Pemukulan aktivis Barisan Merah Putih berbuntut panjang

Jum'at, 27 Desember 2013 - 09:37 WIB
Pemukulan aktivis Barisan...
Pemukulan aktivis Barisan Merah Putih berbuntut panjang
A A A
Sindonews.com - Pemukulan aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Barisan Merah Putih Pengging, Boyolali, Jawa Tengah, di Gedung DPRD berujung panjang.

Dengan didampingi Aktivis Pusat Telaah Dan Informasi Regional (Pattiro), para korban pemukulan massa "Banteng Merah" yang menggunakan atribut Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mendatangi Kantor Bantuan Hukum (LBH) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Sukoharjo, Jawa Tengah.

Mereka meminta bantuan hukum atas pemukulan yang dilakukan anak buah Megawati Soekarnoputri tersebut dan membawanya ke meja hijau.

Saksi sekaligus korban pemukulan Gombloh Sujarwanto mengaku, insiden pemukulan terjadi setelah lima orang perwakilan Barisan Merah Putih menyerahkan cendera mata berupa celana dalam wanita, serta peralatan kosmetik, dan sebuah wayang kulit terhadap pihak DPRD.

Sebenarnya, cendera mata tersebut semula hendak ditujukan kepada Ketua DPRD Boyolali. Namun karena Ketua DPRD tidak berada di tempat, maka cenderamata tersebut diterima oleh Wakil Ketua DPRD Fuadi.

Menurut Gombloh, pemberian cenderamata tersebut bukan sebagai wujud Barisan Merah Putih melecehkan institusi wakil rakyat. Cenderamata tersebut ditujukan sebagai dukungan kepada pihak legislatif untuk bangkit menggunakan hak yang dimilikinya untuk meminta pertanggungjawaban Bupati Boyolali Seno Samudra.

Seperti diketahui, saat HUT Kopri Bupati Boyolali telah menghina pihak DPRD dengan kalimat-kalimat yang seharusnya tidak patut diucapkan sebagai pemimpin di Boyolali.

"Terus terang kami sebagai rakyat tidak terima wakil rakyat yang kami percayakan memperjuangkan aspirasi rakyatnya diam saja meskipun telah dihina oleh Bupati. Seno (Bupati) sudah nyata-nyata mengeluarkan caci makian terhadap DPRD dan menganggap pihak DPRD itu bodoh," terangnya, Kamis 26 Desember 2013.

Lebih lanjut, pihaknya tidak menyangka jika kritik dan sindirannya tersebut berujung pada pengeroyokan. Sebagian kader PDIP menganggap cenderamata tersebut sebagai bentuk suatu pelecehan.

"Pemukulan itu terjadi sesaat ketua kami berteriak, jangan takut ini negara hukum. Rupanya teriakan ketua kami ini negara hukum menyulut amarah mereka. Dan akhirnya pemukulan itu terjadi," jelasnya.

Dalam pemukulan tersebut, Ketua Barisan Merah Putih Sri Wahyudi alias Glendoh mengalami luka-luka dan sempat dilarikan ke Rumah Sakit Yarsis Sukoharjo, Jawa Tengah.

Sebenarnya, pasca insiden tersebut para aktivis sempat melaporkan ke pihak Polres Boyolali. Namun laporan mereka ditolak oleh pihak polres, dengan alasan pelaku pemukulan tidak jelas.

Terpisah, Humas Polres Boyolali, Jawa Tengah, AKP Pariyo membantah telah menolak laporan para aktivis. Sebaliknya, pihak Barisan Merah Putih tidak bisa menyebutkan siapa pelaku pemukulan. Sehingga secara otomatis, laporan tersebut tidak dapat diproses pihaknya.

"Mau diproses bagaimana? Dari pihak yang mengaku telah menjadi korban pemukulan saja tidak dapat menyebutkan siapa yang melakukan pemukulan. Kita mau memprosesnya bagimana," pungkasnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8211 seconds (0.1#10.140)