Bahan baku dollar AS di Manado terabaikan
A
A
A
Sindonews.com - Kendati Kabupaten Kepulauan Talaud, Manado, Sulawesi Utara (Sulut), memiliki bahan baku pembuatan dollar yang sangat melimpah, namun belum banyak investor yang mengetahuinya. Alhasil, penjual pisang abaka di Desa Esang, Kecamatan Esang, Sulut, lesu bahkan terabaikan.
Padahal, kualitas pisang abaka untuk pembuatan bahan dollar di kawasan ini termasuk yang terbaik kedua di dunia, setelah Filipina. Begitupun dengan produksinya. Hal ini dibenarkan oleh peneliti asing yang datang khusus meneliti pisang abaka di Desa Esang.
Wartawan media ini sempat mengunjungi di Desa Esang, yang berada sekitar 80 kilometer dari Bandara Melongune. Di desa tersebut terkenal dengan penghasilan pisang abaka berkualitas tinggi.
Kepala Desa Esang Yutson Ontoral yang ditemui di kantornya bersama dua petani pisang abaka, Nombli Unsong dan Arwan Rapitan, bersedia mengantar melihat lebih dekat pisang itu.
Sangat disayangkan memang, nasib petani pisang abaka atau musa textilis NEE di Desa Esang ini memprihatinkan. Para petani pisang abaka mengaku hingga saat ini belum ada satu pun investor yang melakukan kerjasama. Padahal, manfaat pisang abaka tak sedikit, bahkan berkualitas ekspor.
"Jangankan eksportir, pedagang pun sudah tidak ada lagi membeli ‘pisang rote’ (sebutan pisang abaka oleh masyarakat Esang)," keluh Kepala Desa Esang Yutson Ontoral, kepada wartawan, Jumat (21/2/2014).
Menurut Yutson, akhir 2013 lalu, sudah ada survei dari pihak yang bekerja sama dengan Bank Indonesia. Informasinya mereka akan membantu pengolahan pisang abaka untuk dijadikan bahan kertas uang.
“Pengelolahannya sudah dilakukan. Tapi kepastiannya untuk siapa yang mau beli belum pasti. Soalnya selama ini sudah banyak yang datang dan hanya menebar janji,” kata Yutson.
Baca juga:
Wow, bahan baku dollar dari pisang abaka
Padahal, kualitas pisang abaka untuk pembuatan bahan dollar di kawasan ini termasuk yang terbaik kedua di dunia, setelah Filipina. Begitupun dengan produksinya. Hal ini dibenarkan oleh peneliti asing yang datang khusus meneliti pisang abaka di Desa Esang.
Wartawan media ini sempat mengunjungi di Desa Esang, yang berada sekitar 80 kilometer dari Bandara Melongune. Di desa tersebut terkenal dengan penghasilan pisang abaka berkualitas tinggi.
Kepala Desa Esang Yutson Ontoral yang ditemui di kantornya bersama dua petani pisang abaka, Nombli Unsong dan Arwan Rapitan, bersedia mengantar melihat lebih dekat pisang itu.
Sangat disayangkan memang, nasib petani pisang abaka atau musa textilis NEE di Desa Esang ini memprihatinkan. Para petani pisang abaka mengaku hingga saat ini belum ada satu pun investor yang melakukan kerjasama. Padahal, manfaat pisang abaka tak sedikit, bahkan berkualitas ekspor.
"Jangankan eksportir, pedagang pun sudah tidak ada lagi membeli ‘pisang rote’ (sebutan pisang abaka oleh masyarakat Esang)," keluh Kepala Desa Esang Yutson Ontoral, kepada wartawan, Jumat (21/2/2014).
Menurut Yutson, akhir 2013 lalu, sudah ada survei dari pihak yang bekerja sama dengan Bank Indonesia. Informasinya mereka akan membantu pengolahan pisang abaka untuk dijadikan bahan kertas uang.
“Pengelolahannya sudah dilakukan. Tapi kepastiannya untuk siapa yang mau beli belum pasti. Soalnya selama ini sudah banyak yang datang dan hanya menebar janji,” kata Yutson.
Baca juga:
Wow, bahan baku dollar dari pisang abaka
(san)