual jauh lebih mengerikan. Korbannya pun bisa di atas 100 orang. "Kalau yang homoseksual korbannya bisa sampai 120 orang," ujar Teddy.
Menurutnya, kasus yang terjadi di Sukabumi dengan korban lebih dari 70 orang sebetulnya baru setengahnya. Jika pelaku masih berkeliaran, dikhawatirkan korbannya akan mencapai lebih dari 100 anak.
Soal kasus di Sukabumi, Teddy mengingatkan itu hanya kasus yang mencuat ke permukaan. Pengidap pedofilia pun ada di mana-mana sehingga kewaspadaan perlu ditingkatkan. "Ini ada di mana-mana, cuma tidak terungkap," cetusnya.
Teddy mengatakan, dorongan hasrat seksual seorang pengidap pedofilia sangat besar. "Diagnosa pedofilia ini tidak hanya harus sudah melakukan hubungan seksual dengan anak, dalam imajinasi saja sudah termasuk pedofilia," jelasnya.
Pengidap pedofilia pun tidak memiliki ciri khusus. Itu yang membuat pengidapnya sulit dibedakan dengan mereka yang memiliki hasrat seksual normal.
Soal penyebab seseorang mengidap pedofilia, Teddy mengaku belum tahu secara persis apakah pengaruh genetik, pola asuh, atau faktor lingkungan. "Tapi teori yang paling dapat dipercaya saat ini adalah pengalaman seksual di masa kecil," tuturnya.
Kemungkinan pengidap pedofilia pernah jadi korban kekerasan seksual di masa kecilnya. "50 persen pelaku semasa kecilnya pernah jadi korban," pungkas Teddy.
Psikiater dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Teddy Hidayat, mengatakan pelaku memiliki gangguan kejiwaan dalam bentuk penyimpangan seksual. "Tipe pedofilia itu ada dua. Ada yang heteroseksual, ada yang homoseksual," kata Teddy di RSHS, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin
(5/5/2014).
Untuk pedofilia heteroseksual, biasanya korbannya adalah anak-anak yang berlainan jenis kelamin dengan pelaku. "Pelaku yang heteroseksual ini rata-rata korbannya sekira 20an (anak)," ungkapnya.
Berbeda dengan heteroseksual, pengidap pedofilia homoseksual jauh lebih mengerikan. Korbannya pun bisa di atas 100 orang. "Kalau yang homoseksual korbannya bisa sampai 120 orang," ujar Teddy.
Menurutnya, kasus yang terjadi di Sukabumi dengan korban lebih dari 70 orang sebetulnya baru setengahnya. Jika pelaku masih berkeliaran, dikhawatirkan korbannya akan mencapai lebih dari 100 anak.
Soal kasus di Sukabumi, Teddy mengingatkan itu hanya kasus yang mencuat ke permukaan. Pengidap pedofilia pun ada di mana-mana sehingga kewaspadaan perlu ditingkatkan. "Ini ada di mana-mana, cuma tidak terungkap," cetusnya.
Teddy mengatakan, dorongan hasrat seksual seorang pengidap pedofilia sangat besar. "Diagnosa pedofilia ini tidak hanya harus sudah melakukan hubungan seksual dengan anak, dalam imajinasi saja sudah termasuk pedofilia," jelasnya.
Pengidap pedofilia pun tidak memiliki ciri khusus. Itu yang membuat pengidapnya sulit dibedakan dengan mereka yang memiliki hasrat seksual normal.
Soal penyebab seseorang mengidap pedofilia, Teddy mengaku belum tahu secara persis apakah pengaruh genetik, pola asuh, atau faktor lingkungan. "Tapi teori yang paling dapat dipercaya saat ini adalah pengalaman seksual di masa kecil," tuturnya.
Kemungkinan pengidap pedofilia pernah jadi korban kekerasan seksual di masa kecilnya. "50 persen pelaku semasa kecilnya pernah jadi korban," pungkas Teddy.
(lns)
Explore More