Makan makanan modern, kera alami perubahan prilaku
A
A
A
Sindonews.com - Kera di kawasan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) cagar alam Pangandaran mulai mengalami perubahan prilaku akibat kebanyakan makan makanan manusia yang dibeli di warung.
Kepala Resort BKSDA Cagar Alam Pangandaran Yana Hendrayana mengatakan, selain mengalami perubahan prilaku, tingkat populasi kera juga mengalami peningkatan.
“Kera mempunyai stok makanan yang didapat secara alami di dalam cagar alam ini, dan diperkirakan ada 40 jenis makanan alami yang biasa dicari oleh para para kera,” kata Yana, kepada wartawan, Rabu (9/4/2014).
Namun saat ini banyak pengunjung yang memberikan makanan modern yang biasa dikonsumsi manusia, sehingga dampaknya menjadi berubah kepada prilaku kera.
“Untuk mengantisipasi hal itu, kami telah memasang plang larang agar pengunjung jangan memberi makanan ke jenis hewan yang ada di kawasan BKSDA ini,” tambah Yana.
Dia menambahkan, hal itu dilakukan untuk meminimalisir angka kelahiran kera yang ada di cagar alam Pangandaran. Karena dengan melonjaknya angka kelahiran kera, dikhawatirkan kera menjadi liar dan keluar dari area BKSDA.
“Kami khawatir bila kera terbiasa memakan makanan yang dibawa oleh pengunjung, menjadi kebiasaan kepada kera untuk memakan makanan yang enak, dan saat-saat tertentu, kera tersebut akan menjarah makanan di warung warga yang dekat dengan lokasi cagar alam," bebernya.
Memberikan makanan kepada kera di wilayah BKSDA, sebenarnya mengakibatkan rusaknya kekayaan alam yang ada di dalam lokasi cagar alam. Sebab, tingkat kelahiran kera akan meningkat dan tidak terbendung, dan dampak dari konsumsi makanan manusia menimbulkan gairah sex kera tinggi.
“Untuk itu, kami mengimbau kepada pengunjung yang masuk ke lokasi cagar alam agar tidak memberi makanan kepada kera yang berada di kawasan BKSDA, karena hutan konservasi, merupakan hutan lindung di mana jika ada hewan dan tumbuhan di kawasan ini harus dibiarkan," jelasnya.
Dia melanjutkan, kawasan konservasi jangan dibiarkan terlalu banyak diolah oleh manusia. "Bila ada ranting pohon di kawasan hutan ini, jangan dipungut oleh pendatang atau masyarakat dan dibiarkan apa adanya,” pungkas Yana.
Kepala Resort BKSDA Cagar Alam Pangandaran Yana Hendrayana mengatakan, selain mengalami perubahan prilaku, tingkat populasi kera juga mengalami peningkatan.
“Kera mempunyai stok makanan yang didapat secara alami di dalam cagar alam ini, dan diperkirakan ada 40 jenis makanan alami yang biasa dicari oleh para para kera,” kata Yana, kepada wartawan, Rabu (9/4/2014).
Namun saat ini banyak pengunjung yang memberikan makanan modern yang biasa dikonsumsi manusia, sehingga dampaknya menjadi berubah kepada prilaku kera.
“Untuk mengantisipasi hal itu, kami telah memasang plang larang agar pengunjung jangan memberi makanan ke jenis hewan yang ada di kawasan BKSDA ini,” tambah Yana.
Dia menambahkan, hal itu dilakukan untuk meminimalisir angka kelahiran kera yang ada di cagar alam Pangandaran. Karena dengan melonjaknya angka kelahiran kera, dikhawatirkan kera menjadi liar dan keluar dari area BKSDA.
“Kami khawatir bila kera terbiasa memakan makanan yang dibawa oleh pengunjung, menjadi kebiasaan kepada kera untuk memakan makanan yang enak, dan saat-saat tertentu, kera tersebut akan menjarah makanan di warung warga yang dekat dengan lokasi cagar alam," bebernya.
Memberikan makanan kepada kera di wilayah BKSDA, sebenarnya mengakibatkan rusaknya kekayaan alam yang ada di dalam lokasi cagar alam. Sebab, tingkat kelahiran kera akan meningkat dan tidak terbendung, dan dampak dari konsumsi makanan manusia menimbulkan gairah sex kera tinggi.
“Untuk itu, kami mengimbau kepada pengunjung yang masuk ke lokasi cagar alam agar tidak memberi makanan kepada kera yang berada di kawasan BKSDA, karena hutan konservasi, merupakan hutan lindung di mana jika ada hewan dan tumbuhan di kawasan ini harus dibiarkan," jelasnya.
Dia melanjutkan, kawasan konservasi jangan dibiarkan terlalu banyak diolah oleh manusia. "Bila ada ranting pohon di kawasan hutan ini, jangan dipungut oleh pendatang atau masyarakat dan dibiarkan apa adanya,” pungkas Yana.
(san)