Jangan anggap kasus bentrok TNI-Polri sepele
A
A
A
Sindonews.com - Bentrok antara TNI - Polri di Ogan Komering Ulu (OKU) Baturaja, Sumatera Selatan (Sumsel) merupakan peristiwa serius dan tak bisa dianggap sepele.
Menurut Wakil Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin kasus itu merupakan puncak dari fenomena gunung es. Yang terlihat dan mencuat serta muncul ke permukaan hanyalah manifestasi dari persoalan yang lebih besar yang selama ini senantiasa disangkal.
"Seolah-olah cuma kenakalan prajurit di lapangan atau kenakalan anak-anak muda semata . Ini bukan sekadar persoalan psiko-politik antara "kakak tua dan adik bungsu" dimana dipersepsikan sebagai adik bungsu yang setelah era reformasi petentang- petenteng sok jagoan," tutur purnawiranan TNI AD bintang tiga ini, melalui rilis, Jumat (8/3/2-13).
Menurutnya, kasus-kasus yang muncul selama ini selalu dianggap berawal dari persoalan lalu lintas, lalu timbul ketegangan dan kemudian Polri membuka tembakan. Tapi sesungguhnya, lanjut TB Hasanuddin, permasalahannya lebih dari itu.
Konflik tersebut juga punya akar struktural terkait akses sumber daya. Ada kesenjangan sosial yang dalam, antara sesama aparat, dan kesenjangan itu dapat meledak sewaktu waktu .
"Pencetusnya bisa macam-macam seperti yang terjadi di OKU itu , TNI di-sweeping di jalan kemudian marah dan dengan entengnya oknum Polri menembak mati prajurit Yon Armed 15," tukasnya.
Kalau sekadar masalah lalu-lintas , sebenarnya dapat diambil solusi sederhana oleh para pimpinan masing-masing dengan mengesampingkan ego masing-masing. Tapi, jika itu masalah struktural maka harus ada penataan ulang peran masing-masing.
"Kalau masalah ini tak diselesaikan dengan serius , maka kasus-kasus yang lebih seram bisa saja terjadi sewaktu waktu . Tinggal menunggu waktu saja," ujar politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini menduga.
Menurut Wakil Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin kasus itu merupakan puncak dari fenomena gunung es. Yang terlihat dan mencuat serta muncul ke permukaan hanyalah manifestasi dari persoalan yang lebih besar yang selama ini senantiasa disangkal.
"Seolah-olah cuma kenakalan prajurit di lapangan atau kenakalan anak-anak muda semata . Ini bukan sekadar persoalan psiko-politik antara "kakak tua dan adik bungsu" dimana dipersepsikan sebagai adik bungsu yang setelah era reformasi petentang- petenteng sok jagoan," tutur purnawiranan TNI AD bintang tiga ini, melalui rilis, Jumat (8/3/2-13).
Menurutnya, kasus-kasus yang muncul selama ini selalu dianggap berawal dari persoalan lalu lintas, lalu timbul ketegangan dan kemudian Polri membuka tembakan. Tapi sesungguhnya, lanjut TB Hasanuddin, permasalahannya lebih dari itu.
Konflik tersebut juga punya akar struktural terkait akses sumber daya. Ada kesenjangan sosial yang dalam, antara sesama aparat, dan kesenjangan itu dapat meledak sewaktu waktu .
"Pencetusnya bisa macam-macam seperti yang terjadi di OKU itu , TNI di-sweeping di jalan kemudian marah dan dengan entengnya oknum Polri menembak mati prajurit Yon Armed 15," tukasnya.
Kalau sekadar masalah lalu-lintas , sebenarnya dapat diambil solusi sederhana oleh para pimpinan masing-masing dengan mengesampingkan ego masing-masing. Tapi, jika itu masalah struktural maka harus ada penataan ulang peran masing-masing.
"Kalau masalah ini tak diselesaikan dengan serius , maka kasus-kasus yang lebih seram bisa saja terjadi sewaktu waktu . Tinggal menunggu waktu saja," ujar politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini menduga.
(lns)