Pelayanan kesehatan di pengungsian Kelud buruk
A
A
A
Sindonews.com - Pelayanan kesehatan di tempat pengungsian Blitar dinilai buruk. Salah seorang pengungsi meninggal dunia, akibat buruknya pelayanan kesehatan di tempat tersebut.
Kasiyem (90) warga asal RT/ RW 01 Desa Puthukrejo, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar meninggal dunia di tempat pengungsian. Diduga kematian korban aitu kibat buruknya pelayanan kesehatan di lokasi itu.
"Korban meninggal dunia sekitar pukul 05.30 wib tadi. Oleh keluarga jenazah langsung dibawa pulang," ujar Giat, salah seorang anggota Tagana yang bertugas di lokasi, Rabu (19/2/2014).
Korban dibawa ke pengungsian sejak Kamis (13/2) malam. Pada saat Kelud berstatus Awas, dan sekitar satu jam kemudian terjadi erupsi (letusan).
Kondisinya, kata Giat, memang sudah sakit. Kedua kakinya bengkak dan tidak bisa digerakkan. Setiap hari Kasiyem nyaris hanya tergolek di pembaringan.
"Informasi yang diberikan keluarga, korban memiliki riwayat penyakit kencing manis (diabetes)," terangnya.
Hidup bersama ratusan pengungsi, kondisi kesehatan korban semakin parah.
Diduga hal itu dipicu buruknya pelayanan kesehatan yang diberikan petugas.
Menurut Giat, para pengungsi hanya dicukupi makanannya. Namun kesehatanya tidak diperhatikan.
"Yang merawat sakit korban anak-anaknya sendiri. Tentunya karena di pengungsian, perawatan itu ala kadarnya," jelas Giat yang setiap hari lebih banyak berada di dapur umum.
Informasi yang dihimpun Sindo, sejumlah oknum petugas kesehatan Kabupaten Blitar mengatakan, akan memberi pelayanan (kesehatan) yang layak, bila pengungsi bersedia membayar.
Jika tidak, pengungsi diharap memaklumi kualitas pelayanan yang ada.
Seperti diketahui, di wilayah Kecamatan Gandusari ada dua titik posko evakuasi. Yakni posko Slumbung dan Posko Semen.
Hingga saat ini masih tersisa sebanyak 62 pengungsi yang tetap bertahan di wilayah Gandusari.
Mereka dievakuasi sejak Kelud erupsi. Sementara yang lain memilih pulang pada siang hari dan kembali ke penampungan pada malam hari. Hal itu mengingat Kelud masih berstatus Awas.
Kasiyem (90) warga asal RT/ RW 01 Desa Puthukrejo, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar meninggal dunia di tempat pengungsian. Diduga kematian korban aitu kibat buruknya pelayanan kesehatan di lokasi itu.
"Korban meninggal dunia sekitar pukul 05.30 wib tadi. Oleh keluarga jenazah langsung dibawa pulang," ujar Giat, salah seorang anggota Tagana yang bertugas di lokasi, Rabu (19/2/2014).
Korban dibawa ke pengungsian sejak Kamis (13/2) malam. Pada saat Kelud berstatus Awas, dan sekitar satu jam kemudian terjadi erupsi (letusan).
Kondisinya, kata Giat, memang sudah sakit. Kedua kakinya bengkak dan tidak bisa digerakkan. Setiap hari Kasiyem nyaris hanya tergolek di pembaringan.
"Informasi yang diberikan keluarga, korban memiliki riwayat penyakit kencing manis (diabetes)," terangnya.
Hidup bersama ratusan pengungsi, kondisi kesehatan korban semakin parah.
Diduga hal itu dipicu buruknya pelayanan kesehatan yang diberikan petugas.
Menurut Giat, para pengungsi hanya dicukupi makanannya. Namun kesehatanya tidak diperhatikan.
"Yang merawat sakit korban anak-anaknya sendiri. Tentunya karena di pengungsian, perawatan itu ala kadarnya," jelas Giat yang setiap hari lebih banyak berada di dapur umum.
Informasi yang dihimpun Sindo, sejumlah oknum petugas kesehatan Kabupaten Blitar mengatakan, akan memberi pelayanan (kesehatan) yang layak, bila pengungsi bersedia membayar.
Jika tidak, pengungsi diharap memaklumi kualitas pelayanan yang ada.
Seperti diketahui, di wilayah Kecamatan Gandusari ada dua titik posko evakuasi. Yakni posko Slumbung dan Posko Semen.
Hingga saat ini masih tersisa sebanyak 62 pengungsi yang tetap bertahan di wilayah Gandusari.
Mereka dievakuasi sejak Kelud erupsi. Sementara yang lain memilih pulang pada siang hari dan kembali ke penampungan pada malam hari. Hal itu mengingat Kelud masih berstatus Awas.
(lns)