Dinkes Maros akui kehabisan stok vaksin rabies
A
A
A
Sindonews.com - Pihak Dinas Kesehatan Maros mengakui jika pihaknya telah kehabisan stok vaksin rabies. Akibatnya, ketika ada warga yang membutuhkan harus membeli sendiri di luar rumah sakit.
Kepala Dinkes Maros dr Firman mengungkapkan untuk tahun 2013 ini, Dinkes hanya menganggarkan sekitar 10 paket vaksin rabies. Karena berdasarkan kejadian di tahun 2012, untuk kasus rabies hanya terdapat enam kasus rabies.
"Kami prediksi tahun ini terjadi sepuluh kasus rabies, sehingga kami hanya menyediakan sekitar sepuluh paket vaksin. Tapi ternyata vaksin itu sudah habis terpakai," ujarnya, Jumat (1/11/2013).
Dia menuturkan, ketika menghadapi warga digigit anjing gila, staf Dinkes sudah meminta vaksin ke Dinkes provinsi Sulsel, namun di sana vaksin rabies juga telah habis.
"Info yang kami dapat, warga yang menjadi korban itu telah membeli vaksin di luar," ujarnya.
Dr Firman menuturkan, Dinkes tetap akan membantu warga yang terkena rabies. Jika ada juknis yang membolehkan penggantian pembelian vaksinnya.
Direktur RS Salewangan, Edy Moechtar menuturkan, penanganan rabies dikerjakan oleh petugas rumah sakit. Hanya saja untuk vaksinnya, ditangani Dinkes. Sehingga urusan vaksin dianggarkan di Dinkes.
"Kalau pengobatannya, bisa kami tangani, apalagi yang bersangkutan membawa kelengkapan untuk Jamkesda. Tapi kalau vaksinnya, bukan kami yang tangani," jelasnya.
Salah satu tenaga medis RS Salewangang, dr Thalib menjelaskan, korban gigitan anjing gila, harus mendapatkan penanganan medis dengan cara menyuntikkan vaksin, dalam kurun waktu tujuh hari. Jika dalam waktu tujuh hari tidak mendapatkan penanganan, maka itu akan mengancam nyawanya.
"Masa inkubasi di tubuh itu tujuh hari. Virus ini menyerang sistem syaraf. Jika tidak tertangani dengan baik, maka mengancam nyawa. Kalau sudah mendapatkan vaksin, maka dalam sebulan yang bersangkutan dalam pengawasan tim medis. Dia harus mendapatkan suntikan vaksin pertama dua botol, dan pekan kedua satu botol, dan pekan ketiga satu botol," jelasnya.
Sementara itu salah satu tenaga medis dari Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan (DPKP) Maros drh Ujistiani Abidin menjelaskan, hewan yang terkena telah tertangani, sementara yang menggigit telah dibunuh.
Namun sayangnya seekor anjing yang tergigit masih dalam pencarian.
"Kalau hewan yang telah digigit, seperti sapi, dan bebek, telah diberikan vaksin. Sementara yang menggigit telah dibunuh," ungkapnya.
Kepala Dinkes Maros dr Firman mengungkapkan untuk tahun 2013 ini, Dinkes hanya menganggarkan sekitar 10 paket vaksin rabies. Karena berdasarkan kejadian di tahun 2012, untuk kasus rabies hanya terdapat enam kasus rabies.
"Kami prediksi tahun ini terjadi sepuluh kasus rabies, sehingga kami hanya menyediakan sekitar sepuluh paket vaksin. Tapi ternyata vaksin itu sudah habis terpakai," ujarnya, Jumat (1/11/2013).
Dia menuturkan, ketika menghadapi warga digigit anjing gila, staf Dinkes sudah meminta vaksin ke Dinkes provinsi Sulsel, namun di sana vaksin rabies juga telah habis.
"Info yang kami dapat, warga yang menjadi korban itu telah membeli vaksin di luar," ujarnya.
Dr Firman menuturkan, Dinkes tetap akan membantu warga yang terkena rabies. Jika ada juknis yang membolehkan penggantian pembelian vaksinnya.
Direktur RS Salewangan, Edy Moechtar menuturkan, penanganan rabies dikerjakan oleh petugas rumah sakit. Hanya saja untuk vaksinnya, ditangani Dinkes. Sehingga urusan vaksin dianggarkan di Dinkes.
"Kalau pengobatannya, bisa kami tangani, apalagi yang bersangkutan membawa kelengkapan untuk Jamkesda. Tapi kalau vaksinnya, bukan kami yang tangani," jelasnya.
Salah satu tenaga medis RS Salewangang, dr Thalib menjelaskan, korban gigitan anjing gila, harus mendapatkan penanganan medis dengan cara menyuntikkan vaksin, dalam kurun waktu tujuh hari. Jika dalam waktu tujuh hari tidak mendapatkan penanganan, maka itu akan mengancam nyawanya.
"Masa inkubasi di tubuh itu tujuh hari. Virus ini menyerang sistem syaraf. Jika tidak tertangani dengan baik, maka mengancam nyawa. Kalau sudah mendapatkan vaksin, maka dalam sebulan yang bersangkutan dalam pengawasan tim medis. Dia harus mendapatkan suntikan vaksin pertama dua botol, dan pekan kedua satu botol, dan pekan ketiga satu botol," jelasnya.
Sementara itu salah satu tenaga medis dari Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan (DPKP) Maros drh Ujistiani Abidin menjelaskan, hewan yang terkena telah tertangani, sementara yang menggigit telah dibunuh.
Namun sayangnya seekor anjing yang tergigit masih dalam pencarian.
"Kalau hewan yang telah digigit, seperti sapi, dan bebek, telah diberikan vaksin. Sementara yang menggigit telah dibunuh," ungkapnya.
(lns)