13 Kecamatan di Tulungagung rawan hama tikus
A
A
A
Sindonews.com - Sedikitnya 128,1 hektar lahan pertanian di 13 kecamatan yang berada di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah (Jateng), rawan terserang hama tikus. Kondisi tersebut membuat petani terancam gagal panen.
Sebanyak 13 kecamatan yang rawan hama tikus tersebut diantaranya Kecamatan Selopambang, Kranggan, Tembarak, Temanggung, Jumo, Ngadirejo, Wonoboyo, Bulu, Bejen, Candiroto, Kedu, Kandangan, dan Parakan.
“Dari ke 13 kecamatan tersebut, kecamatan yang paling rawan adalah Kecamatan Selopampang. Saat ini saja, 64 hektar lahan pertanian di kecamatan tersebut sudah ludes di serang tikus,” kata Kepala Bidang Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Harnani, Distanbunhut Kabupaten Temanggung, Kamis (13/6/2013).
Data luasan yang terserang tikus, ungkap dia, berdasarkan pengamatan pada 1-15 Mei. Data itu kemungkinan bisa bertambah atau tetap pada angka yang sama dalam satu hingga dua bulan mendatang.
“Selain mengancam terhadap keberhasilan panen, serangan hama tikus juga berpengaruh terhadap produktivitas tanamannya,” paparnya.
Dijelaskannya, tanaman yang sering dan mudah diserang tikus adalah padi. Meski demikian, tanaman jagung, sayuran dan tanaman palawija juga berpotensi diserang hama tikus.
“Tidak hanya padi saja, hampir semua jenis tanaman juga bisa di serang tikus, mereka selalu bermigrasi,” terangnya.
Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Temanggung, Sunardi mengimbau kepada para petani untuk melakukan pola tanaman serempak. Upaya tersebut setidaknya mampu memutus mata rantai makanan yang dapat mengurangi populasi hama.
“Saat ini petani masih belum sadar untuk melakukan pola tanam itu, jadi serangan tikus masih terus terjadi,” ujarnya.
Namun, pola serempak masih sulit dilakukan karena topografi di sebagian wilayah Kabupaten Temanggung miring. Selain itu, sumber air yang relatif terbatas,membuat para petani melakukan tanam secara bergantian.
“Satu daerah dengan daerah lainnya tidak pernah bisa melakukan pola tanam serempak, jadi persediaan makan untuk tikus selalu ada, ini yang menyebabkan serangan tikus selalu terjadi setiap tahunnya,” jelasnya.
Terpisah, Muhtamar (50), petani daerah Kecamatan Jumo mengatakan, tanaman jagungnya saat berusia 90 hari sudah di makan tikus. Sehingga sebagian besar sudah tidak bisa di panen karena habis di makan tikus.
“Ludes Mas, tanaman jagung dan kubis milik saya semua habis di makan tikus, sudah jelas saya mengalami kerugian jutaan rupiah,” keluhnya.
Sejauh ini, katanya, belum ada tindakan dari pemerintah untuk mengurangi serangan hama tikus. Menurutnya, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di UPT Pertanian di tiap kecamatan belum bekerja secara maksimal.
“Percuma saja ada PPL, mereka hanya mau kelompok-kelompok tani saja, kalau terjun langsung ke petani jarang sekali, seharusnya mereka kan bertugas untuk membantu semua petani,” tandasnya.
Sebanyak 13 kecamatan yang rawan hama tikus tersebut diantaranya Kecamatan Selopambang, Kranggan, Tembarak, Temanggung, Jumo, Ngadirejo, Wonoboyo, Bulu, Bejen, Candiroto, Kedu, Kandangan, dan Parakan.
“Dari ke 13 kecamatan tersebut, kecamatan yang paling rawan adalah Kecamatan Selopampang. Saat ini saja, 64 hektar lahan pertanian di kecamatan tersebut sudah ludes di serang tikus,” kata Kepala Bidang Pertanian Perkebunan dan Kehutanan, Harnani, Distanbunhut Kabupaten Temanggung, Kamis (13/6/2013).
Data luasan yang terserang tikus, ungkap dia, berdasarkan pengamatan pada 1-15 Mei. Data itu kemungkinan bisa bertambah atau tetap pada angka yang sama dalam satu hingga dua bulan mendatang.
“Selain mengancam terhadap keberhasilan panen, serangan hama tikus juga berpengaruh terhadap produktivitas tanamannya,” paparnya.
Dijelaskannya, tanaman yang sering dan mudah diserang tikus adalah padi. Meski demikian, tanaman jagung, sayuran dan tanaman palawija juga berpotensi diserang hama tikus.
“Tidak hanya padi saja, hampir semua jenis tanaman juga bisa di serang tikus, mereka selalu bermigrasi,” terangnya.
Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Temanggung, Sunardi mengimbau kepada para petani untuk melakukan pola tanaman serempak. Upaya tersebut setidaknya mampu memutus mata rantai makanan yang dapat mengurangi populasi hama.
“Saat ini petani masih belum sadar untuk melakukan pola tanam itu, jadi serangan tikus masih terus terjadi,” ujarnya.
Namun, pola serempak masih sulit dilakukan karena topografi di sebagian wilayah Kabupaten Temanggung miring. Selain itu, sumber air yang relatif terbatas,membuat para petani melakukan tanam secara bergantian.
“Satu daerah dengan daerah lainnya tidak pernah bisa melakukan pola tanam serempak, jadi persediaan makan untuk tikus selalu ada, ini yang menyebabkan serangan tikus selalu terjadi setiap tahunnya,” jelasnya.
Terpisah, Muhtamar (50), petani daerah Kecamatan Jumo mengatakan, tanaman jagungnya saat berusia 90 hari sudah di makan tikus. Sehingga sebagian besar sudah tidak bisa di panen karena habis di makan tikus.
“Ludes Mas, tanaman jagung dan kubis milik saya semua habis di makan tikus, sudah jelas saya mengalami kerugian jutaan rupiah,” keluhnya.
Sejauh ini, katanya, belum ada tindakan dari pemerintah untuk mengurangi serangan hama tikus. Menurutnya, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di UPT Pertanian di tiap kecamatan belum bekerja secara maksimal.
“Percuma saja ada PPL, mereka hanya mau kelompok-kelompok tani saja, kalau terjun langsung ke petani jarang sekali, seharusnya mereka kan bertugas untuk membantu semua petani,” tandasnya.
(rsa)