Petani abaka di Manado sudah ada sejak abad 19

Jum'at, 21 Februari 2014 - 19:51 WIB
Petani abaka di Manado sudah ada sejak abad 19
Petani abaka di Manado sudah ada sejak abad 19
A A A
Sindonews.com - Riwayat tanaman pisang abaka di Kepulauan Talaud, Manado, Sulawesi Utara (Sulut), sudah berlangsung lama. Mulai abad ke-19, sejak zaman Kolonial Belanda.

"Abaka ini termasuk famili Musaceae dan ordo Scitanineae. Sedangkan masyarakat mengenalnya dengan sebutan pisang serat, manila henep, pohon kofo atau hote (Sangihe) rote (Talaud)," ujar Kepala Desa Esang Yutson Ontoral, kepada wartawan, Jumat (21/2/2014).

Dia menerangkan, pada zaman Hindia-Belanda, telah ada perkebunan abaka di beberapa daerah di Indonesia, antara lain di Minahasa pada tahun 1853, kemudian di Jawa, Sumatera Selatan, dan Lampung pada tahun 1905, dan daerah Besuki Jawa Timur pada tahun 1915.

“Namun karena harganya kurang menggembirakan, masyarakat kemudian berhenti menanamnya, dan cuma petani di Kepulauan Talaud yang masih bertahan hingga saat ini," ungkapnya.

Menurutnya, tanah Kepulauan Talaud sangat subur untuk dijadikan lahan tanaman pisang abaka. Bahkan, di Indonesia, wilayah ini merupakan yang terbaik.

"Berdasarkan survei kondisi tanah dan tanaman abaka di Kepuluan Talaud belum tersaingi di antara wilayah lain di Indonesia," tukasnya.

Baca juga:
Petani Manado jual bahan baku dollar ke Filipina
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6107 seconds (0.1#10.140)