Operasi telat, bayi di RSUD Kartini meninggal

Senin, 11 November 2013 - 14:12 WIB
Operasi telat, bayi di RSUD Kartini meninggal
Operasi telat, bayi di RSUD Kartini meninggal
A A A
Sindonews.com - Pelayanan kesehatan di RSUD Kartini Jepara dikeluhkan pasiennya. Karena lambatnya penanganan yang dilakukan, salah seorang pasien progam Jaminan Persalinan (Jampersal) bernama Umi Hasanah (30), warga RT 1 RW XVI Desa Bangsri Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah harus rela kehilangan bayi yang sudah dikandungnya selama sembilan bulan.

Hingga Senin, 11 November 2013 siang Umi Hasanah masih berbaring lesu di tempat tidur Ruang Mawar RSUD Kartini. Matanya masih terlihat sayu. Gurat kesedihan masih terlihat di wajahnya.

"Saya masih teringat bayi saya. Mestinya kalau penanganan rumah sakit cepat bayi saya bisa selamat dan tidak meninggal. Sebab berdasar hasil USG bayi saya dideteksi sehat dan posisinya juga bagus," kata Umi didampingi suaminya Arif Rahman (33), Senin (11/11/2013).

Umi menceritakan, ia masuk ke RSUD Kartini pada Sabtu (9/11) sekitar pukul 07.00 WIB. Tak lama berselang ia pun mengalami kontraksi dan bukaan pertama. Hingga pukul 13.00 WIB, ia mengalami bukaan tiga. Lalu setelah itu, ia merasa kondisinya tidak kuat karena rasa sakit yang teramat sangat dirasakannya.

Setelah itu, sekitar pukul 14.00 WIB, ia meminta agar dilakukan operasi cesar. Namun permintaan tersebut ditolak oleh pihak rumah sakit. Alasannya Umi merupakan pasien Jampersal yang memang merupakan progam dari pemerintah pusat untuk wanita hamil terlebih kalangan kurang mampu yang ingin melahirkan secara gratis.

Sekitar pukul 16.30 WIB, karena rasa sakit yang teramat, Umi meminta lagi agar pihak rumah sakit segera melakukan operasi cesar. Saat itu, bayi yang dikandungnya sempat diperiksa, ternyata detak jantung janinnya masih kencang. Karena alasan itulah, pihak rumah sakit kembali menolak permintaannya.

Pihak rumah sakit beralasan bayi tersebut bisa dilahirkan secara normal.

"Padahal waktu itu saya sudah menyatakan mau mencabut kartu jampersal. Saya siap membayar dengan biaya sendiri asal bisa segera dioperasi cesar," jelasnya.

Sepanjang sore itu, Umi kembali harus menahan sakit. Karena rasa sakit itu pula, ia berteriak histeris dan menangis keras. Ia pun meminta agar segera dilakukan operasi cesar.

Akhirnya sekitar pukul 18.00 WIB, pihak rumah sakit menuruti permintaannya.

Janin di perutnya pun diperiksa namun kali ini, detak jantung bayinya sudah tidak sekencang beberapa jam sebelumnya.

Lalu sekitar pukul 19.00 WIB, tim dokter pun melakukan operasi. Namun sayangnya, saat bayi tersebut berhasil dikeluarkan, sudah dalam kondisi meninggal dunia. Bayi tersebut ternyata terlilit tali pusar sehingga kekurangan oksigen.

Minggu (10/11) dini hari bayi tersebut dimakamkan di Desa Bangsri, Jepara.

"Alasan dokter penyebab kematian bayi saya seperti itu. Tapi saya yakin kalau operasi cesar dilaksanakan sejak siang atau sore pasti nasib bayi saya tidak setragis ini," sesalnya.

Keyakinan Umi ini dinilai suaminya Arif Rahman beralasan. Sebab usia kehamilan Umi sudah cukup karena mencapai sembilan bulan. Selain itu, saat mengandung anak pertama lima tahun lalu, kondisi Umi juga sama. Hanya bedanya, waktu itu tim dokter RSI Jepara bertindak cepat menuruti permintaan cesar yang diajukan Umi.

Sehingga bayi Umi bisa lahir dengan selamat. Kini anak pertamanya yang bernama Zakaria al Kahfi, usianya sudah 5 tahun 10 bulan.

"Jadi dulu kondisi istri saya sama seperti sekarang ini. Bedanya kalau yang sekarang penanganan lambat sehingga bayi saya meninggal," tutur Arif.

Direktur RSUD Kartini Jepara Koesnarto mengatakan pihaknya belum bisa memberi jawaban karena baru mengetahui kejadian meninggalnya bayi Umi Hasanah. Pihaknya akan meminta keterangan terlebih dulu dari dokter maupun perawat yang menanganipersalinan Umi Hasanah.

"Jadi kami juga belum tahu alasan mengapa operasi cesar yang diminta pasien tidak segera dilaksanakan sesuai permintaan yang bersangkutan," dalihnya.

Koesnarto menegaskan, prinsipnya tidak ada perbedaan pelayanan antara pasien umum maupun jampersal. Semua pasien diperlakukan sama sesuai dengan kondisi yang dialaminya.

"Minta operasi memang tidak mudah karena ada mekanisme dan pertimbagan atau indikasi medis. Sejauh ini pasien yang persalinan di sini tidak ada masalah. Bahkan sekitar 80 persen persalinan di RSUD Kartini berasal dari pasien jampersal," tandasnya.
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0725 seconds (0.1#10.140)