Ada sumbatan anak gunung di puncak Kelud
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim LPPM (Lembaga Pengabdian Masyarakat) Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Amien Widodo mengatakan, meningkatnya status Gunung Kelud dari waspada menjadi siaga akibat sumbatan anak gunung yang ada di puncak Kelud.
"Sejak tidak jadi meletus pada tahun 2007 lalu, mulut Gunung Kelud tersumbat anak gunung. Jadi akumulasi gas dan tekanan magma dari perut bumi tidak bisa keluar," kata Amien, di Surabaya, Selasa (11/2/2014).
Akumulasi gas dan tekanan magma itu, saat ini telah mengumpul semakin besar. Padahal, jika mulut gunung tidak tersumbat, maka tenaga dari dalam sebenarnya secara berkala bisa keluar.
"Dengan begitu peningkatan energi di dasar gunung tak secepat yang terjadi saat ini," jelasnya.
Lebih jauh, Amien tidak bisa memprediksi letusan yang akan terjadi di Gunung Kelud. Tentunya, letusan itu tidak ada yang memprediksi. Seperti pada tahun 2007 lalu, laju magma dari perut bumi cepat sekali. Rupanya, sesampainya di atas lajunya melambat. "Ini memang tak bisa diprediksi," tandasnya.
Berdasarkan informasi terakhir, naiknya status Gunung Kelud dari waspada menjadi siaga, sejak Senin 10 Oktober 2014, membuat warga di wilayah Ngantang, Malang, menjadi lebih waspada.
Berdasarkan data yang pernah dikeluarkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, ada sekira sembilan desa yang berpotensi terdampak langsung letusan Gunung Kelud.
Desa Pagersari, Sidodadi, Ngantru, Banturejo, dan Pandansari di Kecamatan Ngantang, serta Desa Pondok Agung, Bayem, Kasembon, dan Sukosari di Kecamatan Kasembon. Dari desa tersebut, ada tiga desa yang paling rawan yaitu Desa Pandansari, Banturejo dan Pagersari, di Kecamatan Ngantang.
"Sejak tidak jadi meletus pada tahun 2007 lalu, mulut Gunung Kelud tersumbat anak gunung. Jadi akumulasi gas dan tekanan magma dari perut bumi tidak bisa keluar," kata Amien, di Surabaya, Selasa (11/2/2014).
Akumulasi gas dan tekanan magma itu, saat ini telah mengumpul semakin besar. Padahal, jika mulut gunung tidak tersumbat, maka tenaga dari dalam sebenarnya secara berkala bisa keluar.
"Dengan begitu peningkatan energi di dasar gunung tak secepat yang terjadi saat ini," jelasnya.
Lebih jauh, Amien tidak bisa memprediksi letusan yang akan terjadi di Gunung Kelud. Tentunya, letusan itu tidak ada yang memprediksi. Seperti pada tahun 2007 lalu, laju magma dari perut bumi cepat sekali. Rupanya, sesampainya di atas lajunya melambat. "Ini memang tak bisa diprediksi," tandasnya.
Berdasarkan informasi terakhir, naiknya status Gunung Kelud dari waspada menjadi siaga, sejak Senin 10 Oktober 2014, membuat warga di wilayah Ngantang, Malang, menjadi lebih waspada.
Berdasarkan data yang pernah dikeluarkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, ada sekira sembilan desa yang berpotensi terdampak langsung letusan Gunung Kelud.
Desa Pagersari, Sidodadi, Ngantru, Banturejo, dan Pandansari di Kecamatan Ngantang, serta Desa Pondok Agung, Bayem, Kasembon, dan Sukosari di Kecamatan Kasembon. Dari desa tersebut, ada tiga desa yang paling rawan yaitu Desa Pandansari, Banturejo dan Pagersari, di Kecamatan Ngantang.
(san)